Senin, 05 Oktober 2009

Berawal Dari Jilbab
Penulis: Nurhayanti (nur18s@yahoo.com)


Sore itu, Anti mendapatkan satu pesan singkat dari nomor yang asing baginya. Isinya cukup membuat dirinya menjadi sedikit penasaran. Namun tak lama kemudian Anti baru sadar. Ya, beberapa jam yang lalu setelah menyelesaikan pekerjaannya, dia memanfaatkan waktu yang tersisa untuk chatting. Namun chatting kali ini beda, Anti chatting di situs yang berlatar belakang Islam.

Dunia yang baru ia dalami setelah beberapa bulan terakhir ini ia memakai jilbab. Kebetulan waktu itu Anti hanya chat berdua saja. Di awal perbincangan mereka saling memperkenalkan nama asli masing masing. Tak lama kemudian teman chat Anti menyebutkan nama aslinya. “Oohh. Namanya Rizal“ bisik Anti. Anti pun menyebutkan nama aslinya. Sebentar mereka ngobrol, namun Rizal langsung minta nomor telpon Anti.

Tanpa pikir panjang, Anti memberikannya. Ya, maklumlah Anti adalah orang yang mudah bergaul dan senang bila mempunyai banyak teman. Apalagi temannya yang satu ini sepertinya mengerti banyak hal tentang Islam. Dengan begitu Anti bisa belajar banyak dari Rizal yang Insya ALLAH mau membimbing Anti menapaki dunia yang begitu indah..dunia Islam. Tapi sayang Anti tidak mendapatkan nomor telpon Rizal. Tiba tiba ia menghilang entah ditelan apa. Namun pesan singkat yang baru ia terima tidak menyebutkan nama. Anti hanya bisa menebak nebak dalam hati. Waktu itu bulan Ramadhan, ketika sahur tiba tiba hp Anti berdering.

“Ah..nomor itu lagi “ gumamnya. Namun ia tetap menjawabnya dengan harapan rasa penasarannya selama ini tertuntaskan. “Hallo.. Assalamu’alaikum..” sambut Anti. “Wa’alaikumsalam… hayoo, udah sahur belum ???“ kata orang misterius itu.

Orang itu memutuskan hubungan telponnya. Lagi…lagi.. rasa penasaran Anti semakin menjadi jadi. Ya maklumlah Anti tidak suka dengan kemisteriusan. Hilang sudah kesabaran Anti, akhirnya ia memutuskan untuk mengirim SMS kepada orang itu dengan maksud menanyakan siapa dia sebenarnya. Sebelumnya Anti sudah menduga kalau orang itu adalah Rizal. Ternyata dugaan Anti benar.

Dia adalah Rizal, sebuah nama yang baru beberapa hari ini ia kenal. Setelah hari itu, SMS-an pun berlanjut. Kali ini pesan singkat yang dikirim Rizal untuk Anti masih biasa biasa saja hanya menanyakan kabar Anti dan tidak ada yang istimewa. Hingga pada suatu malam Rizal kembali menelpon Anti. Di sanalah mereka melanjutkan perkenalan dan pertanyaan yang selama ini tertunda. Suara Rizal terdenganr begitu dewasa. Kata kata yang terucap begitu bermakna.

Dari beberapa pertanyaan yang diajukan Rizal, ada satu pertanyaan yang membuat Anti terperangah. Yaitu tentang jilbab. Suatu benda yang baru beberapa bulan terakhir ini menutupi rambutnya yang indah itu. “Anti, sebelumnya aku minta maaf kalau pertanyaanku ini agak lancang. Hmm… apakah kamu berjilbab ?” tanya Rizal dengan nada hati hati.

“Alhamdulillah, beberapa bulan ini aku memang sudah memakainya. Tapi aku juga masih perlu bimbingan. Banyak hal yang belum aku ketahui tentang Islam.” jawab Anti. “Syukurlah… jangan khawatir insya ALLAH aku akan membantu kamu, ya.. kita sama sama masih belajar kok…” sambut Rizal dengan semangat. Dalam hati Anti, Rizal sudah mendapatkan suatu tempat.

Akhirnya Anti sudah mendapatkan orang yang selama ini ia cari. Orang yang akan membimbingnya menapaki Islam. Tanpa Anti minta, Rizal sudah bersedia membantunya. Namun pertanyaan Rizal tentang jilbab tidak hanya sampai di situ. Ia menanyakan alasan Anti memakai jilbab.

“Kalau boleh aku tahu, apa alasan yang membuat kamu memutuskan untuk berjilbab?.” Tanya Rizal. “Hhmm… aku memakai jilbab tentunya karena ini memang suatu kewajiban yang terlambat aku sadari…tapi disamping itu ada suatu alasan yang mendorongku untuk berjilbab. Aku melihat sahabatku menikah, ia seorang akhwat yang begitu menjaga kehormatan dirinya dengan berjilbab sampai akhirnya ada seseorang yang datang melamarnya.” jawab Anti malu malu.

Pertanyaan Rizal tentang jilbab, membuat Anti bertanya balik “Hhhmm… kalau boleh aku tahu, kenapa sih kamu menanyakan aku sudah berjilbab atau belum? Memangnya ada apa dengan jilbab?” tanya Anti polos.

Ditanya Anti seperti itu, Rizal sebenarnya punya kesempatan untuk mengutarakan keinginan hatinya. “Tidak ada yang salah dengan jilbab. Dan alasan kamu untuk berjilbab, aku pikir wajar saja dan itu hak kamu. Aku malah ingin punya istri yang berjilbab. Wanita akan tampak lebih cantik dan anggun dengan jilbab di kepalanya. Akan terjagalah kehormatan wanita itu. Itulah alasanku menanyakan itu ke kamu” jawabnya panjang. Hati Anti sedikit berdebar mendengar pernyataan Rizal. Namun entahlah niat apa yang tersembunyi di balik pertanyaan pertanyaan itu.

Dari obrolan panjang itu, Anti baru mengetahui kalau ternyata Rizal juga kuliah sambil bekerja sama seperti dirinya. Rizal kuliah di salah satu PTS di Jakarta jurusan Teknik Elektro. Tebakan Anti tentang Rizal hampir semua benar. Namun untuk yang satu ini, Anti salah. Anti mengira usia Rizal diatas dirinya.

Ternyata usia Rizal di bawah Anti dua tahun. Namun meski demikian, tidak memutuskan tali persahabatan yang sedang dirajutnya bersama Rizal. Bahkan setelah Anti tahu kalau Rizal dipanggil Abang oleh adiknya, ia jadi ikut ikutan memanggilnya Abang --sapaan yang seharusnya ditujukan untuk orang yang usianya lebih tua, namun tidak begitu dengan Anti.

Menurut Anti, walaupun dari segi usia ia lebih muda darinya namun cara berpikir dan berbicara Rizal sangatlah dewasa. Wawasannya begitu luas, mungkin karena ia suka membaca buku. Sama seperti Anti yang juga suka membaca buku. Hanya bedanya, kalau Anti lebih suka baca novel, puisi, atau cerpen apalagi yang bertemakan islami. Mungkin karena pembawaan sifatnya yang agak melankolis. Sedangkan Rizal, ia suka baca buku apa saja yang menurutnya bagus untuk ia baca.

Untuk kali pertama obrolan mereka lewat telepon berakhir sampai di situ. Obrolan yang cukup panjang, Anti jadi lebih mengenal Rizal. Setelah hari itu, hari hari Anti jadi lebih indah. Pesan singkat yang Rizal kirim untuk Anti, membuatnya semakin dekat bukan hanya pada Rizal tetapi juga pada Penciptanya.

Bagaimana tidak pesan singkat yang selalu mengingatkan Anti bukan hanya pada pengirimnya, perlahan lahan membuat Anti berubah. Ia jadi semakin rajin shalat. Tidak hanya shalat lima waktu saja yang selama ini memang ia rasakan masih suka bolong bolong, tetapi juga shalat sunah pada malam hari bahkan ia mulai belajar mengaji. Ajaib… sungguh ajaib, begitu cepat Anti berubah. Padahal Anti belum pernah melihat Rizal. Entahlah Anti sendiri bingung melihat perubahan yang dialaminya. Dalam kegelisahannya, ia hanya bisa berdoa kepada ALLAH agar diberikan petunjuk oleh-Nya.

Ya Rabb…. Engkaulah Maha pemilik hati manusia Engkaulah Maha pembolak balik hati manusia Hanya pada-Mu lah hamba serahkan ini semua Jika Engkau mengizinkan Temukanlah hamba dengan seseorang yang juga berjalan menuju arah-Mu Yang bisa mengingatkan hamba akan diri-Mu Yang bisa membukakan hati dan mata hamba akan kebesaran-Mu Yang bisa membimbing hamba berjalan menuju surga-Mu Semoga Engkau berkenan Ya Allah…Amiiiin…. Doa itulah yang selalu ia panjatkan disetiap akhir shalatnya.

Hari yang dinAnti telah tiba. Hari Raya Idul Fitri.

Seperti biasa kita saling bermaaf maafan. Begitu juga dengan Anti dan Rizal, mereka tak lupa saling meminta maaf yang diwakili dengan pesan singkat ucapan selamat dan permintaan maaf dari keduanya. Hari lebaran mereka lewati dengan kesibukan masing masing, maklum keluarga Rizal adalah keluarga besar jadi dua hari pertama lebaran dilewatinya bersama keluarga dirumah. Hingga pada suatu hari, Rizal mengajak Anti untuk bertemu di suatu tempat yaitu di toko buku, tempat yang paling mereka sukai. Sebenarnya Anti takut kalau Rizal mengajaknya bertemu. Anti takut setelah ia bertemu dengan Rizal, Rizal akan berubah sikapnya pada Anti.

Kekhawatiran Anti cukup dapat dimengerti, ia khawatir akan kehilangan Rizal pembimbingnya selama ini. Namun akhirnya Anti menyanggupi ajakan Rizal. Anti menyerahkan itu semua pada-Nya, Dialah yang berkuasa atas segala hal.

Untuk kali pertamanya mereka bertemu. Setibanya Anti di toko buku itu, ternyata Rizal sudah sampai lebih dulu. Tiba tiba hp Anti berdering, ternyata Rizal menghubungi Anti. “ Assalamu’alaikum,.. Anti kamu dimana???” terdengar suara Rizal “ Wa’alaikumsalam, aku udah di depan nih..” jawab Anti “Oh, ya udah aku ke depan deh…, Hhhmm.. kamu pake baju apa ya???” tanya Rizal lagi “Aku pakai baju coklat muda dan jilbab coklat motif kembang kembang..” Anti menjelaskan. Setelah mendengar penjelasan dari Anti, Rizal langsung memutuskan telponnya. Anti hanya bisa menunggu Rizal.

Tidak lama kemudian Hp Anti berdering lagi, Rizal menelpon lagi memastikan kalau yang ia lihat itu adalah Anti. “Anti… kalau aku tidak salah, aku dibelakang kamu” kata Rizal Rizal langsung memutuskan telponnya. Anti dengan hati yang berdebar debar menoleh kebelakang. Subhanallah, diam diam hati Anti berdzikir untuk menghilangkan rasa gugupnya. Rizal yang Anti lihat saat itu, sama sekali tidak mencerminkan seorang pria berusia 20 tahun. Ia tampak begitu dewasa dan berwibawa dengan dandanan seperti itu ditambah lagi dengan kacamata yang bertengger dimatanya.

Rizal menyambut Anti dengan senyuman. Anti pun membalas senyuman Rizal dengan malu malu sambil menundukkan pandangan. Mereka berdua berjalan seiring dengan tetap menjaga jarak. Tanpa Anti sadari, ternyata warna baju yang mereka pakai sama. Coklat muda. “ Eh, kita ngga janjian khan pake bajunya???? “ kata Rizal. Anti hanya tersenyum malu. “Kok bisa ya…” begitu bisik hatinya.

Tak banyak kata yang mengalir dari perbincangan mereka berdua. Untuk beberapa saat mereka berpisah. Rizal menuju rak buku Islam sedangkan Anti menuju rak novel kesukaannya. Anti mengira ngira apa yang Rizal pikirkan tentang dirinya. Cukup lama mereka berpisah. Akhirnya mereka bertemu lagi setelah mendapatkan buku yang mereka cari. Rizal meminta buku yang Anti pilih. Ia bermaksud membelikannya untuk Anti sebagai hadiah pertemuan. Dan Anti tidak bisa menolaknya.

Saat itu jam sudah menunjukkan pukul 16.00, Rizal mengajak Anti untuk shalat Ashar. Setelah selesai shalat Ashar, mereka berdua pulang. Karena mereka searah jadi pulang bersama sampai di simpangan Pal, mereka berpisah karena arah mereka bertolak belakang. Tak lupa Rizal mengucapkan terima kasih pada Anti karena mau menemaninya ke toko buku. Sepanjang perjalanan pulang, Anti tersenyum dalam hati. Begitu bahagianya ia dipertemukan dengan Rizal. Rizal begitu menjaga keislamannya. Dan Anti merasa aman dan bahagia di dekatnya.

Namun Anti menyerahkan ini semua pada-Nya, biarlah Dia yang memutuskan. Masih asyik dengan lamunannya, tiba tiba hp Anti berdering. Ternyata hanya SMS. Ya, Rizal mengirim SMS pada Anti. Kali ini, isinya cukup membuat Anti terkejut. “ \Ass, sudah sampai mana??, hati hati ya dindaku sayang…” begitu isinya. Membacanya, membuat Anti tersenyum. Rizal memanggil Anti dengan sebutan dinda. Sebutan untuk seorang kekasih. Ya Rabb..lindungilah hamba-Mu ini, Berilah hamba petunjuk…, Begitulah doa nya dalam hati. Anti tidak langsung membalas SMS dari Rizal. Sesampainya Anti dirumah, pas waktu shalat maghrib tiba. Anti istirahat sejenak untuk melepaskan lelah. Hp Anti berdering lagi, seperti biasa Rizal selalu mengingatkan Anti untuk shalat.

Untuk kali keduanya, Rizal memanggil Anti dinda.. “Ass, udah shalat maghrib belum??, jangan lupa untuk menyelipkan namaku di sela sela do’amu dindaku sayang… Rizal” Isi pesan singkat itu. Setelah selesai membaca pesan singkat yang indah itu, Anti bergegas shalat maghrib. Anti tidak lupa pesan Rizal untuk menyelipkan namanya disetiap do’a Anti. Tanpa diminta pun Anti selalu menyebutkan nama Rizal di setiap doanya.

Entahlah Anti belum juga ingin membalasnya. Mungkin ia masih terhanyut dalam rasa bahagianya. Sampai sampai ia bingung harus bilang apa untuk membalasnya. Seperti biasa Anti selalu memanfaatkan waktu sepertiga malamnya untuk berdoa. Ia ingin mengungkapkan segala perasaan yang dialaminya, kebingungan dan kegundahan yang melanda hatinya pada Penciptanya.

Perjalanan kisah mereka tidak selalu berjalan mulus. Keesokan harinya Anti terkena musibah. Ia mengalami kecopetan di sebuah angkutan ketika pulang kuliah yang mengakibatkan Hp nya raib. Anti bingung karena nomor Rizal belum sempat ia hafal. Anti memang paling tidak suka kalau disuruh menghafal nomor telepon. Sesampainya Anti dirumah, ia langsung menuju pesawat telpon. Anti hanya ingat kepalanya saja 0855 selebihnya ia mencoba menekan secara acak meskipun sebenarnya ia tidak yakin berhasil.

Dan ternyata memang tidak berhasil. Anti kehilangan Rizal, ia kehilangan pengingat shalatnya, pembimbing dirinya. Ia kehilangan pesan singkat yang indah itu yang belum sempat ia balas. Entahlah apa yang ada di pikiran Rizal saat ini, mungkin ia akan mencap Anti sebagai wanita yang angkuh dan sombong karena sampai saat ini SMS darinya belum juga dibalas. Ya Allah.. seandainya Rizal tahu apa yang sedang Anti alami sekarang…Begitulah doanya dalam hati. Hampir tiga bulan mereka kehilangan kontak. Hingga pada suatu hari, Anti begitu ingin pergi ke toko buku tempat dulu mereka untuk kali pertama bertemu. Namun kali ini bukan itu niat Anti. Memang nama Rizal masih tersimpan baik baik didalam hatinya.

Entahlah sepertinya ada sesuatu yang mendorong Anti untuk melangkah pergi ke tempat itu. Sesampainya di tempat itu, seperti biasa Anti langsung menuju rak novel. Anti teringat pertemuan empat bulan yang lalu dengan Rizal. Namun ia berusaha untuk tidak larut dalam kesedihannya. Kesedihan kehilangan Rizal.

Terlalu asyiknya ia berjalan menuju kasir sambil membaca, ia menabrak seorang pria berkacamata yang juga sedang membaca. Buku mereka berjatuhan. Anti yang merasa bersalah berinisiatif meminta maaf lebih dulu sambil mengambilkan buku milik orang itu. Belum sempat Anti melihat wajah orang itu, namun pria berkacamata itu memanggil namanya. “Anti…..??” kata orang itu dengan penuh tanda tanya. Kontan saja Anti terkejut, karena sepengetahuannya ia belum pernah menyebut namanya. Perlahan Anti menegakkan pandangan, matanya tepat menuju mata pria berkacamata itu.

Wajah yang ada di hadapannya, begitu jelas tergambar dalam ingatan Anti. Ya.. wajah itu mengingatkan Anti pada seseorang. Lama juga mereka saling menatap. Hingga tanpa sadar Anti menyebutkan sebuah nama. “Rizal……?????” sebut Anti. Tak lama kemudian mereka tersadar dari lamunannya masing masing. Anti langsung kembali menundukkan pandangannya malu malu. Diam diam hartinya berdzikir, Astagfirullah… Ya Rabb, ampuni hamba-Mu ini yang telah melakukan dosa. Ya.. Rabb Engkau mempertemukan kembali hamba dengan dia.. Ini adalah kehendak-Mu Ya Allah. Rizal memulai percakapan diantara mereka.

“Anti.. apa kabar, kemana saja kamu??? SMS dari ku tak pernah kau balas?? Apa kamu marah padaku???” tanya Rizal dengan nada penasaran. Anti sudah menduga, kalau Rizal berpikir seperti itu tentang dirinya. Dan menanyakan tentang SMS yang tak pernnah dibalasnya itu. Dengan perlahan lahan Anti menjawab semua pertanyaan Rizal dan menjelaskan apa yang terjadi dengan dirinya waktu itu.

“Abang ri, alhamdulillah kabarku baik. Bukan maksudku tidak mau membalas SMS dari abang, hanya saja belum sempat aku membalas dan menghafal nomor hp abang ri, hpku hilang dicopet. Aku sudah berusaha mengingatnya, sayangnya aku hanya ingat kepalanya saja 0855. Begitu ceritanya. Anti pikir, Anti telah kehilangan Abang ri ” jawab Anti.

“Innalillahi… tapi kamu ngga apa apa khan ??? “ Tanya Rizal penuh kekhawatiran.

“Alhamdulillah, aku ngga apa apa… Mungkin ini ujian dari-Nya “ Anti menjelaskan.

“Syukurlah…Dan ternyata Allah telah mempertemukan kita lagi ditempat yang sama…, meskipun tanpa komunikasi tanpa janjian terlebih dahulu” kata Rizal dengan semangat. Untuk kali keduanya Rizal menghadiahkan buku itu untuk Anti, kali ini dengan alasan sebagai hadiah untuk dindaku sayang… katanya. Untuk kali keduanya juga Anti tidak bisa menolak pemberian dari Rizal.

Anti menerimanya dengan malu malu. Setelah acara ditoko buku selesai, Rizal mengajak Anti makan di sebuah resto yang ada di dalam kompleks toko buku itu. Sambil makan Rizal menanyakan suatu hal yang pribadi pada Anti. Rizal menanyakan tentang tipe calon suami yang Anti cari. Entahlah mengapa tiba tiba ia menanyakan itu pada Anti. Anti tetap menjawab sejujurnya tanpa ada prasangka apa apa pada Rizal. “Tipe suami yang aku cari adalah yang bisa membimbingku menuju jalan-Nya, yang bisa membawaku menuju surga-Nya, yang bisa menjadi imam baik dalam shalatku maupun dalam kehidupan berumah tangga nantinya, yang mampu bertanggung jawab dunia dan akhirat. Hhhmmm… pokoknya yang sholeh ” jawab Anti dengan semangat.

Merasa dirinya terlalu banyak bicara, Anti langsung meminta maaf. “Aduhh…maaf ya kalau bicaraku terlalu banyak. Mungkin aku agak berlebihan..” kata Anti.

Rizal tidak berpikir seperti itu, malah ia senang mendengar Anti berbicara. “Oh.. ngga kok, malah aku senang mendengar kalau kamu bicara, lucu kayak nenek nenek..” ledek Rizal pada Anti. Diledek Rizal seperti itu, Anti langsung merubah mimik mukanya. Melihat perubahan mimik muka Anti, Rizal langsung minta maaf khawatir Anti marah.

“Uupss.. maaf deh becanda kok, jangan marah ya dindaku…, Ngga kok, aku pikir wajar wajar saja kalau seseorang itu memiliki sebuah impian sebuah harapan.

Namun masalahnya tidak ada manusia yang diciptakan sempurna. Sebaik-baiknya manusia, pasti ia pernah melakukan kesalahan. Apa kamu mau menerima segala kekuarangan dan kelebihan yang ada pada dirinya” kata Rizal serius. Anti tidak mau kalah. “Tentu saja, aku akan terima dia dengan segala kekurangan dan kelebihan yang dia punya. Dan Insya Allah, aku akan setia mendampinginya dalam suka dan duka. Aku akan tetap menyayanginya” jawab Anti.

Rizal begitu serius memperhatikan cara Anti mengungkapkan pendapatnya. Mungkin dalam hati Rizal tertawa geli. Karena Anti kalau sudah bicara serius, tanpa ia sadari, kata kata puitisnya keluar. Ya..maklumlah Anti itu pemilik sifat melankolis. Dan Rizal tahu itu. Kerap juga ia meledek Anti. Setelah selesai makan, Rizal mengajak Anti shalat Maghrib karena waktu sudah menunjukkan pukul 18.15. Kali ini Rizal mengajaknya shalat berjama’ah meskipun dengan menggunakan hijab. Anti kaget sekaligus senang, Rizal menjadi imam dan Anti menjadi ma’mum.

Karena moment itulah yang selalu ia tunggu tunggu. Memang kebetulan di mushalla itu baru mereka berdua yang shalat. Selesai berdo’a, tanpa Anti duga Rizal mengungkapkan perasaannya pada Anti. Dengan selembar kain sebagai hijab diantara mereka berdua, Rizal mengutarakan keinginannya untuk melamar Anti. Di keheningan suasana, suara Rizal terdengar begitu indah dibalik hijab yang memisahkan mereka berdua. Anti mendengarkan dengan penuh cemas.

“Assalamu’alaikum, dinda…abang ri mau bilang sesuatu. Tapi dinda jangan marah ya….” Begitu katanya.

“Wa’alaikumsalam, bilang apa abang ri, bilang aja Insya Allah Anti ngga marah” suara Anti terdengar lembut di balik hijab.

“Sungguh maha suci Allah yang telah menganugerahkan rasa cinta kepada manusia. Rasa cinta itu begitu suci dan murni. Tidak sepantasnya kita menodainya. Kehadiran rasa cinta itu di dalam hati abang ri, membuat abang ri bingung dan takut. Abang ri takut rasa cinta itu ternoda. Oleh karena itu abang ri akan membawa cinta ini ke jalan yang di ridhoi-Nya. Sejak pertama kita bertemu dan kali ini atas kehendak Allah kita dipertemukan kembali, sebenarnya abang ri mempunyai perasaan lebih pada dinda.

Alhamdulillah abang ri sudah minta petunjuk-Nya. Dan semua itu mengarah pada dirimu dinda. Setelah proses perkenalan yang kita lalui bersama, abang ri berniat melamar dinda. Sekarang terserah pada diri dinda… Dinda boleh shalat istikharah lebih dulu mohon petunjuk-Nya. Apapun itu keputusannya, abang ri akan terima dengan ikhlas.

Sekarang sudah malam sebaiknya kita pulang yuk.., nanti dinda dicariin sama orang rumah” kata Rizal perlahan namun pasti.

Anti benar benar terkejut. Tanpa ia sadari, air mata menetes di pipi Anti. Anti menangis karena bahagia. Setelah itu Anti tidak mampu berkata kata lagi. Ia hanya menangis. Rizal yang melihat Anti menangis khawatir. Ia khawatir kalau ada kata kata yang menyakiti hati dindanya. “Dinda.. kenapa kamu menangis, maafkan aku kalau ada kata kataku yang menyakiti hatimu” tanya Rizal dengan penuh kekhawatiran.

Mendengar Rizal berkata seperti itu, Anti langsung menjelaskan alasan ia menangis. “Abang ri, Anti menangis bukan karena ada kata kata abang ri yang menyakiti hati Anti. Anti menangis karena bahagia, doa-doa yang selalu Anti panjatkan disetiap shalat Anti akhirnya dikabulkan oleh-Nya. Anti bahagia karena akhirnya Allah telah mengirimkan seseorang untuk menjadi pendamping hidup Anti dan itu adalah Abang ri. Dan Anti menangis karena ingat Almarhumah ibu.

Seandainya beliau masih ada, pasti ikut merasakan kebahagiaan yang Anti rasakan sekarang. Ya Rabb.. terimalah ia disisi-Mu” kata Anti sambil terisak menangis. Mendengar Anti berdo’a, Rizal mengamiinkan. “Amiiinn…., Ya sudah sekarang kita pulang yuk, hari sudah malam” ajak Rizal.

Anti menolak diantar pulang oleh Rizal. Karena rumah mereka sama jauh dan Anti tidak mau merepotkan abangnya. Sebelum mereka berpisah tidak lupa Rizal menanyakan nomor telpon rumah Anti dan alamat e-mailnya agar bisa tetap berkomunikasi.

Sesampainya dirumah, kira kira pukul 20.30 Rizal telpon untuk memastikan kalau Anti sudah sampai dirumah dengan selamat. Keesokan harinya ditempat ia bekerja, Anti mengecek e-mail yang masuk dan ternyata ada e-mail dari Rizal. Isinya tentang rencana kedatangan dirinya bersama keluarga untuk silahtuhrahmi tiga bulan lagi.

Tiga bulan sudah Anti lalui dengan harap harap cemas.

Hingga tiba hari itu, keluarga Rizal datang. Dari perbincangan antara orang tua kedua belah pihak, akhirnya di putuskan hari pernikahan mereka yang insya Allah akan diadakan sekitar tiga bulan lagi. Waktu yang cukup singkat untuk mempersiapkan sebuah pernikahan. Tak henti henti Anti berdzikir dalam hati. Ia amat bersyukur mendapatkan seorang Rizal.

Rizal adalah pria seorang sholeh. Insya Allah. Meskipun mereka sama sama masih kuliah namun itu bukanlah penghalang bagi mereka untuk melaksanakan ibadah yang sangat mulia ini. Dan meskipun perbedaan usia mereka yang dua tahun itu, tidak menghalangi niat Rizal untuk memperistri Anti. Atas kehendak-Nya lah semua ini terjadi. Hingga tiba hari itu, hari pernikahan mereka berdua. Mereka begitu tampak bahagia. Semoga kehidupa baru yang akan mereka jalani, selalu mendapat berkah dan rahmat dari-Nya.

Apakah Mereka Tak Memperhatikan Unta?

Lima puluh lima derajat celcius adalah suhu yang membakar. Itulah cuaca panas di gurun pasir, daerah yang tampak tak bertepi dan terhampar luas hingga di kejauhan. Di sini terdapat badai pasir yang menelan apa saja yang dilaluinya, dan yang sangat mengganggu pernafasan.

Padang pasir berarti kematian yang tak terelakkan bagi seseorang tanpa pelindung yang terperangkap di dalamnya. Hanya kendaraan yang secara khusus dibuat untuk tujuan ini saja yang dapat bertahan dalam kondisi gurun ini.

Kendaraan apapun yang berjalan di kondisi yang panas menyengat di gurun pasir, harus didesain untuk mampu menahan panas dan terpaan badai pasir. Selain itu, ia harus mampu berjalan jauh, dengan sedikit bahan bakar dan sedikit air. Mesin yang paling mampu menahan kondisi sulit ini bukanlah kendaraan bermesin, melainkan seekor binatang, yakni unta.

Unta telah membantu manusia yang hidup di gurun pasir sepanjang sejarah, dan telah menjadi simbol bagi kehidupan di gurun pasir. Panas gurun pasir sungguh mematikan bagi makhluk lain. Selain sejumlah kecil serangga, reptil dan beberapa binatang kecil lainnya, tak ada binatang yang mampu hidup di sana. Unta adalah satu-satunya binatang besar yang dapat hidup di sana. Allah telah menciptakannya secara khusus untuk hidup di padang pasir, dan untuk melayani kehidupan manusia. Allah mengarahkan perhatian kita pada penciptaan unta dalam ayat berikut: Maka apakah mereka tidak memperhatikan unta bagaimana ia diciptakan. (QS. Al-Ghaasyiyah, 88:17)

Jika kita amati bagaimana unta diciptakan, kita akan menyaksikan bahwa setiap bagian terkecil darinya adalah keajaiban penciptaan. Yang sangat dibutuhkan pada kondisi panas membakar di gurun adalah minum, tapi sulit untuk menemukan air di sini. Menemukan sesuatu yang dapat dimakan di hamparan pasir tak bertepi juga tampak mustahil. Jadi, binatang yang hidup di sini harus mampu menahan lapar dan haus, dan unta telah diciptakan dengan kemampuan ini.

Unta dapat bertahan hidup hingga delapan hari pada suhu lima puluh derajat tanpa makan atau minum. Ketika unta yang mampu berjalan tanpa minum dalam waktu lama ini menemukan sumber air, ia akan menyimpannya. Unta mampu meminum air sebanyak sepertiga berat badannya dalam waktu sepuluh menit. Ini berarti seratus tiga puluh liter dalam sekali minum; dan tempat penyimpanannya adalah punuk. Sekitar empat puluh kilogram lemak tersimpan di sini. Hal ini menjadikan unta mampu berjalan berhari-hari di gurun pasir tanpa makan apapun.

Kebanyakan makanan di gurun pasir adalah kering dan berduri. Namun sistem pencernaan pada unta telah diciptakan sesuai dengan kondisi yang sulit. Gigi dan mulut binatang ini telah dirancang untuk memungkinkannya memakan duri tajam dengan mudah. Perutnya memiliki desain khusus sehingga cukup kuat mencerna hampir semua tumbuhan di gurun pasir.

Angin gurun yang muncul tiba-tiba biasanya menjadi pertanda kedatangan badai pasir. Butiran pasir menyesakkan napas dan membutakan mata. Tapi Allah telah menciptakan sistem perlindungan khusus pada unta sehingga ia mampu bertahan terhadap kondisi sulit ini. Kelopak mata unta melindungi matanya dari dari debu dan butiran pasir. Namun, kelopak mata ini juga transparan atau tembus cahaya, sehingga unta tetap dapat melihat meskipun dengan mata tertutup. Bulu matanya yang panjang dan tebal khusus diciptakan untuk mencegah masuknya debu ke dalam mata. Terdapat pula desain khusus pada hidung unta. Ketika badai pasir menerpa, ia menutup hidungnya dengan penutup khusus.

Salah satu bahaya terbesar bagi kendaraan yang berjalan di gurun pasir adalah terperosok ke dalam pasir. Tapi ini tidak terjadi pada unta, sekalipun ia membawa muatan seberat ratusan kilogram, karena kakinya diciptakan khusus untuk berjalan di atas pasir. Telapak kaki yang lebar menahannya dari tenggelam ke dalam pasir, dan berfungsi seperti pada sepatu salju. Kaki yang panjang menjauhkan tubuhnya dari permukaan pasir yang panas membakar di bawahnya. Tubuh unta tertutupi rambut lebat dan tebal. Ini melindunginya dari sengatan sinar matahari dan suhu padang pasir yang dingin membeku setelah matahari terbenam.

Beberapa bagian tubuhnya tertutupi sejumlah lapisan kulit pelindung yang tebal. Lapisan-lapisan tebal ini ditempatkan di bagian-bagian tertentu yang bersentuhan dengan permukaan tanah saat ia duduk di pasir yang amat panas. Ini mencegah kulit unta agar tidak terbakar. Lapisan tebal kulit ini tidaklah tumbuh dan terbentuk perlahan-lahan; tapi unta memang terlahir demikian. Desain khusus ini memperlihatkan kesempurnaan penciptaan unta.

Marilah kita renungkan semua ciri unta yang telah kita saksikan. Sistem khusus yang memungkinkannya menahan haus, punuk yang memungkinkannya bepergian tanpa makan, struktur kaki yang menahannya dari tenggelam ke dalam pasir, kelopak mata yang tembus cahaya, bulu mata yang melindungi matanya dari pasir, hidung yang dilengkapi desain khusus antibadai pasir, struktur mulut, bibir dan gigi yang memungkinkannya memakan duri dan tumbuhan gurun pasir, sistem pencernaan yang dapat mencerna hampir semua benda apapun, lapisan tebal khusus yang melindungi kulitnya dari pasir panas membakar, serta rambut permukaan kulit yang khusus dirancang untuk melindunginya dari panas dan dingin.

Tak satupun dari ini semua dapat dijelaskan oleh logika teori evolusi, dan kesemuanya ini menyatakan satu kebenaran yang nyata: Unta telah diciptakan secara khusus oleh Allah untuk hidup di padang pasir, dan untuk membantu kehidupan manusia di tempat ini.

Begitulah, kebesaran Allah dan keagungan ciptaan-Nya tampak nyata di segenap penjuru alam ini, dan Pengetahuan Allah meliputi segala sesuatu. Allah menyatakan hal ini dalam ayat Alquran: Sesungguhnya, Tuhanmu hanyalah Allah, yang tidak ada Tuhan selain Dia. PengetahuanNya meliputi segala sesuatu. (QS. Thaahaa, 20:98)

Ahli Waris, Kepada Siapa Saja?


Assalamu'alaikum Wr.Wb.

Ibu sudah lama bercerai dengan ayah (suami 1), dan yang membiayai hidup kami semuanya adalah ibu (ayah tidak pernah). Kemudian ibu menikah lagi (suami 2) dan menjadi istri ke-2nya (madu'). sebelum menikah dengan suami 2, ibu sudah memiliki harta sendiri. Belum lama ini ibu meninggal dunia. yang perlu di ketahui:

1. Ibu memiliki 4 orang putri kandung 2. Ibu memiliki 8 anak tiri (dari suami 2) 3. Ayah tiri (suami 2) 4. Ayah kandung (suami 1) 5.Ibu memiliki 4 saudara kandung (3 laki2 dan 1 perempuan)

Pertanyaannya, siapa saja yang berhak atas harta ibu saya, terutama harta yang ada sebelum menikah dengan suami 2, dan berapa saja bagiannya. Demikian pertanyaannya, dan terimaksih atas

Asma - Jakut


Jawaban:


Assalamu `alaikum Warahmatullahi Wabaraktuh.
Alhamdulillah, Washshalatu wassalamu `ala Rasulillah, wa ba’d.

1. Putri Kandung : Mendapat Warisan
4 orang putri kandung tentu mendapat hak atas harta warisan dari almarhumah.

2. Anak Tiri : Tidak Mendapat Warisan
8 orang anak tiri yang tidak lahir dari benihnya dan tidak keluar dari rahim almarhumah tentu tidak mendapatkan hak atas harta warisan. Sebab mereka itu anak orang lain, bukan anaknya.

3. Suami Kedua : Mendapat Warisan
Suami ke-2 mendapatkan hak atas harta itu asalkan ketika almarhumah wafat, statusnya memang masih sebagai suaminya.

4. Mantan Suami (Suami Pertama) : Tidak Mendapat Warisan
Suami pertama yaitu ayah kandung anda tentu tidak mendapatkan hak atas harta warisan, karena statusnya pada saat almarhumah meninggal sudah bukan suami lagi. Mereka berdua adalah orang asing yang tidak ada hubungan suami istri lagi. Jadi jelas tidak punya hak apa-apa.

5. Saudara Kandung : Dapat
Sedangkan 4 saudara kandung yang terdiri dari 3 orang saudara laki-laki dan 1 orang saudara perempuan


Pembagian Warisan Dan Jatah Masing-masing

Suami

Suami mendapatkan jatah paling besar, yaitu suami kedua. Sedangakan suami pertama sudah wassalam. Besarnya adalah ¼ bagan dari total semua harta warisan. Seandainya almarhumah tidak punya keturunan, maka jatah suami bisa lebih besar lagi yaitu ½ dari total harta.

Kalau disamakan penyebutnya dengan angka 12, maka jatah suami adalah 3/12.

Dan bagimu seperdua [1/2] dari harta yang ditinggalkan oleh isteri-isterimu, jika mereka tidak mempunyai anak. Jika isteri-isterimu itu mempunyai anak, maka kamu mendapat seperempat [1/4] dari harta yang ditinggalkannya sesudah dipenuhi wasiat yang mereka buat atau sesudah dibayar hutangnya… (QS. An-Nisa : 12)

Anak Wanita

Karena mereka perempuan semua dan jumlahnya lebih dari dua orang, maka jatah mereka secara bersama-sama adalah 2/3 bagian dari total harta. Kalau disamakan penyebutnya dengan angka 24, maka jatah mereka berempat adalah 2/3 = 4/6 = 8/12.

Saudara Al-Marhumah

Seandainya almarhumah punya anak laki-laki, maka saudara-saudara ini tidak berhak mendapatkan harta warisan, karena keberadaan anak laki-laki akan menutup hak mereka. Namun ternyata almarhumah tidak punya anak laki-laki, maka jadilah saudara-saudaranya mendapatkan ashabah (sisa) dari harta yang sudah diambil suami dan anak-anak wanita.

Sisanya adalah 12/12 - (3/12 + 8/12) = 1/12. Harta 1/12 dari total milik almarhumah ini dibagikan kepada 3 orang saudara laki-laki dan seorang saudara perempuan dengan ketentuan saudara laki-laki mendapat jatah 2 kali lipat lebih besar dari saudara perempuan. Perbandingannya adalah 2:2:2:1. Maka jatah anak laki-laki adalah 2/7 x 1/12 = 1/24

Hadaanallahu Wa Iyyakum Ajma`in, Wallahu A`lam Bish-shawab,
Wassalamu `Alaikum Warahmatullahi Wa Barakatuh

Kalau Pengendara Motor Menabrak Kucing


Pada suatu pagi bada subuh ketika saya sedang lari pagi tiba tiba dikejutkan oleh sepeda motor yang terjatuh dan terseret beberapa puluh meter akibat menabrak kucing yang menyebrang jalan raya. Orang tersebut saya tolong sementara kucing itu mati. Saya sarankan pada orang tersebut untuk meneruskan perjalanan karena dia dan motornya rusak tidak bisa jalan. Saya anggap orang itu lebih utama dari kucing yang sudah mati. Sementara orang lain yang juga menyaksikan menyarankan untuk membawa kucing dan menguburkannya dengan layak dan dengan mitos yang sesat. Mana yang lebih utama?

Waluyo Supriyadi


Jawaban:


Assalamu 'alaikum Wr. Wb.
Bismillah, Washshaltu Wassalamu 'ala Rasulillah, Waba'du.

Apa yang anda lakukan mulia sekali, yaitu menolong orang yang mengalami musibah. Semoga Allah SWT membalas anda dengan balasan yang berguna di hari akhirat kelak, Amien.

Memang di masyarakat kita berkembang mitos yang tidak jelas dasarnya, yaitu kewajiban orang yang menbarak kucing untuk mengubur jasad kucing. Kalau tidak, maka akan ada nasib sial yang membayanginya.

Dalam pandangan Islam, mengasihi hewan adalah merupakan perintah agama. Menyiksa hewan secara sengaja akan melahirkan dosa di mata Allah. Sebaliknya berubat baik kepada hewan akan mendatangkan pahala. Sebagaimana hadits tentang seorang yang memberi minum anjing kehausan dan masuk surga karena perbuatannya itu.

Dari Abi Hurairah ra dari Rasulullah SAW berabda,"Telah diampuni seorang wanita pezina yang lewat di depan anjing yang menjulurkan lidahnya pada sebuah sumur. Dia berkata, "Anjing ini hamir mati kehausan". Lalu dilepasnya sepatunya lalu diikatnya dengan kerudungnya lalu diberinya minum. Maka diampuni wanita itu karena memberi minum. (HR Bukhari).

Dalam syarah shahih bukhari yaitu kitab Umdatul Qari jilid 15 halaman 277 disebutkan bahwa dia antara faedah hadits ini adalah diterimanya amal seorang pelaku dosa besar asalkan dia seorang muslim. Dan bahwa Allah mungkin saja mengampuni dosa besar dengan amal yang kecil sebagai keutamaan.

Namun kepercayaan sementara kalangan bahwa kalau menabrak kucing harus menguburkannya dan kalau tidak akan celaka, jelas merupakan tahayyul dan kalau hal itu dipercaya, akan mengakibatkan syirik. Sebab kalau kita bandingkan dengan hukum pembunuhan atas nyawa manusia, kita mengenal pembunuhan yang disengaja (qatlul `amd) dan pembunuhan yang tidak disengaja (qatlul Khatha`). Selain itu ada juga pembunuhan yang seperti disengaja (qatlu syibhu 'amd). Pembunuhan nyawa manusia yang tidak disengaja misalnya adalah menabrak orang hingga mati. Dan tidak ada qishash pada kasus itu kecuali membayar diyat (tebusan).

Padahal dalam kasus yang anda tanyakan, yang terbunuh secara tidak sengaja bukan manusia melainkan kucing. Sehingga tidak ada kewajiban qishash, diyat atau apapun. Kecuali bila kucing itu dimiliki oleh seseorang dan dia minta diganti harganya, maka harus diselesaikan sesuai dengan kesepakatan. Sebaliknya, bila kucing itu tidak ada yang punya, maka tidak ada kewajiban apapun kecuali membuang bangkai kucing atau membersihkan jalan itu dari bangkai kucing demi kelancaran lalu lintas. Bangkai kucing itu sendiri tidak wajib dikafani, tidak wajib dimandikan, tidak wajib dimandikan dan juga tidak wajib dishalati. Karena memang tidak ada masyru`iyah untuk semua praktek itu. Lagi pula bila sudah ada yang mengurusnya, maka orang yang terkena musibah itu tidak harus melakukannya sendiri.

Mitos ini berkembang karena masyarakat tidak punya landasan tauhid yang benar. Sehingga dengan mudah terasuki tathayyur yang salah seperti pada kasus kucing ketabrak. Tugas kita menjelaskan hal itu agar masyarakat tidak menjadi bulan-bulanan mitos yang bisa berakibat kepada kemusyrikan.

Masalah Tasawuf


Assalamu'laikum wr.wb

Ustadz saya mau bertanya mengenai hal Tasawuf. Bagaimana pandangan islam mengenai masalah tasawuf, beserta penjelasannya ?

wassalamu'laikum wr.wb

Abdillah Cikarang Baru


Jawaban:

Assalamu `alaikum Warahmatullahi Wabaraktuh
Alhamdulillahi rabbil `alamin, washshalatu wassalamu `ala sayyidil mursalin, wa ba`du,

Di zaman para sahabat Nabi saw, kaum Muslimin serta pengikutnya mempelajari tasawuf, agama Islam dan hukum-hukum Islam secara keseluruhan, tanpa kecuali. Tiada satu bagian pun yang tidak dipelajari dan dipraktekkan, baik lahir maupun batin; urusan dunia maupun akhirat; masalah pribadi maupun kemasyarakatan, bahkan masalah yang ada hubungannya dengan penggunaan akal, perkembangan jiwa dan jasmani, mendapat perhatian pula.

Timbulnya perubahan dan adanya kesulitan dalam kehidupan baru yang dihadapinya adalah akibat pengaruh yang ditimbulkan dari dalam dan luar. Dan juga adanya bangsa-bangsa yang berbeda paham dan alirannya dalam masyarakat yang semakin hari kian bertambah besar. Dalam hal ini, terdapat orang-orang yang perhatiannya dibatasi pada bagian akal, yaitu Ahlulkalam, Mu'tazilah. Ada yang perhatiannya dibatasi pada bagian lahirnya (luarnya) atau hukum-hukumnya saja, yaitu ahli fiqih. Ada pula orang-orang yang perhatiannya pada materi dan foya-foya, misalnya orang-orang kaya, dan sebagainya.

Maka, pada saat itu, timbullah orang-orang sufi yang perhatiannya terbatas pada bagian ubudiah saja, terutama pada bagian peningkatan dan penghayatan jiwa untuk mendapatkan keridhaan Allah dan keselamatan dari kemurkaan-Nya. Demi tercapainya tujuan tersebut, maka diharuskan zuhud atau hidup sederhana dan mengurangi hawa nafsu. Ini diambil dari pengertian syariat dan takwa kepada Allah.

Disamping itu, kemudian timbul hal baru, yaitu cinta kepada Allah (mahabatullah). Sebagaimana Siti Rabi'ah Al-Adawiyah, Abu Yazid Al-Basthami, dan Sulaiman Ad-Darani, mereka adalah tokoh-tokoh sufi. Mereka berpendapat sebagai berikut:

"Bahwa ketaatan dan kewajiban bukan karena takut pada neraka, dan bukan keinginan akan surga dan kenikmatannya, tetapi demi cintanya kepada Allah dan mencari keridhaan-Nya, supaya dekat dengan-Nya."

Dalam syairnya, Rabi'ah Al-Adawiyah telah berkata:

"Semua orang yang menyembah Allah karena takut akan neraka dan ingin menikmati surga. Kalau aku tidak demikian, aku menyembah Allah, karena aku cinta kepada Allah dan ingin ridhaNya."

Kemudian pandangan mereka itu berubah, dari pendidikan akhlak dan latihan jiwa, berubah menjadi paham-paham baru atas Islam yang menyimpang, yaitu filsafat; dan yang paling menonjol ialah Al-Ghaulu bil Hulul wa Wahdatul-Wujud (paham bersatunya hamba dengan Allah).

Paham ini juga yang dianut oleh Al-Hallaj, seorang tokoh sufi, sehingga dihukum mati tahun 309 H. karena ia berkata, "Saya adalah Tuhan."

Paham Hulul berarti Allah bersemayam di dalam makhluk-Nya, sama dengan paham kaum Nasrani terhadap Isa Al-Masih.

Banyak di kalangan para sufi sendiri yang menolak paham Al-Hallaj itu. Dan hal ini juga yang menyebabkan kemarahan para fuqaha khususnya dan kaum Muslimin pada umumnya.

Filsafat ini sangat berbahaya, karena dapat menghilangkan rasa tanggung jawab dan beranggapan bahwa semua manusia sama, baik yang jahat maupun yang baik; dan yang bertauhid maupun yang tidak, semua makhluk menjadi tempat bagi Tajalli (kasyaf) Al-Haq, yaitu Allah.

Dalam keadaan yang demikian, tentu timbul asumsi yang bermacam-macam, ada yang menilai masalah tasawuf tersebut secara amat fanatik dengan memuji mereka dan menganggap semua ajarannya itu baik sekali. Ada pula yang mencelanya, menganggap semua ajaran mereka tidak benar, dan beranggapan aliran tasawuf itu diambil dari agama Masehi, agama Budha, dan lain-lainnya.

Secara obyektif bahwa tasawuf itu dapat dikatakan sebagai berikut: "Tasawuf ada dalam Islam dan mempunyai dasar yang mendalam. Tidak dapat diingkari dan disembunyikan, dapat dilihat dan dibaca dalam Al-Qur'an, Sunnah Rasul saw. dan para sahabatnya yang mempunyai sifat-sifat zuhud (tidak mau atau menjauhi hubudunya), tidak suka hidup mewah, sebagaimana sikap khalifah Umar r.a, Ali r.a, Abu Darda', Salman Al-Farisi, Abu Dzar r.a. dan lainnya."

Banyak ayat Al-Qur'an yang menganjurkan agar mawas diri dari godaan yang berupa kesenangan atau fitnah dunia.

Tetapi hendaknya selalu bergerak menuju ke jalan yang diridhai oleh Allah swt. dan berlomba-lomba memohon ampunan Allah swt, surga-Nya dan takutlah akan azab neraka. Dalam Al-Qur,an dan hadis Nabi saw. juga telah diterangkan mengenai cinta Allah kepada hamba-hamba-Nya dan cinta hambaNya kepada Allah. Sebagaimana disebutkan dalam ayat Al-Qur,an:

"Adapun orang-orang yang beriman cintanya sangat besar kepada Allah ..." (Q.s. Al-Baqarah: 165).

"... Allah mencintai mereka dan mereka pun mencintai-Nya ..." (Q.s. Al-Maidah: 54).

"Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang berjihad di jalan Allah dalam barisan yang teratur (tidak tercerai-berai) ..." (Q.s. Ash-Shaff: 4).

Diterangkan pula dalam Al-Qur'an dan hadis mengenai masalah zuhud, tawakal, tobat, syukur, sabar, yakin, takwa, muraqabah (mawas diri), dan lain-lainnya dari maqam-maqam yang suci dalam agama.

Tidak ada golongan lain yang memberi perhatian penuh dalam menafsirkan, membahas dengan teliti dan terinci, serta membagi segi-segi utamanya maqam ini selain para sufi. Merekalah yang paling mahir dan mengetahui akan penyakit jiwa, sifat-sifatnya dan kekurangan yang ada pada manusia, mereka ini ahli dalam ilmu pendidikan yang dinamakan Suluk.

Tetapi, tasawuf tidak berhenti hingga di sini saja dalam peranannya di masa permulaan, yaitu adanya kemauan dalam melaksanakan akhlak yang luhur dan hakikat dari ibadat yang murni semata untuk Allah swt. Sebagaimana dikatakan oleh Al-Imam Ibnul Qayyim Al-Jauzi, yaitu: "Ilmu tasawuf itu, kemudian akan meningkat ke bidang makrifat perkenalan, setelah itu ke arah khasab ungkapan dan karunia Allah. Hal ini diperoleh melalui pembersihan hati nurani. Akhirnya, dengan ditingkatkannya hal-hal ini, timbullah penyimpangan, tanpa dirasakan oleh sebagian ahli sufi."

Di antara yang tampak dari penyimpangan sebagian orang-orang sufi adalah sebagai berikut:

Dijadikannya wijid (perasaan) dan ilham sebagai ukuran untuk dasar pengetahuan dan lain-lain; juga dapat dijadikan ukuran untuk membedakan antara yang benar dan salah. Sehingga sebagian ada yang berkata, "Aku diberi tahu oleh hati dari Tuhanku (Allah)."

Berbeda dengan ungkapan dari ahli sunnah bahwa apabila mereka meriwayatkan ini dari si Fulan, si Fulan sampai kepada Rasulullah saw.

Dibedakannya antara syariat dan hakikat, antara hukum Islam dan yang bebas dari hukumnya.

Dikuasai oleh paham Jabariah dan Salabiah, sehingga dapat mempengaruhi iman dan akidah mereka, dimana manusia mutlak dikendalikannya. Maka tidak perlu lagi melawan dan selalu bersikap pasif, tidak aktif.

Tidak dihargainya dunia dan perkembangannya. Apa yang ada di dunia dianggapnya sepele, padahal ayat Al-Qur,an telah menyatakan: "... dan janganlah kamu melupakan akan nasibmu (kebahagiaanmu) dari (kenikmatan) dunia ..." (Q.s. Al-Qashash: 77).

Pikiran dan teori di atas telah tersebar dan dipraktekkan dimana-mana, dengan dasar dan paham bahwa hal ini bagian dari Islam, ditetapkan oleh Islam, dan ada sebagian, terutama dari golongan intelektual, keduanya belum mengerti benar akan hal itu karena tidak mempelajarinya.

Sekali lagi kita tandaskan, bahwa orang sufi dahulu, selalu menyuruh jangan sampai menyimpang dari garis syariat dan hukum-hukumnya.

Ibnul Qayyim berkata mengenai keterangan dari tokoh-tokoh sufi, "Tokoh-tokoh sufi dan guru besar mereka, Al-Junaid bin Muhammad (297 H.), berkata, 'Semua jalan tertutup bagi manusia, kecuali jalan yang dilalui Nabi saw.'"

Al-Junaid pun berkata: "Barangsiapa yang tidak hafal Al-Qur'an dan menulis hadis-hadis Nabi saw. maka tidak boleh dijadikan panutan dan ditiru, karena ilmu kita (tasawuf) terikat pada kitab Al-Qur'an dan As-Sunnah."

Abu Khafs berkata: "Barangsiapa yang tidak menimbang amal dan segala sesuatu dengan timbangan Al-Kitab dan As-Sunnah, serta tidak menuduh perasaannya (tidak membenarkan wijid-nya), maka mereka itu tidak termasuk golongan kaum tasawuf." Abu Yazid Al-Basthami berkata: "Janganlah kamu menilai dan tertipu dengan kekuatan-kekuatan yang luar biasa, tetapi yang harus dinilai adalah ketaatan dan ketakwaan seseorang pada agama dan syariat pelaksanaannya."

Kiranya keterangan yang paling tepat mengenai tasawuf dan para sufi adalah sebagaimana yang diuraikan oleh Al-Imam Ibnu Taimiyah dalam menjawab atas pertanyaan, "Bagaimana pandangan ahli agama mengenai tasawuf?"

Ibnu Taimiyah memberi jawaban sebagai berikut, "Pandangan orang dalam masalah tasawuf ada dua, yaitu: Sebagian termasuk ahli fiqih dan ilmu kalam mencela dan menganggap para sufi itu ahli bid'ah dan di luar Sunnah Nabi saw. Sebagian lagi terlalu berlebih-lebihan dalam memberikan pujian dan menganggap mereka paling baik dan sempurna di antara manusia setelah Nabi saw. Kedua-duanya tidak benar. Yang benar ialah bahwa mereka ini sedang dalam usaha melakukan pengabdian kepada Allah, sebagaimana usaha orang-orang lain untuk menaati Allah swt. Dalam kondisi yang prima di antara mereka, ada yang cepat sampai dan dekat kepada Allah, orang-orang ini dinamakan Minal muqarrabiin (orang-orang yang terdekat dengan Allah), sesuai dengan ijtihadnya; ada pula yang intensitas ketaatannya sedang-sedang saja. Orang ini termasuk bagian kanan: Min ashhaabilyamiin (orang-orang yang berada di antara kedua sikap tadi)."

Di antara golongan itu ada yang salah, ada yang berdosa, melakukan tobat, ada pula yang tetap tidak bertobat. Yang lebih sesat lagi adalah orang-orang yang melakukan kezaliman dan kemaksiatan, tetapi menganggap dirinya orang-orang sufi.

Masih banyak lagi dari ahli bid'ah dan golongan fasik yang menganggap dirinya golongan tasawuf, yang ditolak dan tidak diakui oleh tokoh-tokoh sufi yang benar dan terkenal. Sebagaimana Al-Junaid dan lain-lainnya.

Hadaanallahu Wa Iyyakum Ajma`in, Wallahu A`lam Bish-shawab,
Wassalamu `Alaikum Warahmatullahi Wa Barakatuh.

Islam Liberal, Fondamental, & Moderat


Assalamu'alaikum Wr.Wb.

Pak Ustaz, Saya sering mendengar di kalangan mahasiswa di STAIN, UIN & IAIN tentang Islam Liberal, Islam Fondamental, Islam Moderat, Islam Radikal, dll. Apa semuanya itu? Sebelumnya saya tidak pernah dengar itu. Kemudian apakah semuanya sama atau berbeda? dan mana sih yang benar? sebab saya sering mendengarkan perdebatan antara aliran-aliran itu, Pokoknya saya penasaran dengan semuanya ini, Mohon penjelasan dari Ustaz..?

Wassalamu'alaikum Wr.Wb.

Abdul-Aziz Husnuddu'at - Pancor Selong LOTIM NTB


Jawaban:


Assalamu `alaikum Warahmatullahi Wabaraktuh
Alhamdulillahi rabbil `alamin, washshalatu wassalamu `ala sayyidil mursalin, wa ba`du,

Selain Islam Liberal, kelompok-kelompok yang Anda tanyakan itu lebih merupakan julukan orang atas fenomena keagamaan yang tidak secara tegas menentukan siapa saja mereka itu atau apa organisasinya. Apa makna Islam moderat, apa makna Islam radikal dan Islam fundamental, kesemuanya belum ada kesepakatan dalam pendefinisiannya. Apalagi sampai pada taraf siapa saja mereka dan kelompok mana saja, masih dalam perdebatan.

Sedangkan ‘Islam Liberal’, selain sebuah julukan atas sebuah kecenderungan, memang berbentuk sebuah jaringan formal yang dimotori oleh Ulil Absar, bahkan mereka sudah punya situs, diskusi rutin, penerbitan dan sarana lain. Nama resminya adalah ‘Jaringan Islam Liberal’ disingkat JIL.

Intinya ingin meliberalkan ajaran Islam dengan semangat membuka ide dan pemikiran-pemikiran yang bersifat liberal (bebas). Namun sayangnya, bebas yang dimaksud adalah bebas dalam arti kalau memang harus bertentangan dengan Al-Quran Al-Karim, sunnah atau dengan tatanan syariah yang selama ini ada, tidak apa-apa.

Sederhananya, bebas berselisih paham dengan ajaran Islam itu sendiri. Dalam dalam masalah aqidah, syariah, akhlaq atau masalah lainnya. Bahkan berkonfrontasi dengan syariat Islam justru menjadi tujuan utamanya. Tidak ada tulisan mereka yang bebas dalam arti kata mendukung ajaran Islam, tetapi bebas yang muncul adalah bebas menghujat ajaran Islam.

Karena itulah jaringan ini sangat disorot oleh para ulama. MUI Jawa Barat pun pernah secara terbuka mengharamkannya. Dan para sesepuh serta ulama NU pun ikut resah dengan ulah Ulil cs ini. Sehingga mereka merasa perlu memberikan peringatan atas penyelewengan yang dilakukannya.

JIL adalah perpanjangan generasi dari kalangan sekuler anti Islam di Indonesia selama ini. Menurut mereka, gerakan sekulerisasi yang selama ini berjalan tidak pernah berhasil menjauhkan umat Islam dari agama mereka. Karena umumnya berjalan secara indivual dan terkesan sendiri-sendiri. Apalagi kalangan itu kini sudah mulai ‘tua’ dan tidak lagi terlalu vocal. Dan dalam banyak hal dianggap sudah ‘sadar’ dan ‘kembali’ ke pangkuan keaslian ajaran Islam. Dan kenyataannya, para tokoh sekuler masa lalu sudah cenderung tidak lagi menghujat-hujat. Entah karena sudah sadar atau sudah kehabisan nafas akibat tidak pernah diterimanya ide-ide sekuler mereka di negeri ini. Kita tidak lagi mendengar ada tokoh yang ingin mengganti ‘assalamu alaikum’ dengan ‘selamat pagi’. Juga kita tidak dengar lagi slogan ‘Islam yes partai Islam no’. Juga kita tidak dengar lagi mereka menghujat pemakaian jilbab yang kini justru sudah sangat memasyarakat.

Sehingga generasi penerus mereka yang masih muda-muda itu merasa perlu mengambil langkah-langkah yang lebih radikal dan lebih vocal lagi untuk akselerasi peruntuhan nilai-nilai keaslian Islam di tengah masyarakat. Dan untuk itu mereka membangun sebuah network/jaringan untuk menyatukan barisan dan menggalang potensi. Agaknya mereka gerah melihat Islam semakin marak dan syariat Islam semakin populer di tengah masyarakat. Apalagi justru sekarang mucul wacana untuk menerapkan syariat Islam di berbagai wilayah di Indonesia.

Tentu saja jaringan ini tidak bisa berjalan kalau tidak disponsori oleh pihak musuh Islam yang memang punya kepentingan. Karena itu berbekal rencana jahat dari musuh Islam, jaringan ini didirikan. Pemikir-pemikir yang tidak senang dengan Islam mereka kumpulkan, baik yang secara resmi menyatakan bergabung atau mencatut nama-nama tokoh tertentu tanpa meminta izin dari yang bersangkutan. Salah satu kasusnya adalah pencatutan nama Dr. Yusuf Al-Qaradawi. Entah apakah mereka sudah mengoreksinya atau belum, yang jelas mereka sering mengutip-ngutip nama beliau sehingga ada kesan ingin menampilkan opini bahwa Qaradawi pun sepaham dengan misi mereka.

Hadaanallahu Wa Iyyakum Ajma`in, Wallahu A`lam Bish-shawab,
Wassalamu `Alaikum Warahmatullahi Wa Barakatuh.

Kalau Jilbab Tidak Lebar

Kalau Jilbab Tidak Lebar


Assalamualaikum wr. wb.

Saya ingin menanyakan bagaimana kriteria jilbab yang sesungguhnya karena banyak kita lihat bahwa banyak wanita berjilbab yang bernama jilbab gaul, kalau itu saya tahu pasti tidak sesuai syariat.

Lalu bila kita berjilbab menutupi dada tapi tidak sebesar jilbab-jilbab orang pesantren apakah hal itu tidak sesuai syariat? Ada orang yang berkata bahwa Allah SWT tidak melihat bagaimana ukuran jilbabmu tatapi Ia melihat bagaimana hatimu, apa itu benar?

Wa'alaikum salam wr.wb.

Miftahul Azizah


Jawaban:


Assalamu 'alaikum Wr. Wb.
Bismillah, Washshaltu Wassalamu 'ala Rasulillah, Waba'du.

Yang diwajibkan syariat adalah para wanita itu menutup aurat dengan kriteria pakaian yang juga telah diatur syariat. Sedangkan model, bentuk, corak, motif dan warna pakaiannya, sebenarnya diserahkan kepada kebiasaan dan standar estetika masing-masing orang.

Di antara kriteria dasar pakaian wanita muslimah adalah:

1. Aurat perempuan dalam hubungannya dengan laki-laki lain atau perempuan yang tidak seagama, yaitu seluruh badannya, kecuali muka dan dua tapak tangan. Demikian menurut pendapat yang lebih kuat.

Karena dibolehkannya membuka kedua anggota tersebut --seperti kata ar-Razi-- adalah karena ada suatu kepentingan untuk bekerja, mengambil dan memberi. Oleh karena itu, perempuan muslim diperintah untuk menutupi anggota yang tidak harus dibuka dan diberi rukhsah untuk membuka anggota yang biasa terbuka dan mengharuskan dibuka, justru syariat Islam adalah suatu syariat yang toleran. Ar-Razi selanjutnya berkata, "Oleh karena membuka muka dan kedua tapak tangan itu hampir suatu keharusan, maka tidak salah kalau para ulama juga bersepakat, bahwa kedua anggota tersebut bukan aurat."

2. Pakaian yang sopan yang dituntunkan syara', yang menutup seluruh tubuh selain muka dan telapak tangan. Jangan yang bisa menampakkan aurat atau asosiasi oran terhadap tubuh pemakainya. Allah berfirman, "...dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya kecuali yang biasa tampak daripadanya. Dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung ke dadanya ..." (QS an-Nur: 31)

Dengan pakaian tersebut, dapat dibedakan antara wanita yang baik-baik dengan wanita nakal. Terhadap wanita yang baik-baik, tidak ada laki-laki yang suka mengganggunya, sebab pakaian dan kesopanannya mengharuskan setiap orang yang melihatnya untuk menghormatinya.

3. Pakaian itu tidak ketat sehingga membentuk lekuk tubuh wanita.

4. Pakaian itu tidak tipis sehingga menerawang dan menampakkan kulit pemakainya

5. Pakaian itu tidak menyerupai pakaian khas pemeluk agama tertentu. Sebab Rasulullah SAW melarang seorang muslim meniru perilaku orang kafir.

6. Pakaian itu tidak menyerupai pakaian khas laki-laki.

7. Menjauhkan diri dari bau-bauan yang harum dan warna-warna perhiasan yang seharusnya dipakai di rumah, bukan di jalan dan di dalam pertemuan-pertemuan dengan kaum laki-laki.

Wallahu a'lam bishshawab, Wassalamu 'alaikum Wr. Wb

Minggu, 04 Oktober 2009

Kredit TV tapi Tidak Ada Tagihan, Apa Dizakatkan saja?


Assalamu'alaikum pa' ustadz.

Begini cerita yang saya alami. Pada tanggal 28 September 2003 saya membeli sebuah TV 20" di sebuah pusat perkulakan di Kelapa Gading melalui Sumber Kredit (cicilan tanpa bunga selama 12 tahun). Cicilan pertama saya bayar melalui penagih yang datang ke rumah dan saya bayar, tapi setelah itu dan sampai saat ini saya tidak pernah mendapatkan tagihan lagi.

Saya telah berkali-kali telpon ke customer service-nya, mereka bilang tidak ada tagihan. Saya bahkan sudah fax bukti pembelian, tapi sampai tanggal 7/6/2004 tetap tidak ada tagihan buat saya, dan saya diminta konfirmasi lagi Selasa (3/8/2004).

Nah gimana nich pak ustadz, kalau hari Selasa itu, saya juga tidak ada tagihan? Saya gak mau punya hutang, tapi kalau seperti ini gimana ya? Apa memang ini hadiah? Apa saya perlu mengeluarkan zakat agar TV tersebut bersih dari hutang? Kalau iya berapa persen?

Terima kasih sebelumnya,

Wasalamu'alaikum WRWB,

Ronald


Jawaban:


Assalamu 'alaikum Wr. Wb.
Bismillah, Washshaltu Wassalamu 'ala Rasulillah, Waba'du.

Seandainya negeri ini dipenuhi oleh orang-orang shalih seperti Anda, maka sudah bisa dipastikan negeri ini akan segera keluar dari jeratan kemiskinan dan kemelaratan. Sebab isinya adalah orang-orang jujur dan wara` yang tidak mau makan harta yang bukan miliknya.

Bahkan tidak harus 100% bangsa ini punya karakteristik seperti Anda, cukup 50% saja pun sudah lumayan. Apalagi kalau yang duduk di pemerintahan dan lembaga legislatif termasuk aparat penegak hukum adalah orang yang berkarakter seperti anda, insya Allah Indonesia SEGERA akan menjadi negara termakmur di dunia. Hutang luar negeri dan ephoria menjual asset negara bisa segera dituntaskan dengan mudah.

Namun sayang sekali, orang semacam Anda termasuk jenis langka, kalau tidak mau dikatakan sudah mulai mengalami kepunahan. Negeri ini sudah lama kehilangan sosok mulia seperti Anda. Yang tahu mana halal dan mana haram. Yang tidak mau memakan harta yang bukan miliknya dan gelisah manakala hak orang lain masuk tercampur di dalam harta miliknya. Yang merasakan adanya malaikat pengawas di kanan dan di kirinya dan mencatat semuanya tanpa kecuali. Yang punya landasan aqidah kuat dan menyakini bahwa nanti di akhirat akan dilakukan pengadilan tertinggi yang akan menelanjangi segala macam kesalahan manusia. Yang tahu persis bagaimana panasnya api neraka dan betapa indahnya surga milik Allah SWT.

Seandainya para ibu di negeri ini bisa melahirkan lebih banyak lagi manusia seperti Anda, betapa karunia Allah betul-betul akan menjadi kenyataan ...

Anda tahu bahwa Anda telah membeli pesawat TV dan anda tahu berapakah harga yang harus Anda bayarkan selama masa cicilan 12 bulan itu. Maka sekarang, meski pihak penjual tidak/belum menyampaikan tagihan bulanan kepada Anda, anda tetap harus menyisihkan uang sebesar cicilan bulanan. Simpanlah uang itu baik-baik hingga terpenuhi harga total pembelian. Anggaplah uang itu adalah uang titipan di mana anda diamanahi untuk menjaganya.

Sementara itu, anda bisa menyampaikan kepada pihak managemen perusahaan cicilan itu tentang kasus anda. Ceritakan prosesnya dari awal hingga akhir secara tertulis seperti apa yang anda tuliskan kepada kami. Upaya ini juga bisa anda sampaikan melalui surat pembaca di harian. Pasti akan menjadi sebuah surat pembaca yang unik, karena biasanya surat pembaca itu berisi komplain. Tapi ini adalah surat pembaca di mana seorang yang berhutang ingin membayar hutangnya dan pihak yang memberi hutang 'merasa' tidak menghutangi. Unik bukan?

Konsultasi : uamalah

Beda Asuransi Syari'ah dengan Asuransi Konvensional


Assalamu'alaikum Wr. Wb.

Saya ingin tanya bagaimanakah hukum Islam tentang asuransi, dan apa beda asuransi konvensional dengan asuransi syari'ah?

Wassalamu'alaikum Wr. Wb.

Abdussalam Hanafi


Jawaban:


Assalamu 'alaikum Wr. Wb.
Bismillah, Washshaltu Wassalamu 'ala Rasulillah, Wa ba'du

Ada beberapa pandangan atau pendapat mengenai asuransi ditinjau dari fiqh Islam. Yang paling mengemuka perbedaan tersebut terbagi tiga, yaitu:

a. Pendapat pertama: Mengharamkan

Asuransi itu haram dalam segala macam bentuknya, temasuk asuransi jiwa Pendapat ini dikemukakan oleh Sayyid Sabiq, Abdullah al-Qalqii (mufti Yordania), Yusuf Qardhawi dan Muhammad Bakhil al-Muth'i (mufti Mesir).

Alasan-alasan yang mereka kemukakan ialah:

  • Asuransi sama dengan judi.
  • Asuransi mengandung unsur-unsur tidak pasti.
  • Asuransi mengandung unsur riba/renten.
  • Asuransi mengandung unsur pemerasan, karena pemegang polis, apabila tidak bisa melanjutkan pembayaran preminya, akan hilang premi yang sudah dibayar atau di kurangi.

  • Premi-premi yang sudah dibayar akan diputar dalam praktek-praktek riba.
  • Asuransi termasuk jual beli atau tukar menukar mata uang tidak tunai.
  • Hidup dan mati manusia dijadikan objek bisnis, dan sama halnya dengan mendahului takdir Allah.

b. Pendapat Kedua: Membolehkan

Pendapat kedua ini dikemukakan oleh Abd. Wahab Khalaf, Mustafa Akhmad Zarqa (guru besar Hukum Islam pada fakultas Syari'ah Universitas Syria), Muhammad Yusuf Musa (guru besar Hukum Isalm pada Universitas Kairo Mesir), dan Abd. Rakhman Isa (pengarang kitab al-Muamallha al-Haditsah wa Ahkamuha).

Mereka beralasan:

  • Tidak ada nash (al-Qur'an dan Sunnah) yang melarang asuransi.
  • Ada kesepakatan dan kerelaan kedua belah pihak.
  • Saling menguntungkan kedua belah pihak.
  • Asuransi dapat menanggulangi kepentingan umum, sebab premi-premi yang terkumpul dapat di investasikan untuk proyek-proyek yang produktif dan pembangunan.

  • Asuransi termasuk akad mudhrabah (bagi hasil).
  • Asuransi termasuk koperasi (Syirkah Ta'awuniyah).
  • Asuransi di analogikan (qiyaskan) dengan sistem pensiun seperti taspen.

c. Pendapat Ketiga: Ada yang Haram dan Ada yang Tidak

Asuransi sosial boleh dan komersial haram. Pendapat ketiga ini dianut antara lain oleh Muhammad Abdu Zahrah (guru besar Hukum Islam pada Universitas Kairo). Alasan kelompok ketiga ini sama dengan kelompok pertama dalam asuransi yang bersifat komersial (haram) dan sama pula dengan alasan kelompok kedua, dalam asuransi yang bersifat sosial (boleh).

Alasan golongan yang mengatakan asuransi syubhat adalah karena tidak ada dalil yang tegas haram atau tidak haramnya asuransi itu.


Asuransi Syariah

  1. Prinsip Asuransi Syariah

    Suatu asuransi diperbolehkan secara syar'i, jika tidak menyimpang dari prinsip-prinsip dan aturan-aturan syariat Islam. Untuk itu dalam muamalah tersebut harus memenuhi ketentuan-ketentuan sebagai berikut:

    • Asuransi syariah harus dibangun atas dasar taawun (kerja sama), tolong menolong, saling menjamin, tidak berorentasi bisnis atau keuntungan materi semata. Allah SWT berfirman, "Dan saling tolong menolonglah dalam kebaikan dan ketaqwaan dan jangan saling tolong menolong dalam dosa dan permusuhan."

    • Asuransi syariat tidak bersifat mu'awadhoh, tetapi tabarru' atau mudhorobah.

    • Sumbangan (tabarru') sama dengan hibah (pemberian), oleh karena itu haram hukumnya ditarik kembali. Kalau terjadi peristiwa, maka diselesaikan menurut syari'at.

    • Setiap anggota yang menyetor uangnya menurut jumlah yang telah ditentukan, harus disertai dengan niat membantu demi menegakan prinsip ukhuwah. Kemudian dari uang yang terkumpul itu diambilah sejumlah uang guna membantu orang yang sangat memerlukan.

    • Tidak dibenarkan seseorang menyetorkan sejumlah kecil uangnya dengan tujuan supaya ia mendapat imbalan yang berlipat bila terkena suatu musibah. Akan tetepi ia diberi uang jamaah sebagai ganti atas kerugian itu menurut izin yang diberikan oleh jamaah.

    • Apabila uang itu akan dikembangkan, maka harus dijalankan menurut aturan syar'i.


  2. Ciri-Ciri Asuransi Syari'ah

    Asuransi syariah memiliki beberapa ciri utama:

    1. Akad asuransi syari'ah adalah bersifat tabarru', sumbangan yang diberikan tidak boleh ditarik kembali. Atau jika tidak tabarru', maka andil yang dibayarkan akan berupa tabungan yang akan diterima jika terjadi peristiwa, atau akan diambil jika akad berhenti sesuai dengan kesepakatan, dengan tidak kurang dan tidak lebih. Atau jika lebih maka kelebihan itu adalah kentungan hasil mudhorobah bukan riba.

    2. Akad asuransi ini bukan akad mulzim (perjanjian yang wajib dilaksanakan) bagi kedua belah pihak. Karena pihak anggota ketika memberikan sumbangan tidak bertujuan untuk mendapat imbalan, dan kalau ada imbalan, sesungguhnya imbalan tersebut didapat melalui izin yang diberikan oleh jama'ah (seluruh peserta asuransi atau pengurus yang ditunjuk bersama).

    3. Dalam asuransi syari'ah tidak ada pihak yang lebih kuat karena semua keputusan dan aturan-aturan diambil menurut izin jama'ah seperti dalam asuransi takaful.

    4. Akad asuransi syari'ah bersih dari gharar dan riba.

    5. Asuransi syariah bernuansa kekeluargaan yang kental.

  3. Perbedaan asuransi syariah dan konvensional.

    Dibandingkan asuransi konvensional, asuransi syariah memiliki perbedaan mendasar dalam beberapa hal :

    1. Prinsip akad asuransi syariah adalah takafuli (tolong-menolong). Dimana nasabah yang satu menolong nasabah yang lain yang tengah mengalami kesulitan. Sedangkan akad asuransi konvensional bersifat tadabuli (jual-beli antara nasabah dengan perusahaan).

    2. Dana yang terkumpul dari nasabah perusahaan asuransi syariah (premi) diinvestasikan berdasarkan syariah dengan sistem bagi hasil (mudharabah). Sedangkan pada asuransi konvensional, investasi dana dilakukan pada sembarang sektor dengan sistem bunga.

    3. Premi yang terkumpul diperlakukan tetap sebagai dana milik nasabah. Perusahaan hanya sebagai pemegang amanah untuk mengelolanya. Sedangkan pada asuransi konvensional, premi menjadi milik perusahaan dan perusahaan-lah yang memiliki otoritas penuh untuk menetapkan kebijakan pengelolaan dana tersebut.

    4. Bila ada peserta yang terkena musibah, untuk pembayaran klaim nasabah dana diambilkan dari rekening tabarru' (dana sosial) seluruh peserta yang sudah diikhlaskan untuk keperluan tolong-menolong. Sedangkan dalam asuransi konvensional, dana pembayaran klaim diambil dari rekening milik perusahaan.

    5. Keuntungan investasi dibagi dua antara nasabah selaku pemilik dana dengan perusahaan selaku pengelola, dengan prinsip bagi hasil. Sedangkan dalam asuransi konvensional, keuntungan sepenuhnya menjadi milik perusahaan. Jika tak ada klaim, nasabah tak memperoleh apa-apa.

    6. Adanya Dewan Pengawas Syariah dalam perusahaan asuransi syariah yang merupakan suatu keharusan. Dewan ini berperan dalam mengawasi manajemen, produk serta kebijakan investasi supaya senantiasa sejalan dengan syariat Islam. Adapun dalam asuransi konvensional, maka hal itu tidak mendapat perhatian.

Wallahu a'lam bishshawab,
Wassalamu 'alaikum Wr. Wb.

Ahmad Sarwat, Lc.

8 JOHANN GUTENBERG 1400-1468

Lazim Johann Gutenberg dianggap penemu mesin cetak. Apa yang sebetulnya dia lakukan adalah mengembangkan metode pertama penggunaan huruf cetak yang bergerak dan mesin cetak dalam bentuk begitu rupa sehingga pelbagai macam materi tulisan dapat dicetak dengan cepat dan tepat.

Tak ada penemuan yang terlompat dari pemikiran seseorang, tidak juga mesin cetak. Segel dan bulatan segel yang pengerjaannya menganut prinsip serupa dengan cetak blok sudah dikenal di Cina berabad-abad sebelum Gutenberg lahir dan suatu bukti menunjukkan bahwa di tahun 868 M sebuah buku cetakan sudah ditemukan orang di Cina. Proses serupa juga sudah dikenal orang di Eropa sebelum Gutenberg. Cetak blok memungkinkan pencetakan banyak eksemplar buku tertentu. Proses ini punya satu kelemahan: karena satu set baru serta komplit dari cukilan kayu atau logam harus dibuat untuk sebuah buku, dengan sendirinya tidaklah praktis untuk mencetak berbagai macam buku.

Sering disebut orang sumbangan terpenting Gutenberg adalah penemuannya di bidang huruf cetak yang bisa bergerak. Dalam perkara ini pun hal serupa sudah diketemukan di Cina sekitar pertengahan abad ke-11 M oleh seorang bernama Pi Sheng. Huruf-huruf cetak aslinya terbuat dari semacam tanah yang tidak bisa tahan lama. Sementara itu beberapa orang Cina dan Korea sudah melakukan serentetan penyempurnaan dan berhasil baik sebelum Gutenberg. Orang-orang Korea menggunakan huruf cetak metal, dan pemerintah Korea membantu sebuah pabrik peleburan untuk memproduksi huruf cetak di awal abad ke-15 M. Lepas dari semua ini, keliru juga jika menganggap Pi Sheng seorang yang punya pengaruh spesial. Pada tingkat pertama, Eropa tidak belajar huruf cetak bergerak dari Cina melainkan atas kreasinya sendiri. Kedua, mencetak dengan cara huruf cetak bergerak belum pernah digunakan secara umum di Cina sendiri sampai baru-baru ini saja tatkala prosedur percetakan modern mereka pelajari dari Barat.

Ada empat komponen esensial cara percetakan modern. Pertama, huruf cetak yang bergerak, berikut beberapa prosedur penyetelan dan peletakan huruf-huruf yang mapan. Kedua, mesin cetak itu sendiri. Ketiga, tinta yang serasi untuk menghasilkan cetakan. Keempat, bahan semisal kertas untuk mencetaknya. Kertas telah diketemukan di Cina bertahun sebelum mesin cetak oleh Ts'ai Lun dan penggunaannya telah tersebar luas di Eropa sebelum jaman Gutenberg. Itulah unsur satu-satunya dari proses cetak Gutenberg yang sudah siap jadi. Meskipun orang lain pernah melakukan macam-macam pekerjaan terhadap tiap-tiap komponen itu, namun Gutenberg telah berhasil melakukan macam-macam penyempurnaan. Misalnya, dia mengembangkan metal logam campuran untuk huruf cetak; menuangkan cairan logam untuk huruf cetak blok secara tepat dan teliti; minyak tinta cetak serta alat penekan yang diperlukan untuk mencetak.


Mesin Cetak Gutenberg

Tetapi, sumbangan pikiran Gutenberg secara keseluruhan lebih besar dari siapa pun juga dalam hal penyempurnaan mesin cetak. Arti pentingnya terutama terletak pada keberhasilannya menggabungkan semua unsur mesin cetak menjadi suatu sistem yang efektif dan produktif. Karena itu mesin cetak, berbeda dengan penemuan-penemuan lain sebelumnya, merupakan proses produksi besar-besaran yang utama. Sepucuk bedil dengan sendirinya jauh lebih efektif ketimbang sebuah busur dan anak panah. Sebuah buku hasil cetakan tak banyak beda dengan sebuah buku hasil tulisan tangan. Kelebihan mesin cetak dengan demikian terletak pada segi produksi besar-besarannya. Apa yang telah dikembangkan oleh Gutenberg bukanlah sebesar sebuah alat atau penemuan akal, dan bukan sekadar serentetan penyempurnaan, melainkan suatu proses produksi lengkap.

Perbendaharaan biografis kita mengenai diri Gutenberg langka sekali, kita hanya tahu dia lahir di Jerman sekitar tahun 1400 M di kota Mainz. Sumbangannya terhadap seni cetak-mencetak terjadi pada pertengahan abad dan pekerjaan terbagusnya --apa yang disebut Injil Gutenberg-- dicetak di Mainz sekitar tahun 1454 M. Anehnya, nama Gutenberg tak pernah tercantum dalam buku mana pun, tidak juga dalam Injil Gutenberg, walaupun jelas dia sendiri yang cetak dengan alat penemuannya.

Gutenberg tidak pernah tampak sebagai seorang usahawan; benar-benar dia tidak punya keinginan dapat uang dari hasil penemuannya. Dia sering terlibat dengan dakwaan pengadilan yang mengakibatkan keharusan baginya membayar tebusan dalam bentuk alat-alat perlengkapannya kepada temannya bernama Johann Fust. Gutenberg wafat tahun 1468 di kota Mainz.


Satu halaman dari kitab Injil Gutenberg yang asli

Salah satu pengaruh Gutenberg dalam sejarah dunia dapat mendatangkan keuntungan jika kita hubungkan dengan perkembangan di Cina dan Eropa di masa-masa berikutnya. Pada saat Gutenberg lahir, kedua daerah itu hampir sama majunya. Tetapi sesudah Gutenberg menemukan mesin cetak Eropa melesat maju dengan cepatnya, sedangkan Cina --yang masih menggunakan cetak blok-- perkembangannya agak lambat. Mungkin berlebihan jika kita bilang perkembangan percetakan satu-satunya faktor yang jadi penyebab perbedaan tingkat kemajuan, tetapi penemuan itu jelas punya arti penting yang tidak bisa disingkirkan.

Juga penting dicatat jika hanya tiga orang dalam daftar buku ini hidup di masa lima abad sebelum Gutenberg sedangkan enam puluh tujuh hidup di masa lima abad sesudah wafatnya Gutenberg. Ini menunjukkan betapa penemuan Gutenberg amat berarti --bahkan bisa disebut suatu penemuan penting-- dalam kaitan penarikan pelatuk revolusi kemajuan jaman modern.

Alexander Graham Bell bahkan boleh saja tidak lahir ke dunia tetapi telepon tetap diketemukan pada saat yang sama dalam sejarah. Begitu juga bisa diambil contoh penemuan-penemuan lain, tanpa Gutenberg, penemuan alat cetak modern akan tertunda beberapa generasi, dan diukur dari hebatnya pengaruh yang ditimbulkannya, tak salah lagi Gutenberg dapat kehormatan tercantum dalam daftar urutan buku ini.

JAWABAN KEPADA SAUDARIKU UNTUK SEGERA BERHIJAB

Jumat, 02 Oktober 2009

10 Jawaban Kepada Saudariku Untuk Segera Berhijab
Penulis: Wido Q Supraha

'Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah RasulNya, dan ulil amri di antara kamu.' (Q.S. an-Nisa:59)

'Orang mukmin adalah cermin bagi mukmin lainnya.' (H.R. At Thabrani)


Bahwa seorang mukmin dapat mengenali kekurangannya dari mukmin lainnya, sehingga ia laksana cermin bagi dirinya.

Islam juga menganjurkan dan mengajak penganutnya agar sebagian mereka mencintai sebagian yang lain, dimana diantaranya engkau berharap agar saudaramu masuk Surga dan dijauhkan dari api Neraka. Tak sebatas mengharap, namun berupaya keras dan maksimal menyediakan berbagai sarana dari hal-hal yang membahayakan dan merugikannya, di dunia maupun di akhirat kelak.

Allah Subhaanahu wa Ta'ala, dalam Q.S. Al Ahzab : 59 berfirman :
'Hai Nabi, katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu, dan isteri-isteri orang mukmin, 'Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka'. Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak diganggu. Dan Allah adalah Maha pengampun lagi Maha penyayang.'

'Katakanlah kepada wanita yang beriman: 'Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan memelihara kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak daripadanya. Dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung ke dadanya, dan janganlah menampakkan perhiasannya, kecuali kepada suami mereka, atau ayah mereka, atau ayah suami mereka, atau putra-putra mereka, atau putra-putra suami mereka, atau saudara-saudara laki-laki mereka, atau putra-putra saudara laki-laki mereka, atau putra-putra saudara perempuan mereka, atau wanita-wanita Islam, atau budak-budak yang mereka miliki, atau pelayan-pelayan laki-laki yang tidak mempunyai keinginan (terhadap wanita) atau anak-anak yang belum mengerti tentang aurat wanita. Dan janganlah mereka memukulkan kakinya agar diketahui perhiasan yang mereka sembunyikan. Dan bertobatlah kamu sekalian kepada Allah, hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung.' (Q.S. An Nur : 31)

Dalam perjalanan hidup saya, saya mendapati beberapa alasan yang senantiasa terulang ketika ajakan untuk berhijab dikumandangkan. Oleh karenanya, semoga risalah ini dapat bermanfa'at bagi saudariku sekalian, dan memperteguh mereka yang masih ragu-ragu dalam menunaikan kewajiban utama muslimah ini. Alasan-alasan yang sering saya temui antara lain :

1. Tubuh ini adalah ciptaan Allah, dan keindahannya bukan untuk ditutupi, melainkan diperlihatkan.

Saudariku, begitu banyak nikmat yang diberikan Allah kepada kita, baik yang kita tidak sadari hingga yang terlihat di depan mata kita. Cara mengungkapkan rasa syukur kita kepada Allah SWT, yang menciptakan diri kita adalah dengan beribadah menurut tuntunanNya, dan memasrahkan diri sepenuhnya kepada segala ketentuan dan aturanNya. Karena ketidakpatuhan kita akan menjebak kita ke dalam perangkap penolakan/pembangkangan atas Rabb kita.

Berfirman Allah SWT dalam Q.S Al Baqarah : 216,
'Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.'

Pernahkah kita bayangkan manakala Allah mencabut nikmat kecantikan yang dititipkan kepada kita? Pernahkah kita sadari bahwa kecantikan itu adalah ujian dari Allah, sejauh mana ia bersyukur atas kecantikannya itu? Pernahkan kita renungi manakala Allah meminta pertanggungjawaban dari nikmat kecantikan yang telah dianugerahkanNya, sementara kita menggunakannya tidak berlandaskan syari'at Allah?

Dan jika engkau menjawab, 'Kecantikah itu untuk diperlihatkan, bukan untuk ditutupi, maka kembali kita perlu bertanya :

  • Relakah engkau kecantikanmu dinikmati oleh orang yang dekat dan yang jauh darimu?

  • Relakah engkau menjadi objek yang dilihat, bagi semua orang, yang jahat maupun yang terhormat?

  • Bagaimana engkau bisa menyelamatkan dirimu dari mata para pria?
  • Maukah kamu jika dirimu dihargai serendah itu, sementara engkau bisa menjadi seorang wanita yang mulia di mata Allah SWT?

2. Aku takut dijauhi teman-teman, dikeluarkan dari kerjaan (kehilangan mata pencaharian), dan mendapat posisi yang rendah.

Saudariku, rizki ada di tangan Allah. Setiap manusia yang dilahirkan ke dunia ini telah diberikan kadar rizkinya, tinggal apakah kita mau menjemputnya ataukah tidak.

Telah banyak terjadi di sekitar kita cerita-cerita nyata kegigihan mereka pada prinsipnya, yang seharusnya semakin memperkuat keyakinan kita semua, bahwa rizki bukan ditangan manajemen kantor, namun berada di tangan Allah. Kekayaan yang kita miliki hari ini, kemuliaan di hadapan manusia yang kita rasakan dapat dengan hilang dengan amat segera, manakala Allah mencabutnya.

Berfirman Allah SWT dalam Q.S. Ali 'Imran : 26,
'Katakanlah: 'Wahai Tuhan Yang mempunyai kerajaan, Engkau berikan kerajaan kepada orang yang Engkau kehendaki dan Engkau cabut kerajaan dari orang yang Engkau kehendaki. Engkau muliakan orang yang Engkau kehendaki dan Engkau hinakan orang yang Engkau kehendaki. Di tangan Engkaulah segala kebajikan. Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu.'

Dan ingatlah bahwa Allah tidak akan pernah menyia-nyiakan hambaNya yang berusaha bertaqwa dan istiqomah berpegang teguh memperjuangkan prinsip keislamannya. Ingatlah firman Allah SWT dalam Q.S. Ali 'Imran : 195

'Maka Tuhan mereka memperkenankan permohonannya (dengan berfirman), 'Sesungguhnya Aku tidak menyia-nyiakan amal orang-orang yang beramal di antara kamu, baik laki-laki atau perempuan, (karena) sebagian kamu adalah turunan dari sebagian yang lain. Maka orang-orang yang berhijrah, yang diusir dari kampung halamannya, yang disakiti pada jalan-Ku, yang berperang dan yang dibunuh, pastilah akan Ku-hapuskan kesalahan-kesalahan mereka dan pastilah Aku masukkan mereka ke dalam surga yang mengalir sungai-sungai di bawahnya sebagai pahala di sisi Allah. Dan Allah pada sisi-Nya pahala yang baik.'

Dalam ayat lain, Allah melanjutkan,
'Dan orang-orang yang berpegang teguh dengan Al Kitab (Taurat) serta mendirikan shalat, (akan diberi pahala) karena sesungguhnya Kami tidak menyia-nyiakan pahala orang-orang yang mengadakan perbaikan.' (Q.S. Al A'raaf : 170)

'Dan bersabarlah, karena sesungguhnya Allah tiada menyia-nyiakan pahala orang-orang yang berbuat kebaikan.' (Q.S. Hud : 115)

Adapun ketakutan dijauhi teman-teman, adalah ketakutan yang seharusnya tidak terjadi. Karena seorang mukmin seharusnya menjadi tenang dan tentram dengan Allah bersamanya. Tidak ada lagi yang dia dambakan kecuali kedekatan dan kecintaan Allah padanya.

3. Saya senantiasa menjaga amalan ibadah saya yang lain kok, kecuali hijab, saya belum mampu untuk memakainya.

Saudariku, kalau memang Anda sudah melakukan amalan-amalan terpuji, yang berpangkal dari iman, dan kepatuhan pada perintah Allah, serta takut siksaanNya jika meninggalkan kewajiban itu, mengapa Anda beriman kepada sebagian dan tidak beriman kepada sebagian yang lain, padahal sumber perintah itu hanya satu?

Sebagaimana shalat yang selalu Anda jaga adalah sebuah kewajiban, maka hijab pun demikian. Kewajiban mengenakan hijab tidak diragukan dalam Al Qur'an dan As Sunnah.

Berfirman Allah SWT dalam Q.S. Al Baqarah:85 ketika mencerca Bani Israil :
'Apakah kamu beriman kepada sebahagian Al Kitab (Taurat) dan ingkar terhadap sebahagian yang lain? Tidaklah balasan bagi orang-orang yang berbuat demikian melainkan kehinaan dalam kehidupan dunia, dan pada hari Kiamat mereka dikembalikan kepada siksa yang amat pedih. Allah tidak lengah atas apa yang kamu perbuat'.

Padahal ............... digambarkan oleh Rasulullah SAW,
'Sesungguhnya penghuni Neraka yang paling ringan adzabnya pada hari Kiamat adalah orang yang diletakkan kedua telapak kakinya dua bara api, dari dua bara api ini otaknya mendidih, sebagaimana periuk yang mendidih dalam bejana besar yang dipanggang dalam kobaran api.' (H.R. Bukhari)

Jika seperti itu adzab yang paling ringan di hari Kiamat, maka bagaimana adzab bagi orang yang diancam Allah dengan adzab yang pedih, sebagaimana disebutkan dalam ayat diatas, yang beriman kepada sebagian, dan meninggalkan sebagian yang lain?

4. Saya belum siap berperilaku dan berakhlak sebagaimana muslimah yang berjilbab. Yang berjilbab saja perilakunya tidak sesuai dengan jilbabnya.

Saudariku, kewajiban harus diutamakan diatas segalanya.

Berfirman Allah SWT, dalam kumpulan kalam Ilahinya, Q.S. Al Baqarah : 208,
'Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam secara keseluruhannya, dan janganlah kamu turut langkah-langkah setan. Sesungguhnya setan itu musuh yang nyata bagimu.'

Tunaikanlah kewajibanmu dahulu kepada Penciptamu, dan kemudian secara perlahan memperbaiki segala akhlak buruk yang masih sulit engkau tinggalkan. Apakah engkau tidak sadar, dengan semakin lamanya engkau tunda berhijab, maka sedemikian menumpuklah dosa besar yang terus menggunung, yang harus dibalas dengan siksaan Allah, kuatkah engkau menjalaninya? Dosa yang terus mengalir dari hari ke hari, semakin memperberat timbangan dosa kita. Segeralah kita menuju jalan Allah.

Sementara bagi mereka yang telah berhijab, namun perilakunya tidak sesuai dengan hijabnya, maka berprasangka baiklah, bahwa minimal ia telah menunaikan tugasnya sebagai hamba Allah, dalam hal menutup auratnya, sedangkan engkau masih enggan menjalaninya. Adapun sifat kurang baiknya adalah tugas kita bersama untuk memperbaikinya, dengan nasihat-nasihat yang baik, dan ikhlas, karena boleh jadi ia belum mengetahui ilmunya, sementara ia baru mendapatkan ilmu wajibnya berhijab, dan ia segera menunaikannya.

Adapun kesiapan diri, maka sifatnya amatlah abstrak. Tidak ada parameter pasti yang mampu mengukur tingkat kesiapan seseorang, kecuali kalimat Sami'na wa Atho'na, sebagai implementasi Laa Ilaaha Illa Allah (Tidak ada yang lebih aku cintai kecuali Allah semata, hidupku hanyalah untuk Allah, Yang Menciptakanku, dan kepadaNya kelak aku akan kembali.

Saudariku, harus bisa kita bedakan antara perintah manusia dan perintah Tuhan. Perintah manusia bisa salah dan benar. Imam Malik r.a. pernah berkata, 'Setiap orang bisa diterima ucapannya dan juga bisa ditolak, kecuali (perkataan) orang yang ada di dalam kuburan ini (Rasulullah)'.

Jika perintah itu datang dari Allah di dalam kitabNya, atau melalui NabiNya, maka tidak ada bagi manusia untuk mengatakan 'saya belum mantap', padahal Dia Maha Mengetahui bahwa perintah itu untuk kebaikan kita, dan salah satu sebab tercapainya kebahagiaan kita.

Padahal Allah menyukai orang-orang yang berkata, 'Sami'na wa atho'na, ghufronaka rabbanaa wa ilaykal mashiir (Q.S. Al Baqarah:285)', (Kami dengar dan kami segera ta'at, ampuni kami ya Allah, kepadaMulah tempat kembali kami), dan padahal Allah membenci orang-orang yang berkata, 'Sami'na wa 'ashoina (Q.S. Al Baqarah:93/Q.S. Annisa:46)', (Kami dengar tapi kami tidak mena'atinya).

Alangkah hinanya kita ketika kita tidak menuruti keinginan Yang Menciptakan kita. Sementara ucapan 'Aku belum mantap' adalah ucapan yang berbahaya, karena bermakna ia meragukan kebenaran perintah tersebut, dan bermakna ia tidak mencintai Penciptanya, Rabbul 'Alamin.

Berfirman Allah SWT dalam Q.S. Al Ahzab : 36 :
'Dan tidaklah patut bagi laki-laki mukmin dan tidak pula bagi wanita mukminah, apabila Allah dan RasulNya telah menerapkan suatu ketetapan, akan ada bagi mereka pilihan (yang lain) tentang urusan mereka. Dan barang siapa mendurhakai Allah dan RasulNya, maka sungguhlah dia telah sesat, sesat yang nyata.'

Begitu kerasnya Allah berfirman dalam ayat diatas, apakah kita tidak takut dimasukkan Allah dalam golongan orang-orang yang sesat?

5. Saya belum dapat hidayah. Do'akanlah aku agar segera mendapat hidayah.

Saudariku, hidayah tidak datang dengan sendirinya. Hidayah membutuhkan pencaharian. Dan bagaimanakah engkau mengetahui bahwa Allah belum memberimu hidayah? Apakah engkau mengetahui sesuatu yang ghaib yang ada dalam kitab yang tersembunyi (Al Lauh Al Mahfuzh), ataukah engkau mendapatkan bisikan dari golongan jin atau manusia?

Telah berfirman Allah SWT dalam Q.S. Muhammad:17,
'Dan orang-orang yang meminta petunjuk, Allah (akan) menambah petunjuk kepada mereka dan memberikan kepada mereka (balasan) ketakwaannya.'

Ingatlah bahwa dalam hidayah, terdapat campur tangan dan usaha manusia, maka ikutilah petunjuk Allah agar engkau semakin dekat dengan hidayah Allah. Carilah sebab-sebab untuk mendapatkannya.

Berfirman Allah SWT dalam Q.S. Ar Ra'd:11,
'Bagi manusia ada malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya bergiliran, di muka dan di belakangnya, mereka menjaganya atas perintah Allah. Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. Dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum, maka tak ada yang dapat menolaknya; dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain Dia.'

Fahamilah sunnatullah.

Wahai saudariku, berusahalah mendapatkan sebab-sebab hidayah, niscaya akan engkau dapatkan dengan izin Allah. Banyaklah berdo'a kepada Allah, pilihlah teman yang shalihah, banyaklah membaca, pelajari dan renungilah Kitab Allah, ikutilah majelis-majelis dzikir dan ceramah-ceramah agama, dengarkanlah kaset-kaset pengajian, dan bacalah buku-buku tentang keimanan. Di sisi lain, hendaklah engkau terlebih dahulu meninggalkan hal-hal yang bisa menjauhkan dirimu dari datangnya hidayah, seperti teman yang tidak baik, bacaan-bacaan yang tidak bermanfa'at, tayangan-tayangan televisi yang buruk, dan hal-hal lainnya.

6. Insha Allah saya akan berhijab setelah menikah kelak.

Saudariku, bagaimana mungkin engkau dapat memastikan sesuatu yang engkau pun belum yakin apakah usiamu sampai hingga menikah kelak ataukah tidak. Bagaimanakah jika engkau telah dipanggil Allah dalam keadaan belum berhijab? Tidakkah engkau takut mati dalam keadaan masih tidak beriman pada sebuah kewajiban Allah yang amat mendasar bagi seorang muslimah?

Bagaimana ketika hari ini kita telah berniat berbuat sebuah kebaikan yang kita telah tahu ilmunya, namun kita tunda karena beberapa alasan, namun ternyata di kemudian hari, usia kita tidak sampai merealisasikannya, karena Allah telah mencabut nyawa kita, maka bagaimana kita mempertanggungjawabkannya di hadapan Allah kelak? Kenapa kita menundanya? Kemana usia kita kita gunakan di dunia? Sejauh mana cinta kita pada Allah dan RasulNya?

Saudariku, kematian tidak hanya mengetuk pintu orang yang sakit, tidak pula orang yang lanjut usia saja, tetapi juga orang-orang yang sehat wal afiat, orang dewasa, pemudi, bahwa sampai bayi yang masih menyusu pada ibunya. Banyak contoh yang dapat kita ambil dari kejadian di sekitar kita.

Dalam Kitaabun Nikah, Imam Bukhari meriwayatkan sebuah hadits Rasulullaah SAW,
'Wanita itu dinikahi karena empat hal. Yaitu karena harta, keturunan, kecantikan, dan agamanya. Dapatkanlah wanita yang berpegang teguh dengan agama, (jika tidak) niscaya kedua tanganmu berlumur debu.'

Wanita yang shalihah untuk pria yang shalihah.

Boleh jadi, wanita yang terbiasa memperlihatkan kecantikan tubuhnya -- yang dimaksudkan untuk menawan hati pria -- malah membuat para pemuda enggan menikahinya, karena beranggapan, jika wanita tersebut berani melanggar salah satu perintah Allah, yaitu hijab, tidak menutup kemungkinan dia akan berani melanggar perintah-perintah yang lain. Karena syaithan memiliki banyak langkah.

7. Sesungguhnya iman itu ada di hati, dan juga Allah Maha Tahu kalaupun nanti saya telah berniat untuk berhijab.

Saudariku, benar yang telah engkau katakan bahwa iman berada di dalam hati, sebagaimana sabda Rasulullaah SAW, 'Taqwa itu ada disini, seraya menunjuk ke arah dadanya.' (H.R. Muslim)

Namun jangan sampai salah dalam mengartikan hadits di atas. Penulis kitab Nuzhatul Muttaqin berkata, 'Hadits ini menunjukkan pahala amal tergantung keikhlasan hati, kelurusan niat, perhatian terhadap situasi hati, kebenaran tujuan, dan kebersihan hati dari segala sifat tercela yang dimurkai Allah.'

Bahwa Rasulullah SAW tidak memaksudkan bahwa iman tidak akan sempurna kecuali hanya di dalam hati saja, tetapi amal perbuatan tetap harus diperlihatkan kepada Allah, sementara hati adalah benteng terakhir selamatnya perbuatan kita.

Bahwa telah sepakat jumhur ulama bahwa, 'Keyakinan dalam hati, pengucapan dengan lisan, dan pelaksanaan dengan anggota badan.'

Dan akan lebih jelas lagi ketika kita menemukan firman Allah dalam Q.S. al-Ankabut:1-3,
'Alif Laam Miim. Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan saja mengatakan: 'Kami telah beriman', sedang mereka tidak diuji lagi? Dan sesungguhnya Kami telah menguji orang-orang sebelum mereka, maka sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar dan sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang berdusta.'

8. Saya sangat ingin berhijab, tapi suami saya lebih suka dengan keindahan rambut saya ketika tidak berhijab, lebih cantik katanya.

Saudariku, ketaatan kepada Allah harus didahulukan daripada ketaatan kepada makhluk, siapapun dia. Setelah ketaatan kepada Allah, kedua orang tua lebih berhak untuk ditaati dari yang lainnya, selama itu bukan dalam kemaksiatan.

Bersabda Rasulullah SAW,
'Sesungguhnya ketaatan itu hanyalah dalam kebaikan.' (H.R. Bukhari dan Muslim)

'Dan tidak boleh taat kepada makhluk dengan mendurhakai (bermaksiat) kepada al-Khaliq.' (H.R. Ahmad)

Harus disadari bahwa halangan yang dihadapi merupakan ujian bagi setiap hamba, karena memang meraih Surga tidaklah semudah meraih Neraka.

Bagi sang suami, harus ada seseorang yang mampu menasihatinya agar bertaqwa kepada Allah dalam urusan keluarganya. Dan hendaknya ia bersyukur kepada Allah yang telah memberikan kepadanya isteri yang ingin menerapkan salah satu perintah Allah, yakni memakai pakaian sesuai ketentuan syari'at, sehingga menjaga keselamatan dirinya dari fitnah. Dan mengingatkan dia sebuah kalam Ilahi dalam Q.S. At Tahrim:6, 'Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari Api Neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu, penjaganya malaikat-malaikat yang keras, yang tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkanNya kepada mereka, dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.'

Ayat diatas mendapat penegasan pula dari Rasulullah SAW, dalam haditsnya,
'Seseorang laki-laki adalah pemimpin dalam keluarganya, dan bertanggung jawab atas yang dipimpinnya.' (H.R. Bukhari)

Sehingga patutkan bagi seorang suami untuk memaksakan kehendaknya agar sang isteri tidak menutup auratnya dengan sempurna sebagaimana mestinya?

Adapun bagi isteri, tetaplah untuk tidak menaati suami dalam kemaksiatan terhadap Allah, sampai kapanpun. Dan dalam tataran teknis, perhatikanlah adab sopan santun dan cara-cara yang hikmah dalam menyampaikannya kepada suami, bisa secara mesra, dan lemah lembut, dan tidak menggunakan kalimat-kalimat yang memancing emosi ataupun amarah, dan terkesan menggurui. Dan tetaplah tabah dan sabar menghadapi celaan, ejekan, dan hinaan, dan tidak boleh menyebabkan hubungan dengan suami menjadi retak. Hendaklah selalu meminta pertolongan Allah agar diberi keteguhan dalam prinsip, kemudahan dan jalan keluar dari kesulitan ini, kemudian meminta pertolongan sanak kerabat, dan kawan-kawan dekat suami. Senantiasalah membalas segala keburukan dengan kebaikan, dan pilihlah saat-saat yang tepat untuk dialog, dan sadarilah sekali lagi bahwa jalan ke Surga memang penuh dengan onak dan duri, dan tidak akan diberikan Allah kecuali setelah melewati kepayahan, kerja keras, dan tabah menanggung segala rintangan dan hambatan di jalan Allah.

9. Kata orang tua saya, tidak berhijab lebih baik. Dan saya yakin orang tua selalu menginginkan yang terbaik buat anaknya.

Saudariku, benar bahwa orang tua pasti selalu menginginkan yang terbaik buat anak puterinya. Namun, harus kita fahami, bahwa orang tua kita berpendapat akan sesuatu amat dilandasi oleh pemahamannya. Terkait masalah jilbab, amat boleh jadi, orang tua kita belum mendapatkan ilmunya, sejak kecilnya. Maka tugas kitalah secara perlahan-lahan menyadarkan orang tua kita, dan melakukan lobi-lobi internal, agar akhirnya menjadikan orang tua kita pendukung sejati niat kita untuk berhijab, dan bahkan mengikuti anaknya dalam berhijab. Subhanallah.

Nabi kita, Rasulullah SAW pernah bersabda,
'Masing-masing kamu adalah pemimpin, dan masing-masing kamu akan ditanya tentang yang dipimpinnya ....' (H.R. Bukhari)

Seorang ayah adalah pemimpin dalam rumah tangga, dan akan ditanya Allah di hari Kiamat tentang orang-orang yang berada dibawah kepemimpinannya. Hendaknya seorang ayah bertanya pada dirinya sendiri :
- Berapa banyak pemuda yang telah tergoda oleh puterinya?
- Seberapa jauh puterinya telah menyebabkan penyimpangan para pemuda?
- Berapa banyak hinaan yang dilontarkan para pemuda kepadanya?

Semoga Allah senantiasa mengisi hati kita dengan cahayaNya yang tidak pernah padam, dan memenangkan kita dalam pertarungan kita melawan kejahatan syaithan, jin, dan manusia. Memerdekakan diri kita dari tawanan hawa nafsu, menuju alam kebebasan, kemuliaan, kehormatan, dan ketenangan, dan alam kesucian.

10. Hijab hanyalah kebudayaan orang Arab, dan hijab tidak sesuai dengan mode masa kini.

Saudariku, memang benar bahwa kebanyakan budak wanita di masa Rasulullah tidak berhijab, dan sebagian dari hartawan di kalangan wanita mengenakan hijab. Tapi kita harus fahami sebuah kejadian menarik di Madinah ketika Surah Al Ahzab:59 diturunkan, dimana terjadi Peristiwa yang amat menghebohkan di Madinah. Kedua setelah MIRAS. Apakah itu? Bagaimana 10 tahun awal da'wah Rasulullaah di Makkah Al Mukarramah tidak pernah menyinggung masalah syari'at. Beliau hanya menekankan pada masalah tauhid dan aqidah. Karena memperkuat penyerahan diri manusia atas Penciptanya adalah yang paling utama.

Membina keikhlasan dan kesungguhan (mujahadah) dalam mengusung kalimat 'Laa ilaaha illallaah wa Muhammad Rasul Allah' adalah sebuah keniscayaan. Sehingga kita lihat bersama, bagaimana setelah keimanan umat Islam di Madinah telah begitu kokohnya, dan begitu pasrahnya mereka akan aturan Allah, dan begitu cintanya mereka pada Rasul Allah, ketika turun ayat Al Qur'an yang memerintahkan kaum wanita untuk mengenakan kerudung hingga ke dadanya, dan tidak memperlihatkan auratnya kepada laki-laki, pamannya, dll, (sebagaimana tercantum dalam Al Qur'an), dan ketika berita ini sampai ke telinga mereka, maka prinsip mereka hanya satu, yakni SAMI'NA wa ATHO'NA, kami dengar dan kami segera ta'at.

Seluruh pasar-pasar di madinah, seluruh tempat-tempat di madinah menjadi riuh, karena para wanitanya yang saat itu sebagian besar tidak berkerudung, berlari ke sana kemari mencari segala sesuatu yang bisa menutupi rambut mereka, seperti goni, gorden rumah, dll. Subhanallaah, begitulah kita lihat bersama bagaimana mereka benar-benar hanya mengharapkan kebaikan di akhirat yang kekal abadi saja.

Dan ingatlah bahwa ayat itu tidak diturunkan khusus untuk orang Arab, tapi kalimatnya ditujukan untuk seluruh wanita-wanita mukmin, wanita-wanita yang benar-benar beriman kepada Penciptanya.

Saudariku sekalian, demikian 10 Jawaban yang saya susun, tiada lain kecuali berharap mengetuk pintu kesadaran saudariku sekalian untuk kembali kepada tuntunan suci Al Qur'an dan As Sunnah, agar jalan hidup kita menjadi lurus, dan mendapatkan kebaikan hidup baik di dunia maupun kehidupan akhirat kelak yang tidak memiliki batasan akhir kehidupan (kekal abadi). Apakah kita kekal dalam kebahagiaan, atau kekal dalam siksanya Allah, seluruhnya terpulang pada diri kita masing-masing. Tidak ada seorangpun yang berhak memaksa orang lain untuk berpaling dari keyakinannya, hanya kewajiban menyeru ke jalan Allah lah yang wajib ditunaikan.

Berfirman Allah SWT dalam Q.S. Al Baqarah : 272,
'Bukanlah kewajibanmu menjadikan mereka mendapat petunjuk, akan tetapi Allah-lah yang memberi petunjuk (memberi taufik) siapa yang dikehendaki-Nya'.

Oleh karenanya, janganlah kita termasuk kepada golongan orang-orang yang mengunci mati hati mereka dari datangnya petunjuk, menutup rapat-rapat telinga kita, sehingga hidayah semakin jauh dari kita. Bersegeralah menuju ridhonya Allah, di hari-hari hidup kita yang masih tersisa ini.

Allaahu a'lam, waliyyut taufiiq.