2 ISAAC NEWTON 1642-1727

Senin, 28 September 2009

Isaac Newton, ilmuwan paling besar dan paling berpengaruh yang pernah hidup di dunia, lahir di Woolsthrope, Inggris, tepat pada hari Natal tahun 1642, bertepatan tahun dengan wafatnya Galileo. Seperti halnya Nabi Muhammad, dia lahir sesudah ayahnya meninggal. Di masa bocah dia sudah menunjukkan kecakapan yang nyata di bidang mekanika dan teramat cekatan menggunakan tangannya. Meskipun anak dengan otak cemerlang, di sekolah tampaknya ogah-ogahan dan tidak banyak menarik perhatian. Tatkala menginjak akil baliq, ibunya mengeluarkannya dari sekolah dengan harapan anaknya bisa jadi petani yang baik. Untungnya sang ibu bisa dibujuk, bahwa bakat utamanya tidak terletak di situ. Pada umurnya delapan belas dia masuk Universitas Cambridge. Di sinilah Newton secara kilat menyerap apa yang kemudian terkenal dengan ilmu pengetahuan dan matematika dan dengan cepat pula mulai melakukan penyelidikan sendiri. Antara usia dua puluh satu dan dua puluh tujuh tahun dia sudah meletakkan dasar-dasar teori ilmu pengetahuan yang pada gilirannya kemudian mengubah dunia.

Pertengahan abad ke-17 adalah periode pembenihan ilmu pengetahuan. Penemuan teropong bintang dekat permulaan abad itu telah merombak seluruh pendapat mengenai ilmu perbintangan. Filosof Inggris Francis Bacon dan Filosof Perancis Rene Descartes kedua-duanya berseru kepada ilmuwan seluruh Eropa agar tidak lagi menyandarkan diri pada kekuasaan Aristoteles, melainkan melakukan percobaan dan penelitian atas dasar titik tolak dan keperluan sendiri. Apa yang dikemukakan oleh Bacon dan Descartes, sudah dipraktekkan oleh si hebat Galileo. Penggunaan teropong bintang, penemuan baru untuk penelitian astronomi oleh Newton telah merevolusionerkan penyelidikan bidang itu, dan yang dilakukannya di sektor mekanika telah menghasilkan apa yang kini terkenal dengan sebutan "Hukum gerak Newton" yang pertama.

Ilmuwan besar lain, seperti William Harvey, penemu ihwal peredaran darah dan Johannes Kepler penemu tata gerak planit-planit di seputar matahari, mempersembahkan informasi yang sangat mendasar bagi kalangan cendikiawan. Walau begitu, ilmu pengetahuan murni masih merupakan kegemaran para intelektual, dan masih belum dapat dibuktikan --apabila digunakan dalam teknologi-- bahwa ilmu pengetahuan dapat mengubah pola dasar kehidupan manusia sebagaimana diramalkan oleh Francis Bacon.

Walaupun Copernicus dan Galileo sudah menyepak ke pinggir beberapa anggapan ngelantur tentang pengetahuan purba dan telah menyuguhkan pengertian yang lebih genah mengenai alam semesta, namun tak ada satu pokok pikiran pun yang terumuskan dengan seksama yang mampu membelokkan tumpukan pengertian yang gurem dan tak berdasar seraya menyusunnya dalam suatu teori yang memungkinkan berkembangnya ramalan-ramalan yang lebih ilmiah. Tak lain dari Isaac Newton-lah orangnya yang sanggup menyuguhkan kumpulan teori yang terangkum rapi dan meletakkan batu pertama ilmu pengetahuan modern yang kini arusnya jadi anutan orang.

Newton sendiri agak ogah-ogahan menerbitkan dan mengumumkan penemuan-penemuannya. Gagasan dasar sudah disusunnya jauh sebelum tahun 1669 tetapi banyak teori-teorinya baru diketahui publik bertahun-tahun sesudahnya. Penerbitan pertama penemuannya adalah menyangkut penjungkir-balikan anggapan lama tentang hal-ihwal cahaya. Dalam serentetan percobaan yang seksama, Newton menemukan fakta bahwa apa yang lazim disebut orang "cahaya putih" sebenarnya tak lain dari campuran semua warna yang terkandung dalam pelangi. Dan ia pun dengan sangat hati-hati melakukan analisa tentang akibat-akibat hukum pemantulan dan pembiasan cahaya. Berpegang pada hukum ini dia --pada tahun 1668-- merancang dan sekaligus membangun teropong refleksi pertama, model teropong yang dipergunakan oleh sebagian terbesar penyelidik bintang-kemintang saat ini. Penemuan ini, berbarengan dengan hasil-hasil yang diperolehnya di bidang percobaan optik yang sudah diperagakannya, dipersembahkan olehnya kepada lembaga peneliti kerajaan Inggris tatkala ia berumur dua puluh sembilan tahun.

Keberhasilan Newton di bidang optik saja mungkin sudah memadai untuk mendudukkan Newton pada urutan daftar buku ini. Sementara itu masih ada penemuan-penemuan yang kurang penting di bidang matematika murni dan di bidang mekanika. Persembahan terbesarnya di bidang matematika adalah penemuannya tentang "kalkulus integral" yang mungkin dipecahkannya tatkala ia berumur dua puluh tiga atau dua puluh empat tahun. Penemuan ini merupakan hasil karya terpenting di bidang matematika modern. Bukan semata bagaikan benih yang daripadanya tumbuh teori matematika modern, tetapi juga perabot tak terelakkan yang tanpa penemuannya itu kemajuan pengetahuan modern yang datang menyusul merupakan hal yang mustahil. Biarpun Newton tidak berbuat sesuatu apapun lagi, penemuan "kalkulus integral"-nya saja sudah memadai untuk menuntunnya ke tangga tinggi dalam daftar urutan buku ini.

Tetapi penemuan-penemuan Newton yang terpenting adalah di bidang mekanika, pengetahuan sekitar bergeraknya sesuatu benda. Galileo merupakan penemu pertama hukum yang melukiskan gerak sesuatu obyek apabila tidak dipengaruhi oleh kekuatan luar. Tentu saja pada dasarnya semua obyek dipengaruhi oleh kekuatan luar dan persoalan yang paling penting dalam ihwal mekanik adalah bagaimana obyek bergerak dalam keadaan itu. Masalah ini dipecahkan oleh Newton dalam hukum geraknya yang kedua dan termasyhur dan dapat dianggap sebagai hukum fisika klasik yang paling utama. Hukum kedua (secara matcmatik dijabarkan dcngan persamaan F = m.a) menetapkan bahwa akselerasi obyek adalah sama dengan gaya netto dibagi massa benda. Terhadap kedua hukum itu Newton menambah hukum ketiganya yang masyhur tentang gerak (menegaskan bahwa pada tiap aksi, misalnya kekuatan fisik, terdapat reaksi yang sama dengan yang bertentangan) serta yang paling termasyhur penemuannya tentang kaidah ilmiah hukum gaya berat universal. Keempat perangkat hukum ini, jika digabungkan, akan membentuk suatu kesatuan sistem yang berlaku buat seluruh makro sistem mekanika, mulai dari pergoyangan pendulum hingga gerak planit-planit dalam orbitnya mengelilingi matahari yang dapat diawasi dan gerak-geriknya dapat diramalkan. Newton tidak cuma menetapkan hukum-hukum mekanika, tetapi dia sendiri juga menggunakan alat kalkulus matematik, dan menunjukkan bahwa rumus-rumus fundamental ini dapat dipergunakan bagi pemecahan problem.

Hukum Newton dapat dan sudah dipergunakan dalam skala luas bidang ilmiah serta bidang perancangan pelbagai peralatan teknis. Dalam masa hidupnya, pemraktekan yang paling dramatis adalah di bidang astronomi. Di sektor ini pun Newton berdiri paling depan. Tahun 1678 Newton menerbitkan buku karyanya yang masyhur Prinsip-prinsip matematika mengenai filsafat alamiah (biasanya diringkas Principia saja). Dalam buku itu Newton mengemukakan teorinya tentang hukum gaya berat dan tentang hukum gerak. Dia menunjukkan bagaimana hukum-hukum itu dapat dipergunakan untuk memperkirakan secara tepat gerakan-gerakan planit-planit seputar sang matahari. Persoalan utama gerak-gerik astronomi adalah bagaimana memperkirakan posisi yang tepat dan gerakan bintang-kemintang serta planit-planit, dengan demikian terpecahkan sepenuhnya oleh Newton hanya dengan sekali sambar. Atas karya-karyanya itu Newton sering dianggap seorang astronom terbesar dari semua yang terbesar.

Apa penilaian kita terhadap arti penting keilmiahan Newton? Apabila kita buka-buka indeks ensiklopedia ilmu pengetahuan, kita akan jumpai ihwal menyangkut Newton beserta hukum-hukum dan penemuan-penemuannya dua atau tiga kali lebih banyak jumlahnya dibanding ihwal ilmuwan yang manapun juga. Kata cendikiawan besar Leibniz yang sama sekali tidak dekat dengan Newton bahkan pernah terlibat dalam suatu pertengkaran sengit: "Dari semua hal yang menyangkut matematika dari mulai dunia berkembang hingga adanya Newton, orang itulah yang memberikan sumbangan terbaik." Juga pujian diberikan oleh sarjana besar Perancis, Laplace: "Buku Principia Newton berada jauh di atas semua produk manusia genius yang ada di dunia." Dan Langrange sering menyatakan bahwa Newton adalah genius terbesar yang pernah hidup. Sedangkan Ernst Mach dalam tulisannya di tahun 1901 berkata, "Semua masalah matematika yang sudah terpecahkan sejak masa hidupnya merupakan dasar perkembangan mekanika berdasar atas hukum-hukum Newton." Ini mungkin merupakan penemuan besar Newton yang paling ruwet: dia menemukan wadah pemisahan antara fakta dan hukum, mampu melukiskan beberapa keajaiban namun tidak banyak menolong untuk melakukan dugaan-dugaan; dia mewariskan kepada kita rangkaian kesatuan hukum-hukum yang mampu dipergunakan buat permasalahan fisika dalam ruang lingkup rahasia yang teramat luas dan mengandung kemungkinan untuk melakukan dugaan-dugaan yang tepat.

Dalam uraian yang begini ringkas, adalah mustahil membeberkan secara terperinci penemuan-penemuan Newton. Akibatnya, banyak karya-karya yang agak kurang tenar terpaksa harus disisihkan biarpun punya makna penting di segi penemuan dalam bidang masalahnya sendiri. Newton juga memberi sumbangsih besar di bidang thermodinamika (penyelidikan tentang panas) dan di bidang akustik (ilmu tentang suara). Dan dia pulalah yang menyuguhkan penjelasan yang jernih bagai kristal prinsip-prinsip fisika tentang "pengawetan" jumlah gerak agar tidak terbuang serta "pengawetan" jumlah gerak sesuatu yang bersudut. Antrian penemuan ini kalau mau bisa diperpanjang lagi: Newtonlah orang yang menemukan dalil binomial dalam matematika yang amat logis dan dapat dipertanggungjawabkan. Mau tambah lagi? Dia juga, tak lain tak bukan, orang pertama yang mengutarakan secara meyakinkan ihwal asal mula bintang-bintang.

Nah, sekarang soalnya begini: taruhlah Newton itu ilmuwan yang paling jempol dari semua ilmuwan yang pernah hidup di bumi. Paling kemilau bagaikan batu zamrud di tengah tumpukan batu kali. Taruhlah begitu. Tetapi, bisa saja ada orang yang mempertanyakan alasan apa menempatkan Newton di atas pentolan politikus raksasa seperti Alexander Yang Agung atau George Wasington, serta disebut duluan ketimbang tokoh-tokoh agama besar seperti Nabi Isa atau Budha Gautama. Kenapa mesti begitu?

Pertimbangan saya begini. Memang betul perubahan-perubahan politik itu penting kalau tidak teramat penting. Walau begitu, bagaimanapun juga pada umumnya manusia sebagaian terbesar hidup nyaris tak banyak beda antara mereka di jaman lima ratus tahun sesudah Alexander wafat dengan mereka di jaman lima ratus sebelum Alexander muncul dari rahim ibunya. Dengan kata lain, cara manusia hidup di tahun 1500 sesudah Masehi boleh dibilang serupa dengan cara hidup buyut bin buyut bin buyut mereka di tahun 1500 sebelum Masehi. Sekarang, tengoklah dari sudut perkembangan ilmu pengetahuan. Dalam lima abad terakhir, berkat penemuan-penemuan ilmiah modern, cara hidup manusia sehari-hari sudah mengalami revolusi besar. Cara berbusana beda, cara makan beda, cara kerja dan ragamnya beda. Bahkan, cara hidup santai berleha-leha pun sama sekali tidak mirip dengan apa yang diperbuat orang jaman tahun 1500 sesudah Masehi. Penemuan ilmiah bukan saja sudah merevolusionerkan teknologi dan ekonomi, tetapi juga sudah mengubah total segi politik, pemikiran keagamaan, seni dan falsafah. Sangat langkalah aspek kehidupan manusia yang tetap "jongkok di tempat" tak beringsut sejengkal pun dengan adanya revolusi ilmiah. Alasan ini --sekali lagi alasan ini-- yang jadi sebab mengapa begitu banyak ilmuwan dan penemu gagasan baru tercantum di dalam daftar buku ini. Newton bukan semata yang paling cerdas otak diantara barisan cerdas otak, tetapi sekaligus dia tokoh yang paling berpengaruh di dalam perkembangan teori ilmu. Itu sebabnya dia peroleh kehormatan untuk didudukkan dalam urutan hampir teratas dari sekian banyak manusia yang paling berpengaruh dalam sejarah manusia. Newton menghembuskan nafas penghabisan tahun 1727, dikebumikan di Westminster Abbey, ilmuwan pertama yang memperoleh penghormatan macam itu.



Seratus Tokoh yang Paling Berpengaruh dalam Sejarah
Michael H. Hart, 1978
Terjemahan H. Mahbub Djunaidi, 1982
PT. Dunia Pustaka Jaya
Jln. Kramat II, No. 31A
Jakarta Pusat

Jatuhnya pilihan saya kepada Nabi Muhammad dalam urutan pertama daftar Seratus Tokoh yang berpengaruh di dunia mungkin mengejutkan sementara pembaca dan mungkin jadi tanda tanya sebagian yang lain. Tapi saya berpegang pada keyakinan saya, dialah Nabi Muhammad satu-satunya manusia dalam sejarah yang berhasil meraih sukses-sukses luar biasa baik ditilik dari ukuran agama maupun ruang lingkup duniawi.

Berasal-usul dari keluarga sederhana, Muhammad menegakkan dan menyebarkan salah satu dari agama terbesar di dunia, Agama Islam. Dan pada saat yang bersamaan tampil sebagai seorang pemimpin tangguh, tulen, dan efektif. Kini tiga belas abad sesudah wafatnya, pengaruhnya masih tetap kuat dan mendalam serta berakar.

Sebagian besar dari orang-orang yang tercantum di dalam buku ini merupakan makhluk beruntung karena lahir dan dibesarkan di pusat-pusat peradaban manusia, berkultur tinggi dan tempat perputaran politik bangsa-bangsa. Muhammad lahir pada tahun 570 M, di kota Mekkah, di bagian agak selatan Jazirah Arabia, suatu tempat yang waktu itu merupakan daerah yang paling terbelakang di dunia, jauh dari pusat perdagangan, seni maupun ilmu pengetahuan. Menjadi yatim-piatu di umur enam tahun, dibesarkan dalam situasi sekitar yang sederhana dan rendah hati. Sumber-sumber Islam menyebutkan bahwa Muhamnmad seorang buta huruf. Keadaan ekonominya baru mulai membaik di umur dua puluh lima tahun tatkala dia kawin dengan seorang janda berada. Bagaimanapun, sampai mendekati umur empat puluh tahun nyaris tak tampak petunjuk keluarbiasaannya sebagai manusia.

Umumnya, bangsa Arab saat itu tak memeluk agama tertentu kecuali penyembah berhala Di kota Mekkah ada sejumlah kecil pemeluk-pemeluk Agama Yahudi dan Nasrani, dan besar kemungkinan dari merekalah Muhammad untuk pertama kali mendengar perihal adanya satu Tuhan Yang Mahakuasa, yang mengatur seantero alam. Tatkala dia berusia empatpuluh tahun, Muhammad yakin bahwa Tuhan Yang Maha Esa ini menyampaikan sesuatu kepadanya dan memilihnya untuk jadi penyebar kepercayaan yang benar.

Selama tiga tahun Muhammad hanya menyebar agama terbatas pada kawan-kawan dekat dan kerabatnya. Baru tatkala memasuki tahun 613 dia mulai tampil di depan publik. Begitu dia sedikit demi sedikit punya pengikut, penguasa Mekkah memandangnya sebagai orang berbahaya, pembikin onar. Di tahun 622, cemas terhadap keselamatannya, Muhammad hijrah ke Madinah, kota di utara Mekkah berjarak 200 mil. Di kota itu dia ditawari posisi kekuasaan politik yang cukup meyakinkan.

Peristiwa hijrah ini merupakan titik balik penting bagi kehidupan Nabi. Di Mekkah dia susah memperoleh sejumlah kecil pengikut, dan di Medinah pengikutnya makin bertambah sehingga dalam tempo cepat dia dapat memperoleh pengaruh yang menjadikannya seorang pemegang kekuasaan yang sesungguhnya. Pada tahun-tahun berikutnya sementara pengikut Muhammad bertumbuhan bagai jamur, serentetan pertempuran pecah antara Mektah dan Madinah. Peperangan ini berakhir tahun 630 dengan kemenangan pada pihak Muhammad, kembali ke Mekkah selaku penakluk. Sisa dua setengah tahun dari hidupnya dia menyaksikan kemajuan luar-biasa dalam hal cepatnya suku-suku Arab memeluk Agama Islam. Dan tatkala Muhammad wafat tahun 632, dia sudah memastikan dirinya selaku penguasa efektif seantero Jazirah Arabia bagian selatan.

Suku Bedewi punya tradisi turun-temurun sebagai prajurit-prajurit yang tangguh dan berani. Tapi, jumlah mereka tidaklah banyak dan senantiasa tergoda perpecahan dan saling melabrak satu sama lain. Itu sebabnya mereka tidak bisa mengungguli tentara dari kerajaan-kerajaan yang mapan di daerah pertanian di belahan utara. Tapi, Muhammadlah orang pertama dalam sejarah, berkat dorongan kuat kepercayaan kepada keesaan Tuhan, pasukan Arab yang kecil itu sanggup melakukan serentetan penaklukan yang mencengangkan dalam sejarah manusia. Di sebelah timurlaut Arab berdiri Kekaisaran Persia Baru Sassanids yang luas. Di baratlaut Arabia berdiri Byzantine atau Kekaisaran Romawi Timur dengan Konstantinopel sebagai pusatnya.

Ditilik dari sudut jumlah dan ukuran, jelas Arab tidak bakal mampu menghadapinya. Namun, di medan pertempuran, pasukan Arab yang membara semangatnya dengan sapuan kilat dapat menaklukkan Mesopotamia, Siria, dan Palestina. Pada tahun 642 Mesir direbut dari genggaman Kekaisaran Byzantine, dan sementara itu balatentara Persia dihajar dalam pertempuran yang amat menentukan di Qadisiya tahun 637 dan di Nehavend tahun 642.

Tapi, penaklukan besar-besaran --di bawah pimpinan sahabat Nabi dan penggantinya Abu Bakr dan Umar ibn al-Khattab-- itu tidak menunjukkan tanda-tanda stop sampai di situ. Pada tahun 711, pasukan Arab telah menyapu habis Afrika Utara hingga ke tepi Samudera Atlantik. Dari situ mereka membelok ke utara dan menyeberangi Selat Gibraltar dan melabrak kerajaan Visigothic di Spanyol.

Sepintas lalu orang mesti mengira pasukan Muslim akan membabat habis semua Nasrani Eropa. Tapi pada tahun 732, dalam pertempuran yang masyhur dan dahsyat di Tours, satu pasukan Muslimin yang telah maju ke pusat negeri Perancis pada akhirnya dipukul oleh orang-orang Frank. Biarpun begitu, hanya dalam tempo secuwil abad pertempuran, orang-orang Bedewi ini -dijiwai dengan ucapan-ucapan Nabi Muhammad- telah mendirikan sebuah empirium membentang dari perbatasan India hingga pasir putih tepi pantai Samudera Atlantik, sebuah empirium terbesar yang pernah dikenal sejarah manusia. Dan di mana pun penaklukan dilakukan oleh pasukan Muslim, selalu disusul dengan berbondong-bondongnya pemeluk masuk Agama Islam.

Ternyata, tidak semua penaklukan wilayah itu bersifat permanen. Orang-orang Persia, walaupun masih tetap penganut setia Agama Islam, merebut kembali kemerdekaannya dari tangan Arab. Dan di Spanyol, sesudah melalui peperangan tujuh abad lamanya akhirnya berhasil dikuasai kembali oleh orang-orang Nasrani. Sementara itu, Mesopotamia dan Mesir dua tempat kelahiran kebudayaan purba, tetap berada di tangan Arab seperti halnya seantero pantai utara Afrika. Agama Islam, tentu saja, menyebar terus dari satu abad ke abad lain, jauh melangkah dari daerah taklukan. Umumnya jutaan penganut Islam bertebaran di Afrika, Asia Tengah, lebih-lebih Pakistan dan India sebelah utara serta Indonesia. Di Indonesia, Agama Islam yang baru itu merupakan faktor pemersatu. Di anak benua India, nyaris kebalikannya: adanya agama baru itu menjadi sebab utama terjadinya perpecahan.

Apakah pengaruh Nabi Muhammad yang paling mendasar terhadap sejarah ummat manusia? Seperti halnya lain-lain agama juga, Islam punya pengaruh luar biasa besarnya terhadap para penganutnya. Itu sebabnya mengapa penyebar-penyebar agama besar di dunia semua dapat tempat dalam buku ini. Jika diukur dari jumlah, banyaknya pemeluk Agama Nasrani dua kali lipat besarnya dari pemeluk Agama Islam, dengan sendirinya timbul tanda tanya apa alasan menempatkan urutan Nabi Muhammad lebih tinggi dari Nabi Isa dalam daftar. Ada dua alasan pokok yang jadi pegangan saya. Pertama, Muhammad memainkan peranan jauh lebih penting dalam pengembangan Islam ketimbang peranan Nabi Isa terhadap Agama Nasrani. Biarpun Nabi Isa bertanggung jawab terhadap ajaran-ajaran pokok moral dan etika Kristen (sampai batas tertentu berbeda dengan Yudaisme), St. Paul merupakan tokoh penyebar utama teologi Kristen, tokoh penyebarnya, dan penulis bagian terbesar dari Perjanjian Lama.

Sebaliknya Muhammad bukan saja bertanggung jawab terhadap teologi Islam tapi sekaligus juga terhadap pokok-pokok etika dan moralnya. Tambahan pula dia "pencatat" Kitab Suci Al-Quran, kumpulan wahyu kepada Muhammad yang diyakininya berasal langsung dari Allah. Sebagian terbesar dari wahyu ini disalin dengan penuh kesungguhan selama Muhammad masih hidup dan kemudian dihimpun dalam bentuk yang tak tergoyangkan tak lama sesudah dia wafat. Al-Quran dengan demikian berkaitan erat dengan pandangan-pandangan Muhammad serta ajaran-ajarannya karena dia bersandar pada wahyu Tuhan. Sebaliknya, tak ada satu pun kumpulan yang begitu terperinci dari ajaran-ajaran Isa yang masih dapat dijumpai di masa sekarang. Karena Al-Quran bagi kaum Muslimin sedikit banyak sama pentingnya dengan Injil bagi kaum Nasrani, pengaruh Muhammad dengan perantaraan Al-Quran teramatlah besarnya. Kemungkinan pengaruh Muhammad dalam Islam lebih besar dari pengaruh Isa dan St. Paul dalam dunia Kristen digabung jadi satu. Diukur dari semata mata sudut agama, tampaknya pengaruh Muhammad setara dengan Isa dalam sejarah kemanusiaan.

Lebih jauh dari itu (berbeda dengan Isa) Muhammad bukan semata pemimpin agama tapi juga pemimpin duniawi. Fakta menunjukkan, selaku kekuatan pendorong terhadap gerak penaklukan yang dilakukan bangsa Arab, pengaruh kepemimpinan politiknya berada dalam posisi terdepan sepanjang waktu.

Dari pelbagai peristiwa sejarah, orang bisa saja berkata hal itu bisa terjadi tanpa kepemimpinan khusus dari seseorang yang mengepalai mereka. Misalnya, koloni-koloni di Amerika Selatan mungkin saja bisa membebaskan diri dari kolonialisme Spanyol walau Simon Bolivar tak pernah ada di dunia. Tapi, misal ini tidak berlaku pada gerak penaklukan yang dilakukan bangsa Arab. Tak ada kejadian serupa sebelum Muhammad dan tak ada alasan untuk menyangkal bahwa penaklukan bisa terjadi dan berhasil tanpa Muhammad. Satu-satunya kemiripan dalam hal penaklukan dalam sejarah manusia di abad ke-13 yang sebagian terpokok berkat pengaruh Jengis Khan. Penaklukan ini, walau lebih luas jangkauannya ketimbang apa yang dilakukan bangsa Arab, tidaklah bisa membuktikan kemapanan, dan kini satu-satunya daerah yang diduduki oleh bangsa Mongol hanyalah wilayah yang sama dengan sebelum masa Jengis Khan

Ini jelas menunjukkan beda besar dengan penaklukan yang dilakukan oleh bangsa Arab. Membentang dari Irak hingga Maroko, terbentang rantai bangsa Arab yang bersatu, bukan semata berkat anutan Agama Islam tapi juga dari jurusan bahasa Arabnya, sejarah dan kebudayaan. Posisi sentral Al-Quran di kalangan kaum Muslimin dan tertulisnya dalam bahasa Arab, besar kemungkinan merupakan sebab mengapa bahasa Arab tidak terpecah-pecah ke dalam dialek-dialek yang berantarakan. Jika tidak, boleh jadi sudah akan terjadi di abad ke l3. Perbedaan dan pembagian Arab ke dalam beberapa negara tentu terjadi -tentu saja- dan nyatanya memang begitu, tapi perpecahan yang bersifat sebagian-sebagian itu jangan lantas membuat kita alpa bahwa persatuan mereka masih berwujud. Tapi, baik Iran maupun Indonesia yang kedua-duanya negeri berpenduduk Muslimin dan keduanya penghasil minyak, tidak ikut bergabung dalam sikap embargo minyak pada musim dingin tahun 1973 - 1974. Sebaliknya bukanlah barang kebetulan jika semua negara Arab, semata-mata negara Arab, yang mengambil langkah embargo minyak.

Jadi, dapatlah kita saksikan, penaklukan yang dilakukan bangsa Arab di abad ke-7 terus memainkan peranan penting dalam sejarah ummat manusia hingga saat ini. Dari segi inilah saya menilai adanya kombinasi tak terbandingkan antara segi agama dan segi duniawi yang melekat pada pengaruh diri Muhammad sehingga saya menganggap Muhammad dalam arti pribadi adalah manusia yang paling berpengaruh dalam sejarah manusia.



Seratus Tokoh yang Paling Berpengaruh dalam Sejarah
Michael H. Hart, 1978
Terjemahan H. Mahbub Djunaidi, 1982
PT. Dunia Pustaka Jaya
Jln. Kramat II, No. 31A
Jakarta Pusat

01. NABI MUHAMMAD (570 SM - 632 SM)

01. NABI MUHAMMAD (570 SM - 632 SM)

Bab 1 Saya Mestilah Muslim Di Sudut Akidah

BAHAGIAN PERTAMA
Apa Ertinya Saya Menganut Islam
1. Saya Mestilah Muslim Di Sudut Akidah.
2. Saya Mestilah Muslim Di Sudut Ibadat.
3. Saya Mestilah Muslim Di Sudut Akhlak.
4. Saya Mestilah Muslim Di Sudut Berkeluarga.
5. Saya Mestilah Mampu Mengawal Diri.
6. Saya Mestilah Yakin Bahawa Masa Depan Di Tangan Islam.
Mukadimah Bahagian Pertama
Bahagian pertama buku ini bertajuk "Apa Ertinya Saya Menganut Islam"
membentangkan sifat-sifat penting yang wajib ada pada seseorang bagi membolehkan ia
menjadi seorang Muslim dalam erti kata yang sebenarnya.
Penggabungan diri dengan agama Islam bukanlah secara warisan, bukan secara hobi
malah ia juga bukan penggabungan secara zahir sahaja. Sebenarnya penggabungan yang
dimaksudkan ialah penggabungan dengan ajaran Islam itu sendiri dengan cara berpegang
teguh dengan seluruh ajaran Islam serta menyesuaikan diri dengan Islam di segenap
bidang kehidupan dengan penuh kerelaan.
Seterusnya kami akan menerangkan secara ringkas sifat-sifat yang wajib dimiliki oleh
setiap muslim untuk memastikan penggabungan dengan agama ini merupakan
penggabungan yang sah dan benar.
Firman Allah Subhanahu Wata'ala:
Dia menamakan kamu: Orang-orang Islam semenjak dahulu dan di dalam (Al-Quran) ini,
supaya Rasulullah (Muhammad) menjadi saksi yang menerangkan kebenaran perbuatan
kamu dan supaya kamu pula layak menjadi orang-orang yang memberi keterangan
kepada umat manusia (tentang yang benar dan yang salah).
(Surah Al- Hajj 22: Ayat 78).
Bab 1
Saya Mestilah Muslim Di Sudut Akidah
Berpegang dengan akidah yang benar lagi murni adalah syarat pertama bagi seseorang
mengaku dirinya beragama Islam dan menjadikan Islam sebagai cara hidupnya. Pegangan
tersebut mestilah selari dengan apa yang terkandung di dalam Kitabullah (Al-Quran) dan
sunnah Rasulullah s.a.w. Ia mestilah beriman dengan apa yang telah diimani oleh orangorang
Islam terdahulu yang terdiri dari angkatan Salafus-Saleh serta para Imam
penyampai agama ini yang telah diakui kebaikan, kebaktian serta ketakwaan mereka.
Mereka ini mempunyai kefahaman yang mendalam lagi bersih dalam urusan agama.
Bagi memastikan saya benar-benar Muslim dalam akidah maka saya mestilah beriman
dengan perkara-perkara berikut:
1. Saya mestilah beriman bahawa pencipta alam ini adalah Allah, Tuhan yang Maha
Bijaksana lagi Berkuasa, Maha Mengetahui serta tidak memerlukan pertolongan
sesiapapun. Buktinya jelas pada kejadian alam ini yang penuh dengan keindahan,
kerapian dan keseimbangan, saling perlu memerlukan di antara juzuk dengan
juzuk yang lain. Adalah mustahil semua kejadian ini akan kekal dan berterusan
sekiranya tidak berada di bawah penjagaan Tuhan yang Maha Tinggi lagi Maha
Kuasa. Firman Allah s.w.t:
Kalau ada di langit dan di bumi tuhan-tuhan yang lain dari Allah, nescaya
rosaklah pentadbiran kedua-duanya. Maka (bertauhidlah kamu kepada Allah
dengan menegaskan): Maha Suci Allah, Tuhan yang mempunyai Arasy, dari apa
yang mereka sifatkan. (Surah Al-Anbiya' 21: Ayat 22)
2. Saya mestilah beriman bahawa Tuhan yang Mada Mulia tidaklah mencipta segala
kejadian alam secara sia-sia tanpa apa-apa tujuan. Kerana mustahil bagi Allah
yang bersifat dengan sifat-sifat kesempurnaan itu mencipta sesuatu secara sia-sia.
Adalah mustahil seseorang itu dapat memahami maksud tujuan Allah menjadikan
sesuatu secara terperinci melainkan melalui penjelasan Rasulullah s.a.w dan
wahyu dari Allah s.w.t sendiri. Firman Allah s.w.t:
(115)
Maka adakah patut kamu menyangka bahawa Kami hanya menciptakan kamu
(dari tiada kepada ada) sahaja dengan tiada sebarang hikmat pada ciptaan itu? Dan
kamu (menyangka pula) tidak akan dikembalikan kepada Kami? Maka (dengan
yang demikian) Maha Tinggilah Allah Yang Menguasai seluruh alam, lagi Yang
Tetap Benar; tiada Tuhan melainkan Dia, Tuhan yang mempunyai Arasy yang
mulia. (Surah Al-Mu'minun 23: Ayat 115-116)
3. Saya mestilah beriman bahawasanya Allah s.w.t telah mengutuskan Rasul- rasul
dan diturunkan untuk mereka kitab-kitab dengan tujuan mengajar manusia supaya
mengenali Allah dan memahami matlamat kejadian mereka, mengetahui asal-usul
mereka dan ke mana mereka akan kembali. Saya juga beriman bahawa Rasul
terakhir dari kalangan Rasul-rasul yang mulia itu ialah Nabi Muhammad s.a.w
yang Allah kurniakan kepadanya Al-Quran Al-Karim sebagai satu mukjizat yang
berkekalan. Firman Allah s.w.t:
Dan sesungguhnya Kami telah mengutus dalam kalangan tiap-tiap umat seorang
Rasul (dengan memerintahkannya menyeru mereka): Hendaklah kamu
menyembah Allah dan jauhilah taghut. Maka di antara mereka (yang menerima
seruan Rasul itu), ada yang diberi hidayat petunjuk oIeh Allah dan ada pula yang
berhak ditimpa kesesatan. Oleh itu mengembaralah kamu di bumi, kemudian
lihatlah bagaimana buruknya kesudahan umat-umat yang mendustakan Rasulrasulnya.
(Surah Al-Nahl 16: Ayat 36)
4. Saya mestilah beriman bahawa matlamat kewujudan insan ialah mengenali Allah
'Azzawajalla seperti mana yang Allah s.w.t sendiri menjelaskannya, memberi
penuh ketaatan kepadaNya dan mengabdikan diri kepadaNya. Firman Allah s.w.t:
(56) (57)
Dan (ingatlah) Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan untuk mereka
menyembah dan beribadat kepadaKu. Aku tidak sekali-kali menghendaki
sebarang rezeki pemberian dari mereka dan Aku tidak menghendaki supaya
mereka memberi makan kepadaKu. Sesungguhnya Allah Dialah sahaja Yang
Memberi rezeki (kepada sekalian makhlukNya, dan Dialah sahaja) Yang
Mempunyai Kekuasaan yang tidak terhingga, lagi Yang Maha Kuat Kukuh
kekuasaanNya. (Surah Al-Zariyat 51: Ayat 56-58)
5. Saya mestilah beriman bahawa ganjaran bagi orang mukmin yang taat kepada
Allah ialah syurga. Manakala balasan ke atas orang kafir lagi derhaka ialah api
neraka. Allah menjelaskan:
"....sepuak masuk Syurga dan sepuak lagi masuk Neraka." (Surah Al-Syura 42:
Ayat 7)
6. Saya mestilah beriman bahawa sekalian manusia melakukan kebaikan dan
kejahatan dengan pilihan dan kehendak mereka sendiri. Namun demikian
kebaikan yang dilakukan itu tidaklah berlaku, melainkan dengan taufik dan
'inayah dari Allah. Manakala amalan jahat pula tidaklah merupakan paksaan dari
Allah tetapi ianya termasuk dalam batasan keizinan dan kehendakNya. Firman
Allah s.w.t:
(7) (8) (9)
(10)
Demi diri manusia dan Yang menyempurnakan kejadiannya (dengan kelengkapan
yang sesuai dengan keadaannya); Serta mengilhamkannya (untuk mengenal) jalan
yang membawanya kepada kejahatan, dan yang membawanya kepada bertakwa;
Sesungguhnya berjayalah orang yang menjadikan dirinya yang sedia bersih
bertambah-tambah bersih (dengan iman dan amal kebajikan), Dan sesungguhnya
hampalah orang yang menjadikan dirinya yang sedia bersih itu susut dan
terbenam kebersihannya (dengan sebab kekotoran maksiat). (Surah al-Syams 91:
Ayat 7-10)
Dan firman Allah s.w.t;
(38)
Tiap-tiap diri terikat, tidak terlepas daripada (balasan buruk bagi amal jahat) yang
dikerjakannya. (Surah Al-Muddathir 74: Ayat 38).
7. Saya juga mestilah beriman bahawa urusan penciptaan undang- undang itu adalah
hak mutlak Allah s.w.t. Tidak harus sama sekali manusia mendahului atau
membelangkanginya. Apa yang dibolehkan ialah ilmuan Muslim atau para ulama'
berijtihad mengeluarkan hukum-hukum dari nas-nas Syari'at dalam batas-batas
yang diizinkan. Firman Allah s.w.t:
Dan (katakanlah wahai Muhammad kepada pengikut-pengikutmu): Apa jua
perkara agama yang kamu berselisihan padanya maka hukum pemutusnya
terserah kepada Allah; Hakim yang demikian kekuasaanNya ialah Allah Tuhanku;
kepadaNyalah aku berserah diri dan kepadaNyalah aku rujuk kembali (dalam
segala keadaan). (Surah Al-Syura 42: Ayat 10)
8. Saya mestilah berusaha mengetahui nama-nama dan sifat-sifat Allah yang layak
bagi kemuliaanNya. Abu Hurairah r.a berkata: Rasulullah s.a.w telah bersabda:
"Allah s.w.t mempunyai sembilan puluh sembilan nama, kurang satu seratus.
Sesiapa yang menghafaznya akan memasuki syurga. Allah itu ganjil (tunggal) dan
menyukai (bilangan) yang ganjil." (Hadis riwayat Bukhari & Muslim)
9. Saya mestilah berfikir merenungi kehebatan kejadian-kejadian Allah, bukan
memikirkan tentang ZatNya sebagai mengikuti dan mentaati perintah Rasulullah
s.a.w:
"Berfikirlah kamu tentang makhluk ciptaan Allah dan janganlah kamu
memikirkan tentang ZatNya kerana kamu tidaklah mengetahui keadaan
sebenarnya."
(Hadis diriwayatkan oleh Abu Nu'aim di dalam Al-Halyah dan Al-Asbahani
meriwayatkannya di dalam Al-Taghrib wa Al-Tarhib)
10. Berhubung dengan sifat-sifat Allah s.w.t terdapat banyak ayat-ayat suci Al-Quran
Al-Karim yang membuktikan kesempurnaan ketuhana(UluhiyyahNya). Kita
dapati beberapa ayat Al-Quran membuktikan kewujudan Allah, sifat baqa'
(kekal), sifat qadim (sedia ada), sifat Ia berlainan dengan segala makhluk, tidak
mempunyai anak, tidak ada yang menandingiNya. Kita juga menemui ayat-ayat
yang menunjukkan Tuhan itu wujud dengan sendirinya, Maha Kaya dari segala
makhlukNya dan makhluk berhajat berhajat kepada kebesaranNya. Demikian juga
kita menemui ayat-ayat yang menunjukkan keEsaan Allah pada ZatNya, sifatsifatNya
dan perbuatanNya, kekuasaanNya, keagunganNya dan keluasan ilmuNya
ke atas sesuatu. Kita temui lagi ayat-ayat yang menunjukkan iradah Allah
mengatasi segala iradah yang lain dan Allah itu bersifat hidup yang penuh dengan
kesempurnaan.
Selain dari sifat-sifat yang disebut tadi, masih banyak lagi ayat-ayat yang
menerangkan sifat-sifat kesempurnaan lain bagi Allah s.w.t yang tidak tercapai
oleh daya pemikiran manusia yang terbatas, tentang hakikat sebenarnya. Maha
Suci Allah, kita tidaklah dapat membataskan pujian kita terhadapNya
sebagaimana memuji dirinya sendiri.
11. Saya mesti meyakini bahawa pendapat dan pandangan para salaf adalah lebih
utama untuk diikuti supaya dapat menyelesaikan perbahasan tentang penta'wilan
dan pentha'thilan sesetengah ayat suci Al-Quran, yakni membiarkan sebahagian
dari sifat-sifat Allah di dalam Al-Quran dengan menyerahkan hakikat sebenar
mengenai maknanya kepada Allah s.w.t.
Saya juga mesti meyakini bahawa berbagai bentuk penta'wilan sesetengah ayatayat
tertentu oleh golongan khalaf (terkemudian) tidak wajar dijadikan sebab
kepada perselisihan yang berlarutan dan jangan sampai timbul kembali
perbalahan di antara golongan khalaf di masa lampau mahupun masa kini.
12. Saya juga mesti mengabdikan diri hanya kepada Allah semata- mata tidak
menyekutukan dengan yang lain. Ini saya lakukan kerana menyahut seruan Allah
dan RasulNya yang menyeru manusia supaya mengabdikan diri hanya kepada
Allah semata- mata dan tidak tunduk kepada sesuatu selain Allah. Amaran ini jelas
dalam firman Allah s.w.t:
Dan sesungguhnya Kami telah mengutus dalam kalangan tiap-tiap umat seorang
Rasul (dengan memerintahkannya menyeru mereka): Hendaklah kamu
menyembah Allah dan jauhilah taghut. (Surah Al-Nahl 16: Ayat 36)
13. Saya juga mestilah takut hanya kepadaNya dan tidak takut kepada yang lain.
Perasaan takut tersebut seharusnya menyebabkan saya menjauhi kemurkaan Allah
dan larangan-laranganNya.
Allah s.w.t menjelaskan:
Dan sesiapa yang taat kepada Allah dan RasulNya dan takut melanggar perintah
Allah serta, menjaga dirinya jangan terdedah kepada azab Allah, maka merekalah
orang-orang yang beroleh kemenangan. (Surah Al- nur 24: Ayat 52)
Firman Allah s.w.t seterusnya:
Sesungguhnya orang-orang yang takut (melanggar hukum) Tuhannya semasa
mereka tidak dilihat orang dan semasa mereka tidak melihat azab Tuhan, mereka
beroleh keampunan dan pahala yang besar. (Surah Al-Mulk 67: Ayat 12)
14. Saya mesti sentiasa mengingati Allah dan berzikir menyebut namaNya untuk
menjadikan diam saya itu adalah dalam keadaan berfikir dan apabila bercakap
adalah kerana berzikir. Ini paling mujarab untuk jiwa dan senjata paling ampuh
untuk menghadapi serangan-serangan zaman ini, pancaroba kehidupan serta asam
garamnya. Inilah penawar yang sangat diperlukan oleh manusia zaman ini.
Sungguh benar peringatan Allah yang menyatakan:
(Iaitu) orang-orang yang beriman dan tenang tenteram hati mereka dengan
"zikrullah". Ketahuilah dengan "zikrullah" itu, tenang tenteramlah hati
manusia.(Surah Al-Ra'ad 13: Ayat 28)
FirmanNya lagi:
(36)
Dan sesiapa yang tidak mengindahkan pengajaran (Al-Quran yang diturunkan
oleh Allah) Yang Maha Pemurah, Kami akan adakan baginya Syaitan (yang
menghasut dan menyesatkannya), lalu menjadilah Syaitan itu temannya yang
tidak renggang daripadanya. 37- Dan sesungguhnya Syaitan-syaitan itu tetap
menghalangi mereka dari jalan yang benar, sedang mereka menyangka bahawa
mereka orang-orang yang mendapat hidayat petunjuk. (Surah Al- Zukhruf 43:
Ayat 36-37).
Dr. Briel sendiri mengakui kenyataan ini dengan menegaskan "sesungguhnya
orang-orang yang berpegang teguh dengan agama, ia tidak akan dihinggapi
penyakit jiwa. Manakala seorang pakar jiwa Dr. Riel Karienji menyatakan:
"Sebenarnya para doktor penyakit jiwa menyedari bahawa keimanan yang kukuh
dan pegangan yang teguh terhadap ajaran agama oleh seseorang adalah satu
jaminan untuk menyembuhkan mereka darri penyakit gelisah, tegang perasaan,
penyakit saraf dan lain- lain.
15. Saya juga wajib menyintai Allah dengan sebenar-benar cinta. Cinta yang
menjadikan hati saya sentiasa merasa rindu dan terikat denganNya. Kecintaan itu
juga mendorong saya menambah amalan-amalan kebaikan, berkorban dan
berjihad di jalannya di sepanjang masa. Sekalipun hidup dalam kemewahan dan
keseronokan dunia serta kecintaan terhadap kaum kerabat, semuanya tidak
sepatutnya menghalang saya dari mencintai Allah. Ini adalah sejajar dengan
seruan Allah yang mengingatkan:
Katakanlah (wahai Muhammad): Jika bapa-bapa kamu dan anak-anak kamu dan
saudara-saudara kamu dan isteri- isteri (atau suami-suami) kamu dan kaum
keluarga kamu dan harta benda yang kamu usahakan dan perniagaan yang kamu
bimbang akan merosot, dan rumah-rumah tempat tinggal yang kamu sukai, (jika
semuanya itu) menjadi perkara-perkara yang kamu cintai lebih daripada Allah dan
RasulNya dan (daripada) berjihad untuk agamaNya, maka tunggulah sehingga
Allah mendatangkan keputusanNya (azab seksaNya); kerana Allah tidak akan
memberi petunjuk kepada orang-orang yang fasiq (derhaka). (Surah Al-Taubah 9:
Ayat 24)
Pengorbana demikian saya lakukan adalah untuk dapat merasai kelazatan dan
kemanisan iman seperti yang disyaratkan oleh Rasul yang mulia s.a.w:
"Barang siapa yang ada padanya tiga syarat ini, ia dapat merasai kemanisan iman:
a. Jika ia mencintai Allah dan rasulNya mengatasi kasihnya kepada yang lain.
b. Jika ia menyintai seseorang, tidaklah ia cintai melainkan kerana Allah.
c. Jika ia benci untuk kembali ke dalam kekufuran sebagaimana ia benci untuk
memasuki api neraka.
1. Saya mesti bertawakal sepenuhnya kepada Allah dalam setiap keadaan dan
menyandarkan setiap urusan kepadanya. Sifat tawakal inilah yang
membangkitkan kekuatan zahir dan batin di dalam jiwa dan diri saya yang
menyebabkan segala kepayahan dapat dihadapi dengan mudah. Sifat ini menepati
seruan Allah s.w.t:
"....sesiapa berserah diri bulat-bulat kepada Allah, maka Allah cukuplah baginya
(untuk menolong dan menyelamatkannya). (Surah Al- Talaq 65: Ayat 3)
Lihat betapa indahnya pesanan Rasulullah s.a.w untuk kita, di dalam sebuah
hadisnya:
"Peliharatitah perintah Allah nescaya ia akan memelihara engkau (sepanjang
masa), peliharalah larangan Allah nescaya engkau dapati ia selalu di hadapanmu.
Apabila kamu meminta, hendaklah kamu meminta kepada Allah dan apabila
kamu engkau memohon hendaklah engkau memohon petolongan dari Allah.
Ketahuilah, seandainya umat manusia sepakat untuk memberi sesuatu manfaat
untukmu, mereka tidak dapat memberinya melainkan mengikut apa yang telah
Allah tetapkan untukmu dan sekiranya mereka sepakat untuk menimpakan engkau
dengan sesuatu keburukan tidaklah mereka dapat melakukannya melainkan
dengaan sesuatu yang Allah Taala telah tentukan ke atas dirimu, kerana telah
terangkat pena dan telah kering kertas (telah ditentukan kesemuanya)."
2. Saya mestilah mensyukuri nikmat- nikmatnya ke atas diri saya yang merupakan
kurniaan dan rahmat yang tidak terhitung jumlahnya. Bersyukur itu adalah satu
dari tanda kemuliaan adab seseorang penerima terhadap pemberi dan pengurnia.
Allah menyatakan:
Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibu kamu dengan keadaan tidak
mengetahui sesuatupun dan Dia mengurniakan kepada kamu pendengaran dan
penglihatan serta hati akal fikiran); supaya kamu bersyukur. (Surah Al-Nahl 16:
Ayat 78)
Seterusnya Allah berfirman:
(33)
(34)
Dan dalil yang terang untuk mereka (memahami kekuasaan dan kemurahan
kami), ialah bumi yang mati; kami hidupkan ia serta kami keluarkan daripadanya
biji-bijian, maka daripada biji-bijian itu mereka makan. 34- Dan kami jadikan di
bumi itu kebun-kebun kurma dan anggur dan kami pancarkan padanya beberapa
mata air, 35- Supaya mereka makan dari buah-buahannya dan dari apa yang
dikerjakan oleh tangan mereka; maka patutkah mereka tidak bersyukur?. (Surah
Yasin 36: Ayat 33-35)
Sebenarnya Allah s.w.t telahpun menambahkan kurnianya kepada orang-orang
yang bersyukur dan mengugut akan menambah kerugian terhadap golongan yang
ingkar. Firman Allah:
Dan (ingatlah) ketika Tuhan kamu memberitahu: Demi sesungguhnya! Jika kamu
bersyukur nescaya Aku akan tambahi nikmatKu kepada kamu dan demi
sesungguhnya, jika kamu kufur ingkar sesungguhnya azabKu amatlah keras.
(Surah Ibrahim 14; Ayat 7)
3. Saya mestilah sentiasa beristighfar memohon keampunan kepada Allah, istighfar
itu dapat membersihkan diri dari dosa di samping memperbaharui taubat dan
iman. Istighfar juga dapat memberikan kerehatan dan keheningan kepada jiwa.
Allah berfirman:
Dan sesiapa yang melakukan kejahatan atau menganiaya dirinya sendiri (dengan
melakukan maksiat) kemudian dia memohon ampun kepada Allah, nescaya dia
akan mendapati Allah Maha Pengampun, lagi Maha Mengasihani. (Surah Al-Nisa'
4: Ayat 110)
Firman Allah seterusnya:
Dan juga orang-orang yang apabila melakukan perbuatan keji atau menganiaya
diri sendiri, mereka segera ingat kepada Allah lalu memohon ampun akan dosa
mereka dan sememangnya tidak ada yang mengampunkan dosa-dosa melainkan
Allah dan mereka juga tidak meneruskan perbuatan keji yang mereka telah
lakukan itu, sedangkan mereka mengetahui (akan salahnya dan akibatnya). (Surah
Ali-'Imran 3: ayat: 135)
4. Akhir sekali saya juga mestilah sentiasa bermuraqabah (merasai berada di bawah
pengawasan) dengan Allah s.w.t dalam keadaan terang mahupun tersembunyi
kerana mengingatkan firman Allah:
Tiada berlaku bisikan antara tiga orang melainkan Dialah yang keempatnya dan
tiada (berlaku antara) lima orang melainkan Dialah yang keenamnya dan tiada
yang kurang dari bilangan itu dan tiada yang lebih ramai, melainkan Dia ada
bersama-sama mereka di mana sahaja mereka berada. Kemudian Dia akan
memberitahu kepada mereka pada hari kiamat, apa yang mereka telah kerjakan.
Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui akan tiap-tiap sesuatu. (Surah Al-
Mujadalah 58: 7)
Bab 2
Saya Mestilah Muslim Di Sudut Ibadah
Ibadah di dalam Islam merupakan kemuncak bagi sifat kepatuhan dan kerendahan kepada
Allah dan ia juga adalah kemuncak betapa ia merasai keagungan Tuhan yang disembah.
Ia menjadi anak tangga pertatehan di antara si hamba dengan Tuhannya. Ibadah ini juga
memberi kesan yang mendalam di dalam perhubungan manusia dengan makhluk lainnya.
Begitu juga dengan ibadah- ibadah dalam rukun Islam seperti sembahyang, puasa, zakat
dan haji serta amalan-amalan lainnya yang dilaksanakan untuk mendapat keredaan Ilahi
dan dalam mengamalkan Syariat-Nya adalah termasuk dalam pengertian 'ibadah. Bertitik
tolak dari pengertian inilah Islam menetapkan supaya seluruh hidup manusia dipelihara
agar menjadi 'ibadah dan taat kepada Allah s.w.t seperti yang dinyatakan oleh Allah:
(56) (57)
Dan (ingatlah) Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan untuk mereka
menyembah dan beribadat kepadaKu. Aku tidak sekali-kali menghendaki sebarang rezeki
pemberian dari mereka dan Aku tidak menghendaki supaya mereka memberi makan
kepadaKu. Sesungguhnya Allah Dialah sahaja Yang Memberi rezeki (kepada sekalian
makhlukNya, dan Dialah sahaja) Yang Mempunyai Kekuasaan yang tidak terhingga, lagi
Yang Maha Kuat Kukuh kekuasaanNya. (Surah Al- Zariyat 51: Ayat 56-58)
Firman Allah seterusnya:
(162)
Katakanlah: Sesungguhnya sembahyangku dan ibadatku, hidupku dan matiku, hanyalah
untuk Allah Tuhan yang memelihara dan mentadbirkan sekalian alam. (Surah Al-An'am
6: Ayat 162)
1- Saya mestilah memastikan 'ibadah saya mempunyai hubungan dengan Tuhan
yang disembah. Inilah apa yang dikatakan martabat "keihsanan dalam 'ibadah".
Rasulullah s.a.w sendiri pernah ditanya (oleh malaikat Jibril) tentang martabat
"ihsan" ini, lalu baginda menjawab:
"Baha engkau menyembah Allah seolah-olah engkau melihatNya, jika engkau
tidak melihatnya (sekalipun) sebenarnya Ia melihat engkau (Hadis Muttafaqun
'Alaih).
2- Saya mestilah melakukan 'ibadah dengan penuh khusyuk sehingga saya dapat
merasai kelazatan serta kemanisannya malah mendatangkan kekuatan kepada saya
untuk berterusan mengerjakannya.
'Aisyah r.a mengatakan:
"Adalah Rasulullah s.a.w berbicara dengan kami dan kami juga berbicara
dengannya tetapi bila tiba sahaja waktu sembahyang ia seolah-olah tidak
mengenali kami dan kami pula tidak mengenalinya." (Hadis diriwayatkan oleh
Al-Azdi)
Kekhusyukan inilah yang diisyaratkan oleh Rasulullah s.a.w:
"Berapa ramai orang yang mengerjakan sembahyang, habuan yang ia terima
hanyalah penat dan lelah. (Hadis Riwayat Al-Nasa'i)
"Berapa ramai orang yang berpuasa, ia tidak memperolehi apa-apa ganjaran
kecuali lapar dan dahaga.
3- Saya mestilah beribadah dalam keadaan hati saya merasai kehadiran Allah,
membuang dan melupakan kesibukan dunia dan hiruk-pikuknya. Beribadat dalam
keadaan seperti inilah yang dianjurkan oleh Rasulullah s.a.w dalam sabdanya:
"Allah s.w.t tidak memandang kepada sembahyang seorang lelaki yang
mengerjakan tanpa kehadiran hati berserta gerak badannya."
Berkata 'ulama':
"Sembahyang itu adalah urusan akhirat, maka kamu masuk menunaikannya
(bererti) kamu telah keluar dari dunia."
Al-Hassan Al-Basri meriwayatkan:
"Setiap sembahyang yang tidak disertai kehadiran hati, maka
ia adalah lebih hampir kepada seksaan."
4- Saya mesti beribadat dalam keadaan sentiasa ingin menambahnya, tidak
merasa cukup dan tidak kenyang. Saya perlu menghampirkan diri kepada Allah
dengan amalan-amalan sunat sebagai menyahut seruan Allah, di dalam sebuah
hadis qudsi:
"Sesiapa yang memusuhi kekasihku (waliKu), maka Aku mengisytiharkan perang
terhadapnya. Tidak ada satu perbuatan mendekatkan diri (taqarrab) kepada Aku
oleh hambaKu yang lebih Aku cintai selain daripada kewajipan-kewajipan yang
Aku fardukan ke atasnya. Hamba Ku akan terus beramal menghampiri diri
kepadaKu dengan melakukan amalan-amalan sunat sehingga Aku mencintainya.
Apabila Aku sudah mencintainya maka Aku (menjadikan) pendengarannya yang
dengannya dia mendengar, penglihatannya yang dengannya dia melihat,
tangannya yang dengannya dia memukul dan kakinya yang dengannya dia
berjalan. Jika dia memohon sesuatu dari Aku nescaya Aku berikannya. Dan jika
dia memohon perlindungan Aku (dari sesuatu) nescaya Aku akan melindunginya.
Aku tidak pernah ragu dari sesuatu yang Aku lakukan seperti Aku ragu (hendak
mengambil) nyawa hambaKu yang Mukmin, di mana dia membenci maut sedang
Aku tidak menyakitinya." (Hadis oleh Al-Bukhari)
5- Saya mestilah mengambil berat terhadap ibadat qiamullail (sembahyang
malam) serta melatih diri melakukannya sehingga ia menjadi satu kebiasaan. Ini
adalah kerana qiamullail itu adalah sumber kekuatan yang memantapkan iman.
Sungguh benar firman Allah:
Sebenarnya sembahyang dan ibadat malam lebih kuat kesannya (kepada jiwa) dan
lebih tetap betul bacaannya. (Surah Al-Muzammil 73: Ayat 6)
Allah s.w.t juga menerangkan sifat hamba-hambanya yang mukmin:
(17)
Mereka sentiasa mengambil sedikit sahaja: Masa dari waktu malam, untuk
mereka tidur. 18- Dan pada waktu akhir malam (sebelum fajar) pula, mereka
selalu beristighfar kepada Allah (memohon ampun). (Surah Al-Zariat 51: Ayat
17-18)
Firman Allah seterusnya:
Mereka merenggangkan diri dari tempat tidur, (sedikit sangat tidur, kerana
mengerjakan sembahyang tahajud dan amal-amal soleh); mereka sentiasa berdoa
kepada Tuhan mereka dengan perasaan takut (akan kemurkaanNya) serta dengan
perasaan ingin memperolehi lagi (keredaanNya) dan mereka selalu pula
mendermakan sebahagian dari apa yang Kami beri kepada mereka. (Surah Al-
Sajdah 32: Ayat 16)
Di antara amalan-amalan sunat yang dikerjakan antara lain qiamullail,
sembahyang dhuha, sembahyang tarawih, puasa pada hari Isnin dan Khamis,
puasa pada Hari Arafah, puasa pada Hari Asyura, puasa enam hari dalam bulan
Syawal, tiga hari di setiap pertengahan bulan (13,14 dan 15) dan beriktikaf di
masjid.
6- Saya mestilah meluangkan waktu tertentu untuk membaca Al-Quran dengan
cara merenungi maksud dan pengajarannya terutama di waktu dhuha kerana Allah
berfirman:
Dirikanlah olehmu sembahyang ketika gelincir matahari hingga waktu gelap
malam, dan (dirikanlah) sembahyang subuh sesungguhnya sembahyang subuh itu
adalah disaksikan (keistimewaannya). (Surah Al-Isra' 17: Ayat 78).
Saya mesti membacanya dengan penuh tadabbur, berfikir, merenunginya dengan
khusyuk dan sedih kerana sabda Rasulullah s.a.w:
"Sesunguhnya Al-Quran diturunkan dalam keadaan dukacita, maka apabila kamu
membacanya hendaklah kamu merasakan kedukacitaan tersebut" (Diriwayatkan
oleh Abu Ya'la dan Abu Nu'aim).
Demikian juga saya mestilah sentiasa ingat peringatan Allah dalam firmanNya:
Sekiranya Kami turunkan Al-Quran ini ke atas sebuah gunung, nescaya engkau
melihat gunung itu khusyuk serta pecah belah kerana takut kepada Allah dan
(ingatlah). (Surah Al-Hasy-r 59: Ayat 21).
Rasulullah s.a.w bersabda:
"Tidaklah beriman dengan Al-Quran oleh orang yang menghalalkan apa yang
diharamkan oleh Al-Quran" (Diriwayatkan oleh Al-Tirmizi)
Sabdanya lagi:
"Ibadah yang paling utama bagi umatku ialah membaca Al-Quran".
(Diriwayatkan oleh Abu Nu'aim di dalam Fadha'ilul-Quran)
Di dalam sebuah hadis dari 'Abdullah bin Mas'ud Rasulullah bersabda:
"Sesungguhnya Al-Quran ini adalah hidangan Allah, oleh itu hendaklah kamu
menyebutnya sekadar yang terdaya oleh kamu menyebutnya. Sesungguhnya Al-
Quran ini adalah tali Allah, cahaya yang terang benderang dan penawar yang
berguna. Penjaga kepada siapa yang berpegang kepadanya, jaminan kejayaan bagi
yang mengikutinya. Ia tidak salah yang menyebabkan ia tercela, ia tidak bengkok
yang menyebabkan ia perlu diperbetulkan, keajaibannya tidak kunjung habis dan
ia tidak menjadi cacat sekalipun banyak (kandungannya) ditolak orang. Bacalah
Al-Quran kerana Allah akan memberi ganjaran ke atas setiap huruf dari bacaanmu
dengan sepuluh kebaikan. Aku tidak mengatakan kepadamu Alif, Lam, Mim itu
satu huruf tetapi Alif satu huruf, Lam satu huruf dan Mim satu huruf."
(Riwayat Al-Hakim)
Dalam satu wasiat kepada Abu Zar Rasulullah berkata:
"Kamu wajib melazimkan dirimu membaca Al-Quran kerana ia adalah cahaya
untuk kamu di bumi dan perbendaharaan untuk di langit." (Riwayat Ibnu Hibban)
7- Saya mestilah menjadikan doa sebagai perantaraan dengan Allah di dalam
setiap urusan hidup kerana doa adalah otak bagi segala 'ibadah. Untuk itu saya
mestilah memilih doa-doa yang ma'thur dari Rasulullah s.a.w. Sesungguhnya
benar firman Allah bila Ia mengatakan:
"Mintalah doa kepadaku, nescaya aku akan memperkenankan permintaanmu".
1. Doa ketika hendak tidur.
"Dengan nama-Mu wahai Tuhanku, aku baringkan pinggangku dan kerana
Engkau aku mengangkatnya; jika Engkau tahan jiwaku (Kau ambil
jiwaku) ampunilah diriku, jika Engkau lepaskan ruhnya, maka peliharalah
diriku sebagaimana Kau pelihara hamba-hambaMu yang salih. (Hadis
riwayat Jama'ah).
2. Doa ketika bangun dari tidur.
"Segala puji bagi Allah yang menghidupkan kami setelah kami mati. Dan
kepadaNya kami kembali." (Hadis riwayat Bukhari)
3. Doa ketika memakai pakaian dan menanggalnya.
"Ya Allah aku memohon kepadaMu kebaikan pakaian ini dan kebaikan
yang ada padanya. Aku berlindung padaMu dari kejelikan pakaian ini dan
kejelikan apa yang ada padanya". (Hadis Riwayat Ibnus Sunni)
4. Doa ketika keluar dari rumah dan memasukinya.
"Dengan nama Allah aku bertawakal kepadaNya; tidak ada daya, tidak ada
kekuatan kecuali kerana Allah". (Sunan Tirmizi)
5. Doa ketika berjalan ke Masjid.
"Ya Allah, jadikanlah dalam hatiku cahaya, dalam pandanganku cahaya,
pada pendengaranku cahaya, sebelah tangan kananku cahaya dan pada
sebelah tangan kiriku cahaya, di atasku cahaya, di bawahku cahaya, di
mukaku cahaya dan di belakangku cahaya dan jadikanlah bagiku cahaya."
(Hadis riwayat Bukhari)
6. Doa ketika memasuki masjid.
"Ya Allah, bukakanlah bagiku pintu-pintu rahmatmu".
7. Doa ketika keluar dari masjid.
"Ya Allah, aku memohon kepadamu kurniaanMu".
(Hadis Riwayat Muslim, Abu Daud dan Nasa'i)
8. Doa ketika hendak makan.
"Ya Allah, berkatilah kami pada apa-apa yang Kamu rezekikan kepada
kami dan jauhkanlah kami dari seksa neraka, dengan nama Allah".
(Hadis riwayat Ibnu Sunni)
9. Doa setelah selesai makan.
"Segala puji bagi Allah yang telah memberikan makanan kepada kami,
memberi minuman kepada kami dan menjadikan kami dari golongan
Muslim".
(Hadis Riwayat Abu Daud, Tirmizi, Nasa'ie dan Ibnu Majah)
10. Doa ketika memasuki tandas.
"Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepadaMu dari khubuth dan
khaba'ith". (Hadis riwayat Bukhari dan Muslim).
11. Doa ketika keluar tandas.
"Segala puji bagi Allah yang telah memberikan aku mengecap
kelazatannya dan menjauhkan aku dari kesakitannya".
(Hadis riwayat Ibn Sunni dan Al-Tabarani)
12. Doa sebelum bersetubuh.
"Dengan namaMu, ya Allah jauhkanlah dari kami syaitan dan jauhkan
syaitan daripada apa yang Kau kurniakan kepada kami".
(Hadis riwayat Bukhari).
Jika ditakdirkan bagi mereka memperolehi anak, syaitan tidak akan
memudaratkannya selama-lamanya.
13. Doa ketika tidak dapat tidur.
"Ya Allah, sudah terbenam bintang-bintang sudah terkatup banyak mata
sedangkan Engkau hidup dan jaga, tidak tidur. Wahai Yang Tegak, Yang
Hidup dan Yang Jaga, tenteramkanlah mataku".
14. Wirid selepas sembahyang.
Sesiapa yang bertasbih kepada Allah (membaca Subhanallah) sesudah
setiap sembahyang 33 kali, membaca tahmid (Alhamdulillah) 33 kali dan
membesarkan Allah (Allahuakbar) 33 kali.
Dan digenapkan menjadi seratus dengan membaca:
"Tidak ada Tuhan kecuali Allah Yang Maha Esa, yang tidak ada sekutu
bagiNya, kepunyaanNya segala kekuatan dan kepunyaanNya segala pujian
dan Dia berkuasa atas segala sesuatu". (Hadis riwayat Muslim)
15. Doa ketika selesai majlis.
"Maha suci Engkau ya Allah dengan segala pujiMu aku bersaksi tidak ada
Tuhan kecuali Engkau, aku bermohon ampun kepadamu dan kau bertaubat
kepadaMU".
16. Doa ketika menaiki kenderaan.
"Segala puji bagi Allah yang menggerakkan bagi kami kenderaan ini,
padahal kami tidak sanggup melakukannya, dan sesungguhnya kami
semuanya kembali kepada Tuhan kami".
17. Doa ketika bermusafir.
"Ya Allah kerana Engkau aku berusadan kerana Engkau aku berjalan dan
kerana Engkau pula aku berpergian. Ya Allah, aku bermohon kepadaMu
dalam perjalanan ini kebajikan dan ketakwaan dan berupa amal yang
Engkau redai. Ya Allah, ringankanlah bagi kami perjalanan kami ini dan
dekatkanlah bagi kami yang jauhnya. Ya Allah, Engkaulah sahabat dalam
perjalanan dan Wakil di tengah-tengah keluarga. Ya Allah, sesungguhnya
aku berlindung kepadaMu dari kepayahan perjalanan, dari kesedihan
penglihatan, dari kejelekan saat kembali pada harta, keluarga dan anakanak".
18. Doa ketika hujan turun.
"Ya Allah, turunkanlah hujan yang bermanfaat (dua kali atau tiga kali)".
(Hadis riwayat Ibnu Syaibah dari hadis Aisyah).
19. Doa ketika mendengar guruh.
"Ya Allah, jangan Engkau bunuh kami dengan murkaMu dan jangan
Engkau binasakan kami dengan siksaMu dan selamatkan kami sebelum
itu". (Hadis riwayat Tirmizi, Al-Hakim dalam Al-Mustadrak, dari hadis
'Abdullah bin 'Umar)
20. Doa ketika melihat anak bulan.
"Allah Maha Besar, ya Allah, muncullah bulan ini bagi kami dengan
penuh berkat dan iman, keselamatan dan keIslaman, taufik pada apa-apa
yang Engkau cintai dan Engkau redai, ya Tuhanku dan Tuhanmu, Allah".
21. Doa kepada pengantin.
"Semoga Allah memberkati engkau dan memberkati atas kau dan
mengumpulkan kalian berdua dalam kebaikan".
(Hadis riwayat Bukhari, Muslim dan empat ahli hadis dari Anas dan Abu
Hurairah).
22. Doa ketika melihat kanak-kanak.
"Aku bermohon perlindungan untukmu dengan kalimat Allah yang
sempurna dari setiap syaitan dan racun, dan dari setiap mata yang
membawa kejelikan". (Hadis riwayat Bukhari dari hadis Ibnu 'Abbas)
23. Doa ketika menziarahi orang sakit.
"Ya Allah, hilangkanlah penyakit ini, wahai yang memelihara manusia.
Sembuhkanlah, sesungguhnya Engkaulah yang meyembuhkan. Tidak ada
kesembuhan kecuali kesembuhan yang diberikan olehMu, kesembuhan
yang tidak disertai rasa sakit".
24. Doa ketika dukacita.
"Tidak ada Tuhan yang berhak menyembuhkan melainkan Engkau,
sesunggugnya aku termasuk di kalangan orang-orang yang zalim".
25. Doa takziah kematian.
"Sesungguhnya kepunyaan Allah apa yang Ia ambil dan kepunyaanNya
apa yang Ia berikan dan segala sesuatu pada sisiNya sampai waktu yang
ditentukan. Hendaklah kamu bersabar dan mengharapkan ganjaran".
(Hadis riwayat Bukhari dari hadis usamah).
26. Doa dalam sembahyang jenazah.
"Ya Allah, maafkanlah dia dan berilah rahmat ke atasnya, selamatkanlah dia dan
ampunilah dia, muliakanlah tempatnya, luaskan tempat masuknya dan
bersihkanlah dia dengan air salju dan air dingin. Sucikanlah dia dari kesalahan
sebagaimana Engkau bersihkan pakaian yang putih dari kotoran, gantikanlah
baginya rumah yang lebih baik daripada rumahnya, keluarganya dan pasangan
yang lebih baik daripada pasangan yang dimilikinya. Masukkanlah dia ke syurga
dan lindungilah dia dari azab kubur dan azab neraka".
Bab 3
Saya Mestilah Muslim Dari Sudut Aqidah
1. Menjauhkan diri dari perkara-perkara syubhat.
2. Memelihara pandangan.
3. Memelihara lidah.
4. Bersifat pemalu.
5. Sersifat lemah-lembut.
6. Bersifat benar.
7. Bersifat tawaduk.
8. Menjauhi sangka buruk dan mengumpat.
9. Bermurah hati.
Kemuliaan akhlak adalah matlamat utama bagi ajaran Islam sebagaimana yang
ditegaskan oleh Rasulullah s.a.w tentang tujuan pengutusan baginda:
Yang bermaksud:
"Sesungguhnya aku diutuskan untuk menyempurnakan kemuliaan akhlak".
Hal ini dipertegaskan lagi di dalam Al-Quran:
Yang bermaksud:
Iaitu mereka (umat Islam) yang jika Kami berikan mereka kekuasaan meme rintah di
bumi nescaya mereka mendirikan sembahyang serta memberi zakat, dan mereka
menyuruh berbuat kebaikan serta melarang dari melakukan kejahatan dan perkara yang
mungkar dan (ingatlah) bagi Allah jualah kesudahan segala urusan. (Surah Al-Hajj, Ayat:
41).
Firman Allah lagi:
Yang bermaksud:
Bukanlah perkara kebajikan itu hanya kamu menghadapkan muka ke pihak timur dan
barat, tetapi kebajikan itu ialah berimannya seseorang kepada Allah dan hari akhirat dan
segala malaikat dan segala Kitab dan sekalian Nabi dan mendermanya seseorang akan
hartanya sedang dia menyayanginya, kepada kaum kerabat dan anak-anak yatim dan
orang-orang miskin dan orang yang terlantar dalam perjalanan dan kepada orang-orang
yang meminta dan untuk memerdekakan hamba-hamba abdi dan mengerjanya seseorang
akan sembahyang serta mengeluarkan zakat dan perbuatan orang-orang yang
menyempurnakan janjinya apabila mereka membuat perjanjian dan ketabahan orangorang
yang sabar dalam masa kesempitan dan dalam masa kesakitan dan juga dalam
masa bertempur dalam perjuangan perang Sabil. orang-orang yang demikian sifatnya),
mereka itulah orang-orang yang benar (beriman dan mengerjakan kebajikan) dan mereka
itulah juga orang-orang yang bertakwa. (Surah Al- Baqarah, Ayat: 177).
Kemuliaan akhlak adalah tanda keimanan seseorang kerana ia adalah hasil dari
keimanannya. Adalah tidak dikira beriman seseorang yang tidak berakhlak. Berhubung
dengan hal inilah Rasulullah s.a.w menyatakan:
Bukanlah iman itu hanya dengan cita-cita tetapi iman itu ialah keyakinan yang tertanam
di dalam hati dan dibuktikan dengan amalan. (Hadis riwayat Ad-Dailami).
Rasulullah s.a.w pernah ditanya tentang apa itu agama? Baginda menjawab: Kemuliaan
akhlak (Husnul Khuluq). Apabila ditanya tentang apa itu kejahatan, baginda menjawab:
Akhlak yang buruk (Su'ul Khuluq).
Akhlak mulia yang dimiliki oleh seseorang hamba merupakan amalan yang paling berat
dalam timbangan di hari kiamat nanti. Oleh itu sesiapa yang rosak akhlaknya dan buruk
amalannya tidak akan dipercepatkan hisabnya. Rasulullah s.a.w bersabda:
Yang bermaksud:
Tidak ada sesuatu yang lebih berat di atas neraca timbangan seorang hamba di hari
kiamat selain dari akhlak yang baik. (Hadis riwayat Abu Daud dan Tirmizi).
Di dalam Islam akhlak yang mulia itu lahir sebagai hasil dari berbagai ibadat yang
dilakukan. Tanpa hasil ini, tinggallah ibadat- ibadat itu sebagai upacara dan gerak- geri
yang tidak memiliki apa-apa nilai dan tidak membawa apa-apa faedah. Berhubung
dengan sembahyang contohnya, Allah s.w.t menyebut di dalam Al-Quran:
Yang bermaksud:
Sesungguhnya sembahyang itu mencegah dari perbuatan yang keji dan mungkar. (Surah
Al-Ankabuut, Ayat: 45).
Rasulullah menjelaskan perkara ini dengan sabdanya:
Yang bermaksud:
Sesiapa yang sembahyang (tetapi) tidak dapat mencegah (dirinya) dari berbuat keji dan
mungkar, ia akan bertambah jauh dari Allah. (Hadis riwayat Tabrani).
Rasulullah s.a.w juga menyebut perkara yang sama bagi faedah ibadat puasa:
Yang bermaksud:
Apabila seseorang yang berpuasa, janganlah dia melakukan rafath (mengeluarkan katakata
yang boleh menimbulkan rasa berahi, lucah atau bersetubuh) dan bertengkar. Jika
dia dicerca atau diperangi maka katakanlah: Saya ini sedang berpuasa. (Muttafaqun
alaih).
Berhubung dengan ibadat Haji pula Allah berfirman:
Yang bermaksud:
(Masa untuk mengerjakan ibadat) Haji itu ialah beberapa bulan yang termaklum. Oleh
yang demikian sesiapa yang telah mewajibkan dirinya (dengan niat mengerjakan) ibadat
Haji itu, maka tidak boleh mencampuri isteri dan tidak boleh membuat maksiat dan tidak
boleh bertengkar, dalam masa mengerjakan ibadat Haji. (Surah Al-Baqarah, Ayat: 197).
Rasulullah s.a.w bersabda:
Yang bermaksud:
Sesiapa yang telah sempurna menunaikan Haji tanpa melakukan rafath (mengeluarkan
kata-kata yang boleh menimbulkan rasa berahi, lucah atau bersetubuh) dan melakukan
perkara-perkara yang fasiq, (bererti) dia kembali (dalam keadaan suci bersih)
sebagaimana hari dia dilahirkan oleh ibunya. (Muttafaqun Alaih).
Sifat-sifat Akhlak Seorang Muslim
Di antara ciri-ciri akhlak yang sewajarnya menghiasi diri seseorang insan supaya dia
menjadi seorang muslim yang benar adalah akhlak-akhlak yang berikut:
1. Bersifat warak dari melakukan perkara-perkara yang syubhat.
Seorang muslim mestilah menjauhkan dirinya dari segala perkara yang dilarang oleh
Allah dan juga perkara-perkara yang samar-samar di antara halal dan haramnya (syubhat)
berdasarkan ajaran dari hadis Rasulullah s.a.w yang berbunyi:
Yang bermaksud:
Sesungguhnya yang hala itu nyata (terang) dan haram itu nyata (terang) dan di antara
keduanya ada perkara-perkara yang kesamaran, yang tidak diketahuinya oleh kebanyakan
manusia. Maka sesiapa yang memelihara (dirinya dari) segala yang kesamaran,
sesungguhnya dia memelihara bagi agamanya dan kehormatannya. Dan sesiapa yang
jatuh ke dalam kesamaran, jatuhlah ia ke dalam yang haram, seperti seorang
penggembala yang menggembala di sekeliling kawasan larangan, hampir sangat
(ternakannya) makan di dalamnya. Ketahuilah bahawa bagi tiap-tiap raja ada kawasan
larangan. Ketahuilah bahawa larangan Allah ialah segala yang diharamkannya.
Ketahuilah! Bahawa di dalam badan ada seketul daging, apabila ia baik, baiklah badan
seluruhnya dan apabila ia rosak, rosaklah seluruhnya. Ketahuilah! Itulah yang dikatakan
hati. (Diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Muslim).
Adapun setinggi-tinggi pencapaian darjat wara' adalah sebagaimana yang diriwayatkan
oleh Rasulullah s.a.w di dalam hadis baginda:
Yang bermaksud:
Seorang hamba (Allah) itu tidaklah termasuk di dalam martabat golongan muttaqin
sehinggalah dia meninggalkan sesuatu perkara yang tidaklah menjadi kesalahan (jika
dilakukan tetapi ia meninggalkannya) kerana sikap berhati- hati dari terjerumus ke dalam
kesalahan.
2. Memelihara Penglihatan:
Seseorang muslim itu mestilah memelihara dirinya dari melihat perkara-perkara yang
diharamkan oleh Allah kerana pandangan terhadap sesuatu (yang menarik itu) boleh
merangsang syahwat dan merupakan faktor yang membawanya ke kancah pelanggaran
dan maksiat. Berhubung dengan perkara-perkara ini Al-Quran mengingatkan orang-orang
mukmin supaya memelihara diri dari penglihatan yang tidak memberi faedah.
Allah s.w.t berfirman:
Yang bermaksud:
Katakanlah (wahai Muhammad) kepada orang-orang lelaki yang beriman supaya mereka
menyekat pandangan mereka (daripada memandang yang haram). (Surah An-Nur, Ayat:
30).
Rasulullah s.a.w pula bersabda:
Yang bermaksud:
Pandangan itu ada satu penahanan dari penahanan iblis.
Baginda juga mengingatkan:
Yang bermaksud:
Kamu hendaklah memelihara pandangan k, menjaga kehormatan (kemaluan) kamu
aAllah akan memburukkan muka kamu. (Hadis riwayat Tabrani).
3. Memelihara Lidah:
Seseorang muslim mestilah memelihara lidahnya dari menuturkan kata-kata yang tidak
berfaedah, perbuatan-perbuatan yang buruk dan kotor, percakapan-percakapan kosong,
mengumpat keji dan mengadu domba. Imam Nawawi rahimahullah mengatakan:
Ketahuilah, seseorang mukallaf itu sewajarnya menjaga lidahnya dari sebarang
percakapan kecuali percakapan yang menghasilkan kebaikan. Apabila bercakap dan
berdiam diri adalah sama sahaja hasilnya maka mengikut sunnahnya adalah lebih baik
berdiam diri kerana percakapan yang diharuskan mungkin membawa kepada yang haram
atau makruh. Kejadian demikian telah banyak berlaku tetapi kebaikan darinya adalah
jarang.
Sebenarnya banyak dari hadis-hadis Rasulullah s.a.w yang menerangkan keburukan dan
bencana lidah ke atas yang empunya diri:
Yang bermaksud:
Tidaklah dihumbankan muka manusia ke dalam neraka itu sebagai hasil tuaian (jelek)
lidahnya. (Hadis Riwayat Tirmizi).
Rasulullah s.a.w juga bersabda:
Yang bermaksud:
Bukanlah dia seorang mukmin (jika) dia suka me nuduh, suka melaknat, bercakap kotor
dan keji. (Hadis riwayat Tirmizi).
Sabdanya lagi:
Yang bermaksud:
Sesiapa yang banyak bercakap banyaklah kesalahannya, sesiapa yang banyak
kesalahannya banyaklah dosanya dan siapa yang banyak dosanya, api nerakalah paling
layak untuk dirinya. (Diriwayatkan oleh Baihaqi).
4. Bersifat Pemalu:
Seseorang muslim mestilah bersifat pemalu dalam setiap keadaan. Namun demikian sifat
tersebut tidak seharusnya menghalangnya dari memperkatakan kebenaran. Di antara sifat
pemalu seseorang ialah ia tidak masuk campur urusan orang lain, memelihara pandangan,
merendah diri, tidak meninggikan suara ketika bercakap, berasa cukup serta memadai
sekadar yang ada serta sifat-sifat seumpamanya.
Diceritakan daripada Rasulullah s.a.w bahawa baginda adalah seorang yang sangat
pemalu, lebih pemalu dari anak gadis yang berada di balik tabir.
Rasulullah s.a.w bersabda:
Yang bermaksud:
Iman itu mempunyai tujuh puluh cabang atau enam puluh cabang, maka yang paling
utama ialah ucapan Lailaha Illallah (Tidak ada tuhan yang sebenarnya melainkan Allah)
dan yang paling rendah ialah membuang duri dari jalan dan sifat malu ialah satu cabang
dari iman.
(Hadis riwayat Baihaqi).
Berhubung dengan sifat malu ini para ulama mengatakan:
Hakikat malu itu ialah sifat yang menggerakkan seseorang itu meninggalkan kejahatan
dan menghalangnya dari mencuaikan hak orang lain.
5. Bersifat Lemah-lembut dan Sabar:
Di antara sifat-sifat yang paling ketara yang wajib tertanam di dalam diri seseorang
Muslim ialah sifat sabar dan lemah- lembut kerana kerja-kerja untuk Islam akan
berhadapan dengan perkara-perkara yang tidak menyenangkan, malah jalan dakwah
sememangnya penuh dengan kepayahan, penyeksaan, penindasan, tuduhan, ejekan dan
persendaan yang memalukan. Semua halangan-halanga n ini sering dihadapi oleh para
petugas amal Islami, sehingga hemah mereka menjadi pudar, gerakan menjadi lumpuh
malah mereka mungkin terus berpaling meninggalkan medan dakwah.
Dari keterangan ini jelaslah tugas dan tanggungjawab seseorang pendakwah adalah satu
tugas yang amat sukar. Ia bertanggungjawab menyampaikan dakwah kepada seluruh
lapisan manusia yang berbeza kebiasaan, taraf pemikiran dan tabiatnya. Da'ie akan
menyampaikan dakwahnya kepada orang-orang jahil dan orang alim, orang yang
berfikiran terbuka dan orang yang emosional (sensitif), orang yang mudah bertolak ansur
dan orang yang keras kepala, orang yang tenang dan orang yang mudah tersinggung.
Oleh yang demikian dia wajib menyampaikan dakwah kepada semua golongan itu sesuai
dengan kadar kemampuan penerimaan akal mereka. Ia mestilah berusaha menguasai dan
memasuki jiwa mereka seluruhnya. Semua ini sudah pasti memerlukan kekuatan dari
kesabaran yang tinggi, ketabahan dan lemah-lembut. Oleh itu kita dapati banyak ayatayat
Al-Quran dan hadis Nabi menganjurkan dan mengarahkan agar seseorang da'ie itu
itu berakhlak dengan sifat sabar, lemah-lembut dan berhati-hati.
A. Arahan-arahan Dari Al-Quran:
Di antara arahan-arahan Al-Quran ialah:
1. Firman Allah:
Yang bermaksud:
Dalam pada itu (ingatlah), orang yang bersabar dan memaafkan (kesalahan orang
terhadapnya), sesungguhnya yang demikian itu adalah dari perkara-perkara yang
dikehendaki diambil berat (melakukannya). (Surah Asy-Syura, Ayat: 43).
2. Firman Allah:
Yang bermaksud:
Oleh itu biarkanlah (golongan kafir yang mendustakan kamu itu wahai Muhammad) serta
layanlah mereka dengan cara yang elok. (Surah Al-Hijr, Ayat: 85).
3. Firman Allah:
Yang bermaksud:
Sesungguhnya orang-orang yang bersabarlah sahaja yang akan disempurnakan pahala
mereka dengan tidak terkira. (Surah Az-Zumar, Ayat: 10).
4. Firman Allah:
Yang bermaksud:
Dan (sebaliknya) hendaklah mereka memaafkan serta melupakan kesalahan orang-orang
itu, tidakkah kamu suka supaya Allah mengampunkan dosa kamu? (Surah An-Nur, Ayat:
22).
5. Firman Allah:
Yang bermaksud:
Dan apabila orang-orang yang berkelakuan kurang adab, hadapkan kata-kata kepada
mereka, mereka menjawab dengan perkataan yang selamat dari perkara yang tidak
diingini. (Surah Al-Furqaan, Ayat: 63).
B. Arahan-arahan dari hadis-hadis Nabi ialah:
1. Sabda Rasulullah s.a.w:
Yang bermaksud:
Sesungguhnya seorang hamba itu akan mencapai darjat orang-orang yang berpuasa serta
bersembahyang malam dengan sifat lemah-lembutnya.
2. Sabda Rasulullah s.a.w:
Yang bermaksud:
Mahukah aku memberitahu kamu suatu perkara yang dengannya Allah akan memuliakan
binaan (kedudukan seseorang) dan mengangkatnya kepada beberapa darjat ketinggian.
Mereka menjawab: Ya! Wahai Rasulullah. Baginda bersabda: Berlemah-lembutlah kamu
terhadap orang jahil, maafkanlah orang yang menzalimi kamu, hulurkanlah pemberian
kepada orang yang menahan pemberiannya kepadamu dan sambunglah hubungan
silaturahim terhadap orang yang memutuskannya terhadap kamu.
3. Rasulullah s.a.w juga bersabda:
Yang bermaksud:
Apabila Allah s.w.t menghimpunkan makhluk-Nya di hari Kiamat, penyeru pada hari itu
menyeru: "Di manakah orang-orang yang mempunyai keistimewaan". Baginda bersabda:
"Lalu bangun segolongan manusia dan bilangan mereka adalah sedikit. Mereka semua
bergerak dengan cepat memasuki syurga lalu disambut oleh para malaikat." Kemudian
mereka ditanya: "Apakah keistimewaan kamu?" Mereka menjawab: "Apabila kami
dizalimi kami bersabar, apabila dilakukan kejahatan kepada kami, kami berlemahlembut".
Lalu dikatakan kepada mereka: "Masuklah kamu ke dalam Syurga kerana ia
adalah sebaik-baik ganjaran bagi orang-orang yang beramal".
C. Contoh-contoh Praktikal Dari Nabi-nabi:
1. Pada hari peperangan Hunain seorang (yang tidak puas hati dengan pembahagian
rampasan perang) berkata: "Demi Allah, sesungguhnya ini adalah pembahagian yang
tidak adil dan tidak bertujuan mendapat keredaan Allah". Setelah diceritakan kepada
Rasulullah s.a.w, baginda bersabda:
Yang bermaksud:
Semoga Allah merahmati Nabi Musa kerana ia disakiti lebih dari ini tetapi ia sabar.
2. Anas r.a telah berkata:
Yang bermaksud:
Pada suatu hari Rasulullah s.a.w telah memasuki sebuah masjid. Ia memakai kain
selendang buatan Najran yang kasar buatannya. Tiba-tiba seorang Arab Badwi datang
dari arah belakang baginda lalu menarik kain tersebut dari belakang sehingga
meninggalkan kesan di leher baginda. Badwi tersebut berkata: "Wahai Muhammad,
berikanlah kepada kami harta Allah yang ada di sisimu, lalu Rasulullah s.a.w berpaling
kepadanya dengan wajah yang tersenyum dan baginda bersabda: "Perintahkan kepada
yang berkenaan supaya berikan kepadanya.
3. Abu Hurairah menceritakan:
Yang bermaksud:
Bahawa seorang Arab Badwi telah berkata kepada Rasulullah s.a.w: "Wahai Muhammad!
Bawalah gandum ke atas dua ekor untaku, kerana kalau engkau buat begitu ia bukan
harta engkau dan bukan juga harta bapa engkau". Kemudian dia menarik kain selendang
Rasulullah s.a.w meninggalkan kesan kemerahan di leher baginda. Lalu Rasulullah s.a.w
memerintahkasupaya membawa kepada Badwi tersebut seguni gandum dan tamar.
4. At-Tabrani menceritakan:
Yang bermaksud:
Bahawa seorang wanita bercakap lucah (iaitu percakapan yang boleh membangkitkan
berahi) kepada sekumpulan lelaki, lalu dia melintas di hadapan Rasulullah s.a.w ketika
Nabi sedang memakan roti berkuah di atas tanah. Kemudian wanita tersebut berkata:
"Kamu lihatlah kepadanya, dia duduk seperti seorang hamba abdi dan dia makan juga
seperti seorang hamba abdi".
5. Abu Hurairah r.a menceritakan:
Yang bermaksud:
Seorang lelaki berkata: "Wahai Rasulullah! Sesungguhnya saya mempunyai kaum
kerabat yang selalu saya hubungi mereka tetapi mereka semua memutuskan hubungan
dengan saya, saya berbuat baik kepada mereka tetapi mereka berbuat jahat kepada saya,
saya berlemah-lembut dengan mereka tetapi mereka bersikap keras kepada saya". Lalu
baginda bersabda: "Jika sekiranya engkau berbuat seperti yang engkau katakan seolaholah
engkau menjemukan mereka dan engkau tetap akan mendapat pertolongan dari
Allah selama engkau berbuat demikian".
6. Pada suatu ketika datang seorang Yahudi menuntut hutang daripada Rasulullah s.a.w
dengan berkata: "Kamu dari Bani Abd. Manaf adalah bangsa yang suka melambatlambatkan
pembayaran hutang". Ketika itu Umar bin Al-Khattab ada bersama dan dia
hampir-hampir memenggal leher Yahudi itu, lalu Rasulullah s.a.w berkata kepadanya:
"Wahai Umar! Sepatutnya engkau menyuruhnya meminta kepadaku dengan cara yang
baik dan menuntut aku juga membayar dengan baik".
7. Diriwayatkan bahawa Nabi Isa a.s bersama para pengikut setianya (Hawariyyun)
menjelajah dari satu kampung ke satu kampung yang lain kerana berdakwah. Lalu di
dalam dakwahnya itu dia bercakap kepada manusia dengan cara yang baik, sebaliknya
mereka membalasnya dengan kata-kata yang buruk, kutukan dan maki-hamun. Para
pengikut setia Nabi Isa merasa hairan terhadap tindakan itu lalu mereka bertanya tentang
rahsia perbuatan sedemikian. Baginda berkata: "Setiap orang itu mengeluarkan
(membelanjakan) apa yang ada padanya".
Semua peristiwa di atas dan peristiwa lainnya menjadi bukti yang menguatkan lagi
tuntutan ke atas para pendakwah supaya bersifat lemah- lembut, sabar dan berlapang dada
khususnya apabila cabaran-cabaran yang menyakitkan itu datangnya dari kaum kerabat,
sahabat handai, orang-orang yang dikasihi, teman-teman rapat dan saudara mara kerana
sifat lemah-lembut, sabar dan berlapang dada itu akan menghasilkan kasih-sayang,
kelembutan hati dan menghapuskan perpecahan serta perbezaan. Cukuplah seseorang
pendakwah itu melakukan apa yang diredai oleh Allah.
8. Bersifat Benar dan Jujur.
Seorang muslim itu mestilah bersifat benar dan tidak berdusta. Berkata benar sekalipun
kepada diri sendiri kerana takut kepada Allah dan tidak takut kepada celaan orang. Sifat
dusta adalah sifat yang paling jahat dan hina malahan ia menjadi pintu masuk kepada tipu
daya syaitan. Seseorang yang memelihara dirinya dari kebiasaan berdusta bererti dia
memiliki pertahanan dan benteng yang dapat menghalang dari was-was syaitan dan
lontaran- lontarannya. Berhati- hati dan memelihara diri dari sifat dusta akan menjadikan
jiwa seorang itu mempunyai pertahanan dan benteng yang kukuh menghadapi hasutan
dan tipu-daya syaitan. Dengan demikian jiwa seseorang akan sentiasa besih, mulia dan
terhindar dari tipu-daya syaitan. Sebaliknya sifat dusta meruntuhkan jiwa dan membawa
kehinaan kepada peribadi insan. Lantaran itu Islam mengharamkan sifat dusta dan
menganggap sebagai satu penyakit dari penyakit-penyakit yang laknat.
Rasulullah s.a.w bersabda:
Yang bermaksud:
Sesungguhnya sifat benar membawa kepada kebajikan dan sesungguhnya kebajikan itu
membawa ke syurga. Seseorang yang sentiasa bersifat benar hinggalah dicatat di sisi
Allah sebagai seorang yang benar. Dan sesungguhnya sifat dusta itu membawa kepada
kezaliman (kejahatan) dan kejahatan itu membawa ke neraka. Seorang lelaki yang
sentiasa berdusta sehinggalah dicatat di sisi Allah sebagai seorang pendusta".
(Muttafaqun Alaih).
9. Bersifat Rendah Diri
Seseorang muslim mestilah bersifat tawaduk atau merendah diri khususnya terhadap
saudara-saudaranya yang muslim dengan cara tidak membezakan (dalam memberikan
layanan) sama ada yang miskin mahupun yang kaya. Rasulullah s.a.w sendiri memohon
perlindungan kepada Allah agar dijauhkan dari sifat-sifat takbur (membangga diri).
Baginda bersabda:
Yang bermaksud: Tidak akan memasuki syurga sesiapa yang di dalam hatinya terdapat
sebesar zarrah (sedikit) sifat takbut".
(Hadis riwayat Muslim).
Di dalam Hadis Qudsi pula Allah berfirman:
Yang bermaksud:
Kemuliaan itu ialah pakaian-Ku dan membesarkan diri itu ialah selendang-Ku. Sesiapa
yang cuba merebut salah satu dari kedua-duanya pasti Aku akan menyeksanya".
(Hadis Qudsi riwayat Muslim).
10. Menjauhi Sangka Buruk dan Mengumpat:
Menjauhi sangka buruk, mengumpat dan mengintai- intai keburukan orang lain. Oleh itu
seseorang itu mestilah menjauhi sifat-sifat ini kerana mematuhi firman Allah:
Yang bermaksud:
Wahai orang-orang yang beriman! Jauhilah kebanyakan dari sangkaan (supaya kamu
tidak menyangka sangkaan yang dilarang) kerana sesungguhnya sebahagian dari
sangkaan itu adalah dosa dan janganlah kamu mengintip atau mencari-cari kesalahan dan
keaiban orang dan janganlah setengah kamu mengumpat setengahnya yang lain. Adakah
seseorang dari kamu suka memakan daging saudaranya yang telah mati? (Jika demikian
keadaan mengumpat) maka sudah tentu kamu jijik kepadanya. (Oleh itu, patuhilah
larangan-larangan yang tersebut) dan bertakwalah kamu kepada Allah; sesungguhnya
Allah Penerima taubat, lagi Maha mengasihani. (Surah Al-Hujuraat, Ayat: 12).
Allah berfirman lagi:
Yang bermaksud:
Dan orang-orang yang mengganggu serta menyakiti orang-orang lelaki yang beriman dan
orang-orang perempuan yang beriman dengan perkataan atau perbuatan yang tidak tepat
dengan sesuatu kesalahan yang dilakukannya, maka sesungguhnya mereka telah memikul
kesalahan menuduh secara dusta dan berbuat dosa yang amat nyata. (Surah Al-Ahzaab,
Ayat: 58).
Dan Rasulullah s.a.w bersabda:
Yang bermaksud:
Wahai golongan yang beriman dengan lidahnya sahaja, sedang iman belum memasuki
hatinya, janganlah kamu mengumpat orang-orang Islam yang lain dan janganlah kamu
mengintai-intai keburukan mereka, kerana sesiapa yang mengintai- intai keburukan
saudaranya, Allah akan membongkar keburukannya sekalipun dia berada di dalam
rumahnya". (Hadis riwayat Abu Daud).
11. Bersifat Pemurah.
Seorang Muslim mestilah bersifat pemurah, sanggup berkorban dengan jiwa dan harta
bendanya pada jalan Allah. Di antara cara yang dapat menyingkap kebakhilan seseorang
itu ialah dengan cara memintanya membelanjakan wang ringgit kerana berapa banyak
dari kalangan mereka yang berkedudukan, bercita-cita tinggi serta berpangkat gugur
tercicir dari jalan ini, disebabkan oleh sikap rakus terhadap mata benda. Di dalam Al-
Quran sendiri terdapat berpuluh-puluh ayat yang menjelaskan ciri-ciri keimanan yang
dikaitkan dengan sifat pemurah.
Di antaranya:
Yang bermaksud:
Dan yang mendermakan sebahagian dari apa yang Kami kurniakan kepada mereka.
(Surah Al- Anfaal, Ayat: 3).
Yang bermaksud:
Dan apa jua harta yang halal yang kamu belanjakan (pada jalan Allah) maka (faedahnya
dan pahalanya) adalah untuk diri kamu sendiri dan kamu pula tidaklah mendermakan
sesuatu melainkan kerana menuntut keredaan Allah dan apa jua yang kamu dermakan
dari harta yang halal, akan disempurnakan (balasan pahalanya) kepada kamu dan (balasan
baik) kamu (itu pula) tidak dikuran. (Surah Al-Baqarah, Ayat: 272).
Orang-orang yang bakhil atau kikir seharusnya mendengar dan mengambil pengajaran
darpesanan Rasulullah s.a.w yang berbunyi:
Yang bermaksud:
Tidak ada suatu haripun yang dilalui oleh seorang hamba kecuali (hari- hari) didatangi
oleh dia Malaikat lalu salah satu darinya berdoa: "Ya Allah! Berikanlah ganti kepada si
hamba yang menafkahkan hartanya". Manakala Malaikat yang kedua pula berdoa: Ya
Allah! Berikanlah kebinasaan kepada si hamba yang bakhil ini".
12. Qudwah Hasanah (Suri Teladan Yang Baik)
Selain dari sifat-sifat yang dinyatakan di atas, seorang muslim mestilah menjadikan
dirinya contoh ikutan yang baik kepada orang ramai. Segala tingkah-lakunya adalah
menjadi gambaran kepada prinsip-prinsip Islam serta adab-adabnya seperti dalam hal
makan minum, cara berpakaian, pertuturan, dalam suasana aman, dalam perjalanan malah
dalam seluruh tingkah laku dan diamnya.
(Kitab-kitab yang membicarakan secara khusus mengenai tajuk ini yang dapat dijadikan
sebagai renungan oleh para pembaca di antaranya ialah Kitab Riadhus Salihin karangan
Imam Nawawi, Kitab Khuluqul Muslim (Akhlak Seorang Muslim) karangan Muhammad
Al-Ghazali, Ihya' Ulumuddin karangan Imam Al-Ghazali dan Hayat As-Sahabah
karangan Al-Kandahlawi).
Bab 4
Saya Mestilah Bersifat Seorang Muslim Terhadap Keluarga Saya
Sebenarnya apabila saya telah menganut agama Islam, saya wajib menjadi
seorang pendukung risalah ini di dalam kehidupan bahkan saya wajib menjadikan
seluruh kehidupan saya mematuhi segala arahan risalah ini.
Maka apabila anutan saya terhadap Islam mewajibkan saya menjadi Muslim di
dalam sudut kejiwaan, akidah, ibadah dan akhlak maka kewajipan ya ng sama juga
menuntut saya berusaha menjadikan masyarakat yang saya hidup di dalamnya
sebagai masyakat muslim.
Adalah tidak memadai dengan saya menjadi muslim seorang diri sahaja
sedangkan orang-orang di sekeliling saya tidak dihiraukan, kerana di antara
kesan-kesan dari seruan Islam dan kemesraannya di dalam jiwa manusia (jika ia
telah benar-benar beriman) ialah ia merasai tanggungjawabnya terhadap orang
lain dengan mengajak dan menasihati mereka dengan Islam serta ghairah
mengambil berat ke atas mereka sebagai realisasi dari amaran Rasulullah:
Yang bermaksud:
"Barang siapa yang tidur nyenyak dan tidak mengambil peduli urusan umat Islam
maka ia bukan dari golongan mereka".
Bertitik tolak dari sinilah menyusulnya satu tanggungjawab ke atas saya, iaitu
tanggungjawab menegakkan masyarakat Islam dan tanggungjawab
menyampaikan Islam kepada masyarakat.
Langkah pertama dari tanggungjawab ini dan merupakan langkah yang bersifat
tabii dalam usaha ini, saya mestilah jadikan rumah-tangga saya sebuah rumahtangga
muslim. Saya mestilah menyampaikan risalah Islam kepada "masyarakat
kecil saya" yang terdiri dari ahli-ahli keluarga saya, isteri- isteri saya, anak-anak
saya, seterusnya kepada kaum kerabat saya yang dekat dan inilah cara yang
dilakukan oleh Rasulullah di permulaan dakwahnya. Firman Allah:
(213) (214)
Maksudnya:
Maka janganlah engkau (wahai Muhammad) menyembah tuhan yang lain
bersama-sama Allah, akibatnya engkau akan menjadi dari golongan yang
dikenakan azab seksa. 214- Dan berilah peringatan serta amaran kepada kaum
kerabatmu yang dekat. 215- Dan hendaklah engkau merendah diri kepada
pengikut-pengikutmu dari orang-orang yang beriman. (Surah Al-Syu'ara' 26: Ayat
213-215).
Dari penjelasan di atas nyatalah bahawa tanggungjawab seorang muslim selepas
tanggungjawab ke atas dirinya sendiri ialah tanggungjawab terhadap ahli
keluarganya, rumah-tangganya dan anak-pinaknya. Berdasarkan dalil firman
Allah:
Maksudnya:
Wahai orang-orang yang beriman! Peliharalah diri kamu dan keluarga kamu dari
Neraka yang bahan-bahan bakarannya: Manusia dan batu (berhala); Neraka itu
dijaga dan dikawal oleh malaikat-malaikat yang keras kasar (layanannya); mereka
tidak menderhaka kepada Allah dalam segala yang diperintahkanNya kepada
mereka, dan mereka pula tetap melakukan segala yang diperintahkan. (Surah Al-
Tahrim 66: Ayat 6)
4.1- Tanggungjawab Sebelum Berumah-tangga.
Untuk membantu saya menjayakan usaha membina sebuah rumah-tangga yang
baik, Islam telah menunjukkan beberapa anasir dan sebab-sebab yang
memudahkan tanggungjawab dan pencapaian matlamat pembinaan rumah-tangga
saya. Di antaranya ialah:
1. Saya mestlah memastikan perkahwinan saya adalah kerana Allah atau dengan
kata lain membina rumah-tangga muslim, untuk melahirkan keturunan yang salih,
menjadi keluarga yang mampu menunaikan amanah serta memastikan
pelaksanaan hidayah Allah itu secara berterusan sebagaimana firman Allah yang
bermaksud:
"Satu keturunan yang sebahagiannya (turunan) dari yang lain" (Surah Ali-Imran
3: Ayat 34)
2. Saya mestilah menjadikan tujuan perkahwinan saya adalah untuk menjaga
pandangan saya, memelihara kemaluan saya serta bertakwa kepada Allah
sebagaimana sabda Rasulullah s.a.w yang bermaksud:
"Ada tiga golongan yang Allah berhak menolong mereka. Pertama: Orang yang
berjihad pada jalan Allah. Kedua: hamba mukatab (yang berjanji untuk menebus
diri) yang menunaikan bayaran dan ketiga orang yang berkahwin kerana ingin
memelihara dirinya". (Hadis riwayat Al-Tirmizi).
Dan sabdanya lagi yang bermaksud:
"Sesiapa yang berkahwin sesungguhnya ia telah menyempurnakan separuh dari
agamanya maka bertakwalah ia pada separuh yang lain".
(Hadis riwayat oleh Al-Tabrani Fil-Ausath)
3. Saya mestilah memilih bakal isteri yang baik kerana dengannyalah saya berkongsi
hidup dan menjadi teman dalam perjuangan, sebagaimana sabda Rasulullah s.a.w
yang bermaksud:
"Pilihlah untuk keturunanmu (wanita yang baik) kerana sesungguhnya keturunan
itu menjadi pertikaian. Dalam satu riwayat yang lain dikatakan: Keturunan itu
menjadi desas-desus". Dalam satu lagi riwayat yang lain disebut: "Hendaklah
engkau berkahwin dengan orang sekupu dan kahwinkanlah (anak-anakmu)
dengan yang sekupu.
4. Saya mestilah memilih wanita yang baik akhlak dan pegangan agamanya
sekalipun ia mungkin tidak punya harta kekayaan dan kecantikan kerana sabda
Rasulullah s.a.w yang bermaksud:
"Janganlah kamu mengahwini wanita kerana kecantikannya kerana bole jadi
kecantikan itu akan membinasakannya, janganlah kamu mengahwini mereka
kerana kekayaannya, kerana mungkin kekayaan itu merosakkannya tetapi
kahwinilah mereka atas dasar pegangan agamanya. Hamba perempuan yang rabik
dan hodoh tetapi baik agamanya adalah lebih utama". (Hadis riwayat Ibnu Majah)
5. Saya mestilah berhati- hati supaya tidak menyalahi perintah Allah dalam urusan
ini, kerana takut kemurkaan dan seksaan Allah. Kerana mengingati amaran
Rasulullah s.a.w yang bermaksud:
"Sesiapa yang mengahwini wanita kerana memandang kepada kemuliaan
(kedudukannya) sahaja, Allah tidak akan menambah apa-apa kepadanya
melainkan dengan kehinaan, sesiapa yang berkahwin kerana hartanya,
Allah tidak akan menambahnya kecuali kefakiran, sesiapa yang berkahwin
kerana keturunannya Allah tidak akan menambahnya kecuali kerendahan
tetapi sesiapa yang mengahwini wanita kerana menjaga pandangannya dan
memelihara kemaluannya (dari perkara haram) atau kerana
menghubungkan silaturahim, Allah akan memberkatinya dan isterinya".
4.2- Tanggungjawab Selepas Berumah-tangga.
Sebenarnya pemilihan bagi mendapatkan isteri yang baik oleh saya tidaklah bererti
terlepasnya tanggungjawab terhadapnya selepas perkahwinan. Malah tanggungjawab
yang lebih besar segera bermula sebaik sahaja saya berumah-tangga. Di antara
tanggungjawab tersebut diperturunkan seperti berikut:
1. Saya mestilah berlaku baik terhadapnya dan memuliakan dalam hubungan
muamalah untuk membina jambatan saling mempercayai di antara saya
dengannya sebagaimana Rasulullah bersabda:
"Orang yang paling baik di antara kamu adalah orang yang paling baik perlakuan
terhadap isterinya dan akulah orang yang paling baik perlakuan terhadap isteri".
Dan sabda Rasulullah s.a.w:
"Orang-orang mukmin yang sempurna imannya ialah mereka yang baik
akhlaknya dan berlemah- lembut terhadap isteri mereka".
2. Hubungan saya dengan isteri tidak seharusnya terbatas kepada hubungan di
tempat tidur dan melepaskan keinginan syahwat sahaja. Malah hubungan antara
kami itu mestilah hubungan yang dapat menjalinkan persefahaman dalam
pemikiran, kejiwaan dan kasih sayang. Kami sama-sama membaca, menunaikan
sebahagian dari 'ibadat bersama-sama turut mengatur urusan rumah-tangga dan
meluangkan waktu tertentuuntuk bergurau-senda dan bermanja.
Dalam urusan 'ibadah Allah s.w.t berfirman:
Maksudnya:
"Dan perintahkanlah kepada keluargamu mendirikan sembahyang dan bersabarlah
kamu dalam mengerjakannya..." (Surah Taha 20: Ayat 132)
Dan firman Allah:
Maksudnya:
"Dan ia (Nabi Ismail a.s) memerintahkan ahlinya mendirikan sembahyang dan
menunaikan zakat dan ia adalah seorang yang diredai di sisi Tuhannya". (Surah
Maryam 19: Ayat 55)
Dalam hal bermesra dengan isteri, Rasulullah s.a.w pernah berlumba-kejar dengan
Aisyah r.a. Manakala dalam hal membantu urusan rumah-tangga, baginda
melakukan banyak kerja, di antaranya baginda menjahit serta memperbaiki kasut.
3. Selain dari perkara-perkara di atas, seluruh hubungan saya dengan isteri saya
mestilah tidak terkeluar dari batas-batas syariat, tidak menjatuhkan nama baik
Islam dan tidak tercebur ke dalam hal-hal yang haram kerana sesungguhnya
Rasulullah s.a.w memberi amaran:
"Tidak ada seorang yang tunduk menurut kehendak wanita melainkan
Allah mencampakkannya ke dalam neraka".
Rasulullah juga bersabda:
"Seorang itu tidak menemui Allah dengan membawa dosa yang sangat
besar dari kejahilan isterinya".
Sabda baginda lagi:
"Celakalah orang yang menjadi hamba isterinya".
4.3- Tanggungjawab Bersama Dalam Mendidik Anak-anak.
Sebenarnya kejayaan dalam perkahwinan dengan memilih isteri yang salihah dan
membentuk pasangan suami- isteri yang serasi dengan acuan Islam merupakan saham
yang sangat besar dalam membantu melaksanakan pendidikan Islam kepada anak-anak.
Sebaliknya kegagalan perkahwinan dan tersalah pilih bakal isteri adalah punca kepada
keburukan dan keruntuhan ke atas rumah-tangga seluruhnya.
Apapun pertentangan yang berlaku dalam kehidupan suami isteri akan memberi kesan
secara langsung ke dalam pendidikan anak-anak dan jiwa mereka. Ekoran dari ini
sebahagian dari sifat-sifat kekusutan jiwa dan penyimpangan akan diwarisi pula oleh
anak-anak. Oleh yang demikian anasir yang pertama yang dapat menjamin terlaksananya
pendidikan secara Islam ke atas kanak-kanak ialah melaksanakan perkahwinan menurut
yang dianjurkan oleh Islam.
Pada hakikatnya hasil yang diharapkan dari sebuah rumah-tangga Islam ialah melahirkan
keturunan yang salih seperti firman Allah:
Maksudnya:
Dan juga mereka (yang diredhai Allah itu ialah orang-orang) yang berdoa dengan
berkata: Wahai Tuhan kami, berilah kami beroleh dari isteri- isteri dan zuriat keturunan
kami: Perkara-perkara yang menyukakan hati melihatnya dan jadikanlah kami imam
ikutan bagi orang-orang yang (mahu) bertakwa. (Surah Al-Furqan 25: Ayat 74)
Anak-anak itu dilahirkan dalam keadaan bersih (fitrah). Ia akan menjadi seorang yang
salih bila mendapat pendidikan yang baik. Sebaliknya jika ia hidup membesar dalam
suasana keluarga yang terpesong dan menyeleweng ia juga akan turut terpesong dan
menyeleweng sebagaimana sabda Nabi s.a.w:
"Setiap anak itu dilahirkan dalam keadaan bersih (fitrahnya) maka kedua ibu bapanyalah
yang menjadikannya Yahudi, Nasrani atau Majusi. (Muttafaqun 'Alaih)
Oleh sebab itu Islam memandang berat dalam urusan mendidik anak-anak serta
menggesa supaya mencari sebab-sebab, norma-norma serta udara yang baik untuk
menjamin terlaksana tarbiah yang baik. Rasulullah bersabda:
"Seorang yang mendidik anaknya (dengan baik) adalah lebih baik dari bersedekah
dengan secupak". (Diriwayatkan oleh Al-Tirmizi).
Rasulullah juga bersabda:
"Tidak ada satu pemberian bapa terhadap anak-anak yang lebih dari adab yang mulia".
Sabda baginda lagi:
"Berlaku pemurahlah kepada anak-anakmu dan bentuklah mereka dengan akhlak yang
mulia".
Sabda Rasulullah s.a.w:
"Apabila mati seorang anak Adam, terputuslah segala amalan (dari dia) kecuali tiga
(kebaikan): Sedekah jariah (yang ikhlas), ilmu yang dimanfaatkan dan anak yang salih
yang mendoakan (kebaikan) untuknya".
Bab 5
Saya Mestilah Dapat Menguasai Diri
Di dalam kehidupan ini insan bertarung dengan dirinya sendiri. Adakalanya ia menang
dan adakalahnya ia kecundang atau ia tetap dalam pertarungan yang berterusan.
Sememangnya pertarungan ini berterusan sehinggalah ajal maut menjemputnya. Firman
Allah:
(7) (8) (9)
Maksudnya:
Demi diri manusia dan Yang menyempurnakan kejadiannya (dengan kelengkapan yang
sesuai dengan keadaannya); 8- Serta mengilhamkannya (untuk mengenal) jalan yang
membawanya kepada kejahatan, dan yang membawanya kepada bertakwa; 9-
Sesungguhnya berjayalah orang yang menjadikan dirinya yang sedia bersih bertambahtambah
bersih (dengan iman dan amal kebajikan), 10- Dan sesungguhnya hampalah
orang yang menjadikan dirinya yang sedia bersih itu susut dan terbenam kebersihannya
(dengan sebab kekotoran maksiat). (Surah Asy-Syams 91: Ayat 7-10)
Maksud inilah yang terkandung dalam sabda yang diisyaratkan oleh baginda s.a.w:
Fitnah akan melekat di hati manus ia bagaikan tikar yang dianyam secara tegak-menegak
antara satu sama lain. Mana- mana hati yang dihinggapi oleh fitnah, nescaya akan terlekat
padanya bintik-bintik hitam. Begitu juga mana- mana hati yang tidak dihinggapinya, akan
terlekat padanya bintik-bintik putih sehinggalah hati tersebut terbahagi dua:
Sebahagiannya menjadi putih bagaikan batu licin yang tidak lagi terkena bahaya fitnah,
selama langit dan bumi masih ada. Manakala sebahagian yang lain menjadi hitam keabuabuan
seperti bekas tembaga berkarat, tidak menyuruh kebaikan dan tidak pula melarang
kemungkaran.
Dalam pertarungan menghadapi nafsu manusia terbahagi kepada 3 golongan:
1. Golongan yang tunduk mengikut hawa nafsu mereka.
Mereka hidup dengan keseronokan di atas muka bumi ini dan ingin hidup
berkekalan di dunia. Mereka adalah orang-orang kafir dan orang yang mengikuti
jejak langkah mereka. Golongan ini melupai (kebesaran dan nikmat) Allah, lalu
Allah juga membiarkan mereka. Di dalam Al-Quran Allah menyifatkan mereka
sebagai orang yang mempertuhankan hawa nafsu, firman Allah:
Maksudnya:
Dengan yang demikian, bagaimana fikiranmu (wahai Muhammad) terhadap orang
yang menjadikan hawa nafsunya: Tuhan yang dipatuhinya dan dia pula disesatkan
oleh Allah kerana diketahuiNya (bahawa dia tetap kufur ingkar) dan dimeteraikan
pula atas pendengarannya dan hatinya serta diadakan lapisan penutup atas
penglihatannya? Maka siapakah lagi yang dapat memberi hidayat petunjuk
kepadanya sesudah Allah (menjadikan dia berkeadaan demikian)? Oleh itu,
mengapa kamu (wahai orang-orang yang ingkar) tidak ingat dan insaf?. (Surah
Al-Jathiyah 45: Ayat 23)
2. Golongan yang bermujahadah dan bertarung menentang hawa nafsunya.
Dalam menentang hawa nafsunya ada kalanya golongan ini mencapai
kemenangan dan ada kalanya mereka kecundang. Apabila terlibat dalam
kesalahan mereka segera bertaubat. Begitu juga bila mereka melakukan
maksiat mereka segera sedar dan menyesal serta memohon keampunan
dari Allah. Allah berfirman:
Maksudnya:
Dan juga orang-orang yang apabila melakukan perbuatan keji atau
menganiaya diri sendiri, mereka segera ingat kepada Allah lalu memohon
ampun akan dosa mereka dan sememangnya tidak ada yang
mengampunkan dosa-dosa melainkan Allah dan mereka juga tidak
meneruskan perbuatan keji yang mereka telah lakukan itu, sedangkan
mereka mengetahui (akan salahnya dan akibatnya). (Surah Al-'Imran 3:
Ayat 135)
Inilah golongan yang dijelaskan oleh Rasulullah s.a.w dalam sabdanya:
"Setiap anak Adam (manusia) itu melakukan kesalahan, sebaik-baik orang
yang melakukan kesalahan (dosa) ialah mereka yang bertaubat.
(Hadis riwayat Ahmad dan Tirmizi)
Sehubungan dengan pengertian inilah diriwayatkan satu kisah oleh Wahab
Bin Munabbih yang mengatakan:
"Sesungguhnya Iblis pernah bertemu dengan Nabi Allah Yahya bin
Zakaria a.s, lalu Nabi Zakaria a.s berkata kepada Iblis: "Ceritakan
kepadaku tabiat perangai manusia menurut pandangan kamu". Lalu Iblis
menjawab:
1. Golongan pertama dari manusia ialah seperti kamu ini.
Mereka ini terpelihara (dari kejahatan dan dosa).
2. Golongan yang kedua adalah mereka yang berada dalam genggaman kami
sebagaimana bola berada di tangan anak-anak kamu. Mereka menyerah
diri mereka bulat-bulat kepada kami.
3. Golongan yang ketiga ialah golongan yang sangat sukar untuk kami kuasai
mereka. Kami menemui salah seorang dari mereka dan kami berjaya
memperdayakannya dan mencapai hajat kami tetapi ia segera memohon
keampunan (bila ia sedar) dan dengan istighfar itu rosaklah apa yang kami
dapati darinya. Maka kami tetap tidak berputus asa untuk menggodanya
dan kami tidak akan mendapati hajat kami tercapai.
Sendi-sendi Kekuatan Dalam Memerangi Nafsu.
1. Hati: Hati akan menjadi benteng yang kuat dalam memerangi nafsu sekiranya
hati itu hidup, lembut, bersih, cekal dan selalu mengingati pesanan Sayidina Ali
yang berbunyi:
"Sesungguhnya Allah s.w.t mempunyai bejana di atas buminya iaitu hati- hati ...
maka hati yang paling disukai oleh Allah s.w.t ialah hati yang lembut, bersih dan
cekal. Kemudian Sayidina Ali mentafsirkan (kalimah-kalimah tersebut dengan)
katanya: Cekal dalam pegangan agama, bersih di dalam keyakinan dan lembut
terhadap saudara-saudara mukmin.
Sayidina Ali juga berkata:
"Hati seorang mukmin itu bersih, terdapat padanya pelita yang bercahaya. Hati
seorang kafir itu hitam serta berpenyakit".
Al-Quran Al-Karim memberi gambaran tentang hati orang-orang mukmin
menerusi firman Allah:
Maksudnya:
Orang-orang yang beriman itu (yang sempurna imannya) ialah mereka yang
apabila disebut nama Allah (dan sifat-sifatNya) gementarlah hati mereka; dan
apabila dibacakan kepada mereka ayat-ayatNya, menjadikan mereka bertambah
iman mereka. (Surah Al- Anfal 8: Ayat 2)
Dalam menggambarkan sifat-sifat hati orang kafir pula Allah menjelaskan:
Maksudnya:
Kerana keadaan yang sebenarnya bukanlah mata kepala yang buta, tetapi yang
buta itu ialah mata hati yang ada di dalam dada. (Surah Al-Hajj 22: Ayat 46)
Allah juga berfirman:
Maksudnya:
(Setelah diterangkan yang demikian) maka adakah mereka sengaja tidak berusaha
memahami serta memikirkan isi Al-Quran? Atau telah ada di atas hati mereka
kunci penutup (yang menghalangnya daripada menerima ajaran Al-Quran)?.
(Surah Muhammad 47: Ayat 24)
2. Akal: Akal adalah (ciptaan Allah) yang dapat melihat, mempunyai daya
memahami sesuatu, mampu membezakan dan dapat menyimpan sesuatu fahaman
dari ilmu-ilmunya di mana dengan ilmu itu kelak ia dapat menghampirkan diri
dengan Allah, mengetahui keagungan Allah serta kekuatannya. Akal seperti inilah
yang dimaksudkan oleh firman Allah:
Maksudnya:
Sebenarnya yang menaruh bimbang dan takut (melanggar perintah) Allah
dari kalangan hamba-hambaNya hanyalah orang-orang yang berilmu.
Sesungguhnya Allah Maha Kuasa, lagi Maha Pengampun. (Surah Al-Fatir
35: Ayat 28).
Rasulullah s.a.w menyebut betapa tingginya nilai akal ini dalam sabdanya:
"Allah tidaklah mencipta suatu kejadian yang lebih mulia dari akal".
Rasulullah s.a.w berpesan kepada Sayidina Ali Karramallahu wajhah:
"Apmanusia mendampingi Allah dengan melakukan berbagai amalan
kebajikan maka engkau dampingilah Allah dengan akal fikiran engkau".
Baginda juga bersabda:
"Tidaklah beruntung seorang lelaki (dengan satu pemberian) dibandingkan
dengan kelebihan kurniaan akal yang dapat membimbing pemiliknya
kepada petunjuk dan menahannya dari perkara yang buruk". (Hadis
riwayat Al-Mujbir)
Oleh kerana betapa tingginya nilai akal, maka Islam menganjurkan agar
akal diisi dengan ilmu dan makrifat serta mendalami segala urusan agama
agar dengan ilmu-ilmu itu akal menjadikannya sebagai sebab-akibat yang
memandu segala tindakan, membezakan di antara yang buruk dengan yang
baik, di antara yang hak dengan yang batil sebagaimana sabda Rasulullah
s.a.w:
"Sesiapa yang Allah inginkan kebaikan pada dirinya diberikan kefahaman
yang mendalam dalam agama".
Sabda baginda lagi:
"Kelebihan (keutamaan) seorang 'alim atas seorang 'abid (ahli ibadat)
adalah seperti kelebihanku atas orang yang paling rendah dari sahabatsahabatku".
Semua ini membuktikan betapa tingginya nilai dan kesan akal dalam
proses membina kekuatan insan di dalam diri manusia. Dengannya
manusia dapat mengenali serta dapat menyelami hakikat alam semesta dan
rahsianya.
Oleh yang demikian akal seorang mukmin itu adalah akal fikiran yang
waras, dapat membezakan buruk dan baik, halal dan haram, kebaikan dan
kemungkaran kerana ia melihat segala perkara dengan cahaya Allah yang
dapat menembusi di sebalik tutupan yang halus. Firman Allah:
Maksudnya:
Dan (ingatlah) sesiapa yang tidak dijadikan Allah menurut undang-undang
peraturanNya mendapat cahaya (hidayat petunjuk) maka dia tidak akan
beroleh sebarang cahaya (yang akan memandunya ke jalan yang benar).
(Surah Al-Nur 24: Ayat 40).
Cahaya akal seseorang mukmin itu sentiasa bersinar, tidak dapat
dipadamkan kecuali oleh kerja-kerja maksiat yang berkekalan, dilakukan
pula secara terang-terangan dan tidak pula diikuti dengan taubat.
Rasulullah s.a.w menjelaskan:
"Sesiapa yang melakukan dosa maka bercerailah akalnya dari dirinya, ia
tidak akan kembali kepadanya buat selama-lamanya".
Baginda s.a.w juga bersabda:
"Kalaulah tidak kerana syaitan-syaitan itu mengelilingi hati anak-anak
Adam nescaya mereka dapat melihat (merenung) kerajaan Allah di langit
dan di bumi".
Anas bin Malik r.a menceritakan:
"Semasa aku masuk menemui Othman bin Affan r.a aku bertemu seorang
wanita dalam perjalanan, lalu aku sempat mengerling memandangnya dan
tertarik kepada kecantikannya. Lalu semasa aku menemuinya Othman
berkata kepadaku: "Seorang dari kamu menemuiku sedangkan kesan zina
kelihatan pada kedua matanya". Adakah engkau me ngetahui bahawa zina
mata itu ialah memandang? Hendaklah kamu bertaubat atau aku akan
mengenakan hukuman takzir. Lalu akupun bertanya? Adakah lagi wahyu
(kepadamu) selepas Nabi? Maka Othman menjawab: "Tidak, tetapi
(dengan pandangan) basirah hati burhan dan firasat yang benar".
Tanda-tanda Ketewasan Jiwa
Apabila hati manusia telah mati atau menjadi keras, apabila hati manusia telah
menjadi padam dan tidak bersinar lagi atau apabila ia telah tumpas dalam
pertarungannya menghadapi syaitan maka terbukalah pintu-pintu masuk segala
kejahatan terutama ke dalam dirinya, kerana syaitan itu meresap ke dalam diri
anak Adam sebagaimana pengaliran di dalam tubuhnya.
Sebenarnya apabila benteng pertahanan dan kekuatan manusia telah runtuh maka
syaitan akan kembali menjadi teman karibnya sebagaimana firman Allah:
Maksudnya:
"Syaitan telah menguasai mereka lalu menjadikan mereka lupa kepada Allah".
(Surah Al-Mujadalah 58: Ayat 19)
Inilah kandungan maksud yang dibayangkan oleh Al-Quran Al-Karim yang
menyatakan:
(16)
Maksudnya:
Iblis berkata: Oleh kerana Engkau (wahai Tuhan) menyebabkan daku tersesat
(maka) demi sesungguhnya aku akan mengambil tempat menghalangi mereka
(dari menjalani) jalanMu yang lurus; 17- Kemudian aku datangi mereka, dari
hadapan mereka serta dari belakang mereka, dan dari kanan mereka serta dari kiri
mereka dan Engkau tidak akan dapati kebanyakan mereka bersyukur. (Surah Al-
A'raf 7: Ayat 16-17)
Sebenarnya selain dari penyakit di atas terdapat satu penyakit lain yang paling
berbahaya iaitu penyakit was-was, syaitan menyebabkan mereka merasa was-was
dalam setiap urusan hidup mereka dengan tujuan memesongkan mereka dari jalan
Allah. Dalam hal ini Rasulullah bersabda:
"Sesungguhnya syaitan itu menghasut anak Adam dengan berbagai cara. Lalu
(pertamanya) ia menghasut melalui jalan agama Islam itu sendiri dengan berkata:
Apakah kamu menganut Islam dan meninggalkan agamamu dan agama nenekmoyangmu?
Anak Adam enggan mengikutinya dan tetap berpegang dengan
Islam. Kemudian dia menghasut pula di jalan hijrah, lalau dia berkata: Adakah
anda ingin berhijrah meninggalkan tanah air dan kampung halaman? Lalu anak
Adam mengingkarinya dan tetap berhijrah. Kemudian syaitan menghasut pula di
jalan jihad dengan berkata: "Adakah engkau ingin sedangkan jihad itu
membinasakan jiwa dan harta benda engkau, kemudian engkau berperang lalu
engkau dibunuh, kemudian isteri engkau dikahwini orang dan harta kekayaan
engkau dibahagi-bahagikan. Lalu anak Adam tetap mengingkari syaitan dan terus
berjihad. Kemudian Rasulullah s.a.w bersabda: Maka sesiapa yang bersikap
demikian kemudian ia mati maka adalah hak Allah s.w.t memasukkannya ke
dalam syurga". (Hadis riwayat Al-Nasa'i)
Alangkah baiknya jikalau anda dapat menatap kisah antara syaitan dan seorang
Rahib Bani Israil dalam tafsir ayat Surah Al-Hasyr 59: Ayat 16. Yang bermaksud:
Maksudnya:
"(Pujukan orang-orang munafik itu) samalah dengan (pujukan) syaitan ketika dia
berkata kepada manusia: Kufurlah kamu. Maka tatkala manusia itu telah kafir dia
berkata: "Sesungguhnya aku berlepas diri dari kamu kerana sesungguhnya aku
takut kepada Allah Tuhan semesta alam".
Cara-cara Menghalang Godaan Syaitan.
Bagi membantu manusia bagi menghadapi hasutan syaitan dan serangan-serangan
Iblis, Islam telah menunjukkan kepada manusia berbagai perkara yang dapat
membantunya bertahan menghadapi pertarungan dengan syaitan seterusnya
berjaya menewaskan musuh ketatnya itu. Cara tersebut telah dirumuskan oleh
seorang dari para salihin dengan katanya:
"Saya telah merenung dan memikirkan cara-cara dari pintu manakah syaitan
masuk ke dalam diri manusia, ternyata ia masuk ke dalam diri melalui sepuluh
pintu:
Pertama:
Tamak dan buruk sangka, maka aku menghadapinya dengan sifat menaruh
kepercayaan dan berpada dengan apa yang ada.
Kedua:
Cintakan kehidupan dunia dan panjang angan-angan, lalu aku menghadapinya
dengan perasaan takut terhadap kedatangan maut yang boleh berlaku saban
waktu.
Ketiga:
Cintakan kerehatan dan kemewahan, lantas aku menghadapinya dengan
keyakinan bahawa kenikmatan itu akan hilang dan balasan buruk pasti menanti.
Keempat:
Kagum terhadap diri sendiri ('Ujub), lantas aku menghadapinya dengan rasa
terhutang budi kepada Allah dan kepada akibat yaburuk.
Kelima:
Memandang rendah terhadap orang lain dan tidak menghormati mereka, lalu aku
menghaddengan mengenali hak-hak mereka serta menghormati me reka secara
wajar.
Keenam:
Hasad (dengki), lalu aku menghadapinya dengan sifat berpada (qana'ah) dan reda
terhadap kurniaan Allah kepada makhluknya.
Ketujuh:
Riya' dan sukakan pujian orang. Lalu aku menghadapinya dengan ikhlas.
Kelapan:
Bakhil (kedekut), lalu aku menghadapinya dengan menyedari bahawa apa yang
ada pada makhluk akan binasa manakala yang kekal itu berada di sisi Allah.
Kesembilan:
Takabbur (membesarkan diri), lalu aku menghadapinya dengan rasa tawaduk.
Kesepuluh:
Tamak haloba, lalu aku menghadapinya dengan mempercayai ganjaran yang
disediakan di sisi Allah dan tidak tamak terhadap apa yang ada di sisi manusia.
Di antara arahan-arahan yang di anjurkan oleh Islam sebagai jalan untuk
mengelak serangan dan tipu daya syaitan ialah agar sentiasa seseorang itu
mengingati Allah apabila memulakan setiap pekerjaan. Satu riwayat daripada Abu
Hurairah berhubung dengan hal ini menyebutkan: "Syaitan bagi orang-orang
mukmin telah bertemu syaitan bagi orang-orang kafir, lalu di dapati syaitan bagi
orang-orang kafir dalam keadaan gemuk-montel sedangkan syaitan bagi orangorang
mukmin dalam keadaan kurus kering bertelanjang dan kusut masai. Lalu
syaitan bagi orang-orang kafir itu bertanya kepada syaitan bagi orang-orang
mukmin: Kenapa kamu kurus kering?. Lalu ia menjawab: "Aku bersama seorang
lelaki yang apabila ia makan ia menyebut nama Allah, lalu aku terus kelaparan,
apabila ia minum ia menyebut nama Allah, lalu aku terus dalam keadaan dahaga,
apabila ia memakai pakaian ia menyebut nama Allah menyebabkan aku terus
bertelanjang. Apabila ia memakai minyak rambut juga ia menyebut nama Allah
menyebabkan aku terus kusut masai". Kemudian syaitan bagi orang-orang kafir
itu berkata: "Tetapi aku bersama lelaki yang tidak berbuat demikian sedikitpun,
maka bolehlah aku berkongsi makan, minum dan pakai dengannya".
Di antara cara-cara untuk dijadikan kubu pertahanan menghadapi tipu
daya dan godaan syaitan ialah dengan cara:
1. Janganlah terlalu kenyang apabila makan meskipun menghadapi makanan yang
baik dan halal kerana Allah berfirman:
Maksudnya:
"Makanlah dan minumlah, tetapi jangan kamu berlebihan". (Surah Al-A'raf 7:
Ayat 31)
Rasulullah s.a.w juga bersabda mengingatkan, maksudnya:
"Sesungguhnya syaitan itu berjalan dalam tubuh anak Adam mengikut perjalanan
darah. Oleh itu sempitkanlah pintu masuknya dengan kelaparan". (Hadis riwayat
Ahmad)
2. Membaca Al-Quran, berzikir mengingati Allah dan memohon keampunan
sebagaimana yang disuruh oleh Rasulullah s.a.w:
"Sesungguhnya syaitan itu meletakkan belalainya ke atas hati anak Adam, maka
jika ia mengingati Allah ia pun lari daripadanya, jika sekiranya ia lupakan Allah
syaitan akan mengunyah hatinya".
(Hadis riwayat Ibnu Abi Dunya)
3.Tidak tergopoh gapah dalam sebarang pekerjaan kerana mengingati pesanan
Rasulullah s.a.w:
"Bergopoh-gapah (terburu-buru) itu adalah dari syaitan dan berhati- hati itu dari
Allah".
Sebenarnya ruang ini adalah terbatas untuk menyebut semua sebab, amal-amal
dan pesanan-pesanan yang dianjurkan oleh Islam untuk menjaga diri dari
serangan dan godaan syaitan. Memadailah di sini kita melihat firman Allah:
Maksudnya:
Sesungguhnya orang-orang yang bertakwa, apabila mereka disentuh oleh sesuatu
imbasan hasutan dari Syaitan, mereka ingat (kepada ajaran Allah) maka dengan
itu mereka nampak (jalan yang benar). (Surah Al- A'raf 7: Ayat 201).
Bab 6
Saya Wajib Meyakini Bahawa Masa Depan Adalah Untuk Islam
Keimanan saya dengan Islam sepatutnya sampai ke peringkat meyakini bahawa masa
depan kelak ialah milik Islam. Justeru itu Islamlah yang paling ampuh dan mampu untuk
menyusun urusan hidup dan memimpin manusia. Agama Islam adalah satu-satunya
manhaj atau cara hidup yang selaras dengan kehendak fitrah manusia. Ia dapat
mengimbangkan tuntutan lahiriah dan rohaniah insan.
Allah berfirman:
Yang bermaksud:
Tidakkah Allah yang menciptakan sekalian makhluk itu mengetahui (segala-galanya)?
Sedang Dia Maha Halus urusan Pentadbiran-Nya, lagi Maha Mendalam Pengetahuan-
Nya! (Surah Al-Mulk, Ayat: 14).
A. Manhaj Islam Bersifat Rabbani.
Manhaj Islam yang bersifat Rabbani merupakan satu corak penghayatan yang kudus
mengatasi sistem dan cara hidup ciptaan manusia. Ia mampu untuk kekal dan
memberikan saham tamaddunnya di setiap zaman, tempat dan peringkat.
B. Manhaj Islam Bersifat Universal (Sejagat).
Manhaj Islam yang bersifat sejagat atau universal menyerlahkan ciri-ciri keinsanan dan
ciri "infitah" (bersifat terbuka atau kelapangan) serta daya untuk menanggung
kemungkinan-kemungkinannya. Ciri "infitah" ini mengatasi pertimbangan kedaerahan,
perkauman, kebangsaan dan sebagainya. Cara ini sebenarnya adalah cetusan dari
"Sibghah Rabbaniyah" itu sendiri.
C. Manhaj Islam Bersifat Anjal (Murunah).
Keanjalan manhaj hidup Islam (atau fleksibel) memberikannya daya untuk menghadapi
aneka permasalahan hidup yang datang silih berganti "Sibghah" atau cara ini memberikan
Islam kebolehan untuk berijtihad menyimpulkan hukum-hakam terhadap hal- hal yang
tidak ada nas, sama ada melalui qias atau maslahah mursalah, Istihsan dan sebagainya.
D. Manhaj Islam Bersifat Syumul atau Menyeluruh.
Ciri manhaj Islam yang menyeluruh membedakannya dengan sebarang manhaj atau
sistem hidup duniawi yang mempunyai dimensi matlamat yang terbatas. Manhaj Islam
adalah manhaj ciptaan Yang Maha Mengetahui segala masalah manusia, baik atau
buruknya. Ia Maha Mengetahui apa yang membahagiakan dan apa pula yang
mencelakakan manusia. Sebab itu Islam sahajalah yang mampu memenuhkan keperluan
manusia, baik sebagai individu, mahupun sebagai kelompok, baik dalam urusan pimpinan
mahupun perundangan. Sama ada dalam urusan dalam negeri mahupun luar negeri.
Allah s.w.t berfirman:
Yang bermaksud:
(Katakanlah wahai orang-orang yang beriman: Agama Islam, yang kami telah sebati
dengannya ialah): Celupan Allah yang mencorakkan seluruh kehidupan kami dengan
corak Islam) dan siapakah yang lebih baik celupannya daripada Allah? (Kami tetap
percayakan Allah) dan kepadaNyalah kami beribadat. (Surah Al- Baqarah, Ayat: 138).
E. Kegagalan Sistem-sistem Ciptaan Manusia.
Kemudian saya harus mengetahui dan menginsafi tentang selok-belok serta kegagalan
yang dialami oleh sistem hidup dan ciptaan manusia, baik di timur mahupun di barat.
Sama ada yang berfahaman kapitalisme, demokrasi, liberal, sosialisme atau komunisme.
Tidak syak lagi ini adalah kerana keterbatasannya, kelemahannya, sifat
kesementaraannya dan hakikat ianya dari ciptaan insan.
E.1 Kegagalan Sistem Sosial.
Dalam arena sosial, sistem-sistem yang dipanggil sebagai sistem kanan atau kirinya
ternyata gagal untuk memantapkan kebahagiaan, keharmonian dan kestabilan. Malah
terlalu banyak mala petaka yang ditanggung oleh manusia hasil dari sistem-sistem ini.
Ternyata ikatan kekeluargaan semakin terburai. Kasih-sayang semakin pudar, akhlak
semakin luntur dan runtuh. Nilai- nilai keutamaan dan keluhuran sudah kehilangan harga.
Ketegangan dan permusuhan mengambil tempat kedamaian dan ketenangan. Semangat
egoistik dan mementingkan diri mengalahkan semangat kerjasama dan mengutamakan
orang lain.
E2. Kegagalan Sistem Ekonomi.
Dalam bidang Ekonomi, kapitalisme dan sosialisme ternyata gagal dalam mewujudkan
(syura impiannya) atau masyarakat serba adil sebagaimana yang dilaung-laungkan. Dari
sistem ini tercetuslah bermacam-macam krisis dan permasalahan hidup. Lahir
pertarungan kasta, kezaliman sosial, eksploitasi kepartian, monopoli, kemiskinan,
pengangguran dan seribu satu macam masalah lagi.
E.3 Kegagalan Sistem Politik.
Dalam arena politik sistem-sistem ala ketenteraan, Demokrasi, Republik, yang beraja
atau tidak beraja, bertanggungjawab melahirkan, merangsang serta membiarkan
penyelewengan serta kebejatan di setiap peringkat. Penyalahgunaan kuasa, sikap pilih
kasih, rasuah, merasa besar diri dengan kekuasaan, di samping bencana fitnah,
pembunuhan, penggulingan kuasa silih berganti, pemberontakan, penyingkiran serta
bunuh diri (assasination) hampir-hampir menjadi kelaziman sistem-sistem tersebut.
E.4 Kegagalan Sistem Ketenteraan.
Dalam bidang ketenteraan, sistem-sistem ini (banyak menanggung dosa) mengabaikan
nasib masyarakat dan negara Islam yang lemah seperti persoalan Kashmir, Eriteria,
minoriti Islam di Filipina, persoalan Palestine dan sebagainya. Yang lebih parah dari itu
ada pula negeri Arab yang menjadikan krisis tersebut sebagai daun dalam permainan
politiknya untuk menggadaikan atau mempergunakannya sebagai isu dan untuk
menjamin kekuasaan mereka agar berlarutan. Sistem ini juga bertanggungjawab terhadap
pengabaian membina kekuatan fizikal dan jiwa ummah yang membolehkan mereka
menghadapi penjajahan dan mengusir Israel dari bumi Palestine.